Sesampainya di rumah, Alma berjalan di gandeng tangannya oleh Yunan. Lelaki itu sangat perhatian, ia tak mau sang istri mengalami cedera atau sesuatu yang tidak diharapkannya.
"Mas, aku bisa jalan sendiri. Kenapa pake di gandeng gini, sih. Malu ah, kalo ketemu Tiara dan Angga." Ucap Alma yang canggung mendapati perlakuan Yunan yang sangat menjaganya cukup ekstra.
"Biar saja, Sayang. Daripada kamu nanti kenapa-napa? Aku nggak ingin kamu kecapekan ya, jadi jangan melakukan pekerjaan terlalu berat. Ingat ya, Sayangku." Yunan malah memeluk pundak Alma dan berjalan beriringan menuju ruang tengah.
Yunan sengaja ingin menikmati suasana malam ini di ruangan itu, sambil ingin mengumumkan kabar gembira pada seluruh anggota keluarga terutama anak-anaknya.
"Kenapa kita duduk di sini, Mas?" tanya Alma yang belum mengerti maksud suaminya yang tampak aneh nggak seperti biasanya. Hari-hari sebelumnya Yunan dan Alma lebih memilih istirahat di kamar setelah bepergian seperti malam itu.
"Ada yang ingin aku sampaikan pada Tiara dan Angga, bentar ya Sayang!" Yunan melangkah menuju kamar Tiara dan Angga yang letaknya bersebelahan.
Selang beberapa menit kedua anak itu sudah keluar dari kamar masing-masing, lalu duduk di sofa berhadapan dengan mama papanya.
"Kata Papa ada kabar penting? Ada apa sih??" tanya Angga penasaran.
"Iya, nih. Kabar apa ya??" Tiara juga ikutan bertanya.
Bik Ina mengetahui akan berkumpulnya keluarga itu, tanpa aba-aba ia sibuk di dapur menyiapkan teh hangat dan makanan kecil untuk di nikmati oleh anggota keluarga itu.
"Kalian penasaran, kan? Begini, mama dan papa baru saja pulang dari klinik dokter Syifa." Ucap Yunan membuka pembicaraan.
Belum selesai bicara, Angga langsung kaget setelah mendengar nama dokter Syifa. "Dokter Syifa, Pa? Bukankah dokter Syifa itu dokter spesialis kandungan?? Sahabat mama Zahra, kan??"
Angga masih ingat tentang sahabat mama kandungnya itu, karena dulu sering di ajak main ke rumahnya atau dokter Syifa yang kadang main ke rumahnya untuk ketemu mama kandungnya.
"Iya, Angga. Ternyata kamu masih ingat tentang sahabat mama Zahra." Sahut Yunan pada pertanyaan anaknya.
"Kenapa papa dan mama ke klinik dokter kandungan? Apakah... apakah... mama sedang hamil??" Tiara akhirnya membuka suara dan nampak mulai menebak.
"Hmm... iya, Ti. Mama sekarang lagi mengandung dan kalian akan mempunyai adik. Kalian senang, kan??" tanya Yunan sambil tersenyum memandang Tiara dan Angga bergantian.
Tapi raut muka Tiara dan Angga tak menunjukkan rasa senang, keduanya malah tersenyum kecut setelah mendengar berita itu. Ada apa dengan mereka??
"Ooo... jadi ini berita pentingnya." Jawab Angga dengan nada datar.
"Hmm... mau punya adik??" tanya Tiara nampak sedikit kecewa.
"Ada apa Angga, Tiara. Kenapa kalian kurang suka mendengarnya?" tanya Yunan tak mengerti dengan sikap anak-anaknya.
Tapi baik Tiara maupun Angga hanya terdiam dan saling bertatapan, sembari mengatur napas masing-masing, pertanda ada sesuatu yang masih disembunyikan.
"Angga, apa yang kamu pikirkan, Nak? Dan Tiara juga, apa kamu nggak suka punya adik??" Yunan kembali menanyakan hal yang sama.
"Angga, Tiara. Tolong sampaikan ke Mama dan Papa, kenapa kalian berdua nggak begitu suka mendengar berita ini. Kalau kalian cuma diam, gimana kita bisa tau, ya kan?" Ucap Alma yang memandang kedua remaja itu dengan tatapan heran.
Ruangan itu hening sejenak, tak berapa lama Angga mulai mengungkapkan kegelisahan. "A... aku cuma kuatir saja, kalau ada adik pasti Mama dan Papa sudah nggak sayang lagi ke Angga dan kak Tiara. Iya kan, kak Tiara??"
Tiara mengangguk tanda setuju setelah mendengar pertanyaan Angga padanya. Pandangan matanya tertunduk ke lantai sambil bermuka masam.
"Astaghfirullah, Sayang. Kenapa kamu punya pikiran seperti itu sih? Papa dan Mama selalu menyayangi kalian sampai kapan pun. Jadi jangan punya pikiran negatif seperti itu ya! Mama dan papa juga berharap Angga dan Tiara bisa menyayangi adik kalian dengan baik." Jawab Yunan meyakinkan keraguan mereka.
"Maafkan kami, Pa. Karena kebanyakan dari orang-orang kalau sudah punya anak lagi, pasti anaknya yang sudah besar diabaikan, tidak mendapat kasih sayang lagi seperti sebelumnya." Ucap Angga yang memilih berterus terang si depan Alma dan Yunan, orang tuanya.
"Jadi gitu masalahnya. Coba kalian lihat dan rasakan sendiri ya. Gimana Mama dan Papa tetap memberikan kasih sayang yang sama pada Angga dan Tiara. Nggak akan berkurang sedikit pun, Sayang." Alma mendekat ke tempat duduk Angga dan Tiara, dan memilih duduk diantara keduanya, lalu dirangkulnya kedua anak itu dengan tangan kanan dan kirinya.
Tiba-tiba bik Ina datang membawa sepiring makanan kecil dan empat gelas teh hangat. "Silahkan di cicipi, mumpung tehnya masih hangat."
"Makasih, Bik." Jawab Yunan dengan senyum ramah.
"Tadi saya dengar, bu Alma sedang mengandung ya? Selamat ya, Bu Alma." Sahut bik Ina tersenyum sumringah sambil memandang ke arah Alma yang masih merangkul Tiara dan Angga.
"Iya, Bik. Semoga adik Tiara dan Angga nanti lahirannya lancar dan di berikan kesehatan sesuai harapan." Ucap Yunan.
Lalu bik Ina melangkah ke belakang untuk melanjutkan pekerjaan yang lain. Sedang Alma, Yunan, Tiara dan Angga sedang menikmati teh hangat buatan bik Ina di temani sepiring makanan kecil.
*
Malam makin larut, Alma belum bisa tidur pulas, entah apa yang masih bersemayam dalam gulatan pikirannya.
"Kok belum tidur, Sayang. Kata dokter tadi apa coba? Istirahat yang cukup, nggak boleh banyak pikiran, ya kan? Sini tidur di pelukan ku." Ucap Yunan yang mendapati Alma masih belum bisa tidur dan belum memejamkan kedua matanya.
"Nah gini kan enak, Mas. Aku pengennya di peluk kamu semalaman." Sahut Alma manja sambil membiarkan tubuhnya tenggelam dalam rengkuhan tangan Yunan yang kokoh. Pipi Alma menempel pada dada bidang milik suaminya itu, karena Yunan suka tidur dengan bertelanjang dada.
"Aku kok jadi pengen ya, kalo gini?! Hmm..." ucap Yunan sembari mengecup lembut kening Alma yang ada dalam pelukannya.
"Pengen apa sih, Mas." tanya Alma pura-pura bodoh.
"Pengen kasih asupan pada si jabang bayi. Ehhemmm..." Lanjut Yunan sambil mencium lembut pipi Alma yang nampak merona, membuat lelaki yang memeluknya makin gemes.
"Udah malam, Sayang. Apa kamu nggak ngantuk sih?" tanya Alma menguji kesabaran suaminya.
"Mata ku sih ngantuk, Sayang. Tapi yang bawah malah bangun nih, gimana dong??" Jawab Yunan sembari merambat mencium bibir ranum milik wanita yang makin erat dalam dekapan tangannya.
"Kata dokter, kalo lagi hamil muda nggak boleh sering-sering hubungan gitu. Takutnya akan terjadi kontraksi, gimana tuh?" Ulas Alma menggoda suaminya.
"Jangan bohong ya, Sayang. Kata siapa sih? Yang aku tahu hubungan intim semasa hamil justru dianjurkan, asal tahu posisi dan frekuensinya aja. Trus dipastikan kondisi janin juga aman. Jangan nyari alasan lah! Aku sudah nggak tahan, Sayang ku." Balas Yunan tak terima dengan alasan istrinya.
Malah serangannya makin gencar, dan membuat Alma tak berkutik.
Yang jomblo harap mlipir dulu ya. Hehe...
***
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...