BAB 157. DI GOSOK MAKIN SIP

630 21 4
                                    

Sepasang suami istri yang saling menyayangi dan menghargai, maka terciptalah kebahagiaan dalam rumah tangganya. 

Demikian gambaran sederhana yang bisa othor berikan pada keluarga Yunan dan Alma. Walaupun mereka tidak dipertemukan dalam pernikahan yang pertama, tapi pasangan suami istri ini bisa merangkul anak-anak mereka dalam kasih sayang yang tulus. 

Rasa kecewa di masa lalu Alma telah terobati dengan hadirnya seorang Yunan yang dengan kesungguhan hati memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga bersamanya. 

Walau ada beberapa kerikil tajam yang menjadi sandungan, namun itu semua bisa di lewati dengan saling menguatkan satu sama lain. 

*

"Sayang, mulai besok aku akan keluar kota beberapa hari. Hmm... mungkin sampai seminggu. Aku akan di temani Revan untuk membuka cabang di sana. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi kemajuan perusahaan yang aku kelola selama ini."

Ucap Yunan pada istri tercinta sambil merapikan rumput manila yang ada di samping rumahnya. Walau sudah ada pembantu, tapi Yunan selalu menyempatkan waktunya untuk melakukan sendiri aktifitas yang di rasa bisa ia kerjakan. 

"Iya Mas. Baru kali ini kamu jauh dari rumah. Pasti aku selalu merindukan mu Sayang. Nanti kalau sudah sampai sana, jangan lupa ngabari ya Mas!" 

Alma menatap lembut wajah lelaki tampan yang ada di depannya dengan menyematkan senyum manis di sudut bibirnya. 

"Pasti Sayang. Kalau urusannya sudah selesai, mungkin juga nggak sampai seminggu. Aku pasti secepatnya pulang. Apa kamu kira aku juga nggak kangen sama kamu Sayang, hemm...?" Jawab Yunan sambil mencium bibir istrinya dengan lembut. 

Alma menikmati ciuman bibir Yunan yang hangat dengan manja dan pasrah. Tangan  Yunan pun memeluk erat pinggang Alma seakan tak mau terpisah. 

"Aku nggak mau berhenti menyayangimu Sayang." Bisikan lembut Yunan diujung telinga Alma. 

Lelaki tampan nan menawan itu menghentikan ciumannya. Yunan melingkarkan tangan kanannya ke pundak Alma. Lalu menggendong tubuh ramping istri cantiknya itu ala bridal style. 

Ia melangkahkan kakinya menuju ranjang big size yang tertata rapi di kamar pribadinya. Lalu di turunkannya tubuh Alma pelan-pelan. 

"Mumpung Devan masih tidur, Sayang. Aku ingin bercinta dengan mu pagi ini. Setelah itu kita nggak akan bisa seperti ini selama seminggu."

Ucap Yunan yang membuat Alma tersenyum manja dan merebahkan tubuhnya dengan nyaman. 

"Iya, Sayang ku." Ucap Alma sambil melingkarkan kedua tangannya ke leher Yunan. Lalu ia memberi ciuman hangat kembali sambil memejamkan kedua matanya. 

Percintaan malam itu sangat romantis. Walau bukan pengantin baru, tapi gejolak rasa di dada tetap menggelora. 

Pelukan hangat dan belaian lembut di tubuh Alma membuat birahinya memuncak hingga satu persatu kain yang menempel, terlepaslah sudah. 

Demikian juga dengan Yunan. Dengan penuh gairah, ia lepaskan semua penutup tubuhnya hingga tak tersisa. 

Dan keindahan tubuh Alma inchi demi inchi dinikmati Yunan. Alma pun merasa nyaman melihat dada bidang milik Yunan yang menempel di atas tubuhnya tanpa jarak. 

"Sayang, aku sudah nggak tahan, mau keluar." Ucap Yunan

"Iya, Sayang. Kita keluar sama-sama." Jawab Alma sambil mendesah keenakan. 

Keduanya menikmati indahnya surga dunia. Yang jomblo harap sabar ya

***

POV ANTON

Seharian ini sengaja ponselku ku matikan. Biar nggak di ganggu wanita tak tau malu itu. Lama-lama aku jadi sebel lihat kelakuannya. 

Aku tau suaminya memang jarang pulang. Pasti dia sengaja ngerayu aku, biar bisa diajaknya main gila. Maaf saja, aku sudah tak mau mengulangi kesalahan yang sama.

Kesalahan yang dulu membuat hidup ku sengsara dan merugikan banyak orang. 

Aku hanya ingin merawat Putri dengan sebaik-baiknya. Kalau suatu saat aku ketemu wanita yang busa menjadi istri dan ibu yang baik, baru aku membuka diri. 

Andai waktu bisa di ulang, aku ingin punya istri seperti Alma. Sampai sekarang, aku tak pernah ketemu dengan wanita sesabar dia. Bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak ku, juga bisa mandiri dan setia pada pasangan. 

Hidup mu sekarang bahagia, Alma. Nggak seperti waktu sama aku. Kamu sekarang punya suami yang benar-benar sayang dan bertanggung jawab. Tiara juga pasti lebih senang bersamamu. Maafkan aku ya Alma, dulu pernah menelantarkan kamu dan Tiara.

Sekarang hidup ku masih berantakan karena ulah ku sendiri. Ibu ku pun sudah tiada. Padahal hanya dialah yang paling mengerti dan mengalah dengan ku. Jadi aku harus berjuang sendiri demi masa depan Putri. 

"Pa... ada olang." 

Tiba-tiba Putri menepuk paha Anton yang lagi duduk di ruang tengah. 

"Oh iya  Putri. Papa mau ke toko dulu ya. Putri main sendiri sebentar. 

Lalu Anton gegas mengambil tongkat penyangga kaki dan berjalan tertatih menuju toko miliknya. 

" Ee... Mas Anton, kok lama sih. Tak panggil-panggil dari tadi, nggak ada nyahut." Ucap bu Sri dengan muka sewot. 

"Maaf, Bu. Saya tadi di belakang jadi nggak dengar. Ibu mau beli apa? Silahkan!"

Anton mencoba beralibi untuk menjaga dan menghargai pembelinya agar tidak marah. 

"Beli sabun mandi sama shampo ya Mas Anton. Berapa semuanya?"

"Lima belas ribu Bu Sri."

"Oh, iya. Ini uangnya tak kasih pas saja."

"Iya, Bu. Makasih."

Kemudian bu Sri membalikkan badan namun masih beberapa langkah, wanita seumuran bu Halimah itu kembali ke tokonya Anton. 

"Apa yang lupa, Bu? Kenapa kembali lagi?" tanya Anton yang melihat wanita itu berjalan mendekatinya. 

"Hmmm... Ada yang mau aku tanyakan, Mas Anton. Ini tentang hubungan Mas Anton sama Bu Lala." 

Bu Sri bicara dengan agak berbisik. Agar tak di dengar kalangan yang tidak diinginkan. 

"Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?" tanya Anton balik. 

Lelaki yang sudah nahan emosi kalau dengar nama bu Lala di sebut. Ini malah menanyakan hubungannya dengan wanita gila itu. 

"Kata bu Lala, Mas Anton suka sama dia. Apa iya?? Tapi, aku kok nggak percaya sih ucapan bu Lala itu. Masak Mas Anton yang suka duluan sama wanita jablay itu? Apa jangan-jangan si Lala itu yang ngejar Mas Anton ya??"

Anton kaget di interogasi salah satu tetangga yang sudah menjadi pelanggan di tokonya itu. Apalagi mengenai hubungannya dengan wanita pengganggu istirahatnya semalam. 

"Sss... saya nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Ada-ada saja Bu Sri ini. Sudahlah, jangan di bahas lagi. Nanti malah jadi fitnah. Bisa-bisa suaminya kalau pulang, aku yang kena getahnya."

"Iya Mas Anton. Jauhi saja wanita gila itu. Nanti malah Mas Anton sendiri yang rugi dan disalahkan lagi. Ya susah kalo gitu, saya pulang dulu Mas."

"Iya Bu." 

Lalu bu Sri membalikkan badannya dan gegas melangkah meninggalkan Anton dan toko kecilnya. 

Anton tersenyum kecut sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Huh... ada-ada saja," gerutunya. 

***

BERSAMBUNG

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang