Setelah menerima telpon dari Alma, Adel ingin segera menyampaikan kabar kakaknya pada Heni. Tapi ia bingung mau mulai darimana, karena pasti Heni akan sangat terpukul atas apa yang menimpa suaminya, apalagi ia dalam kondisi selesai persalinan. Terlebih lagi yang menemani Anton saat di rumah sakit adalah mantan istrinya, Alma.
Tapi walau bagaimana pun juga, Heni harus segera diberitahu akan hal itu. Apapun resikonya, Adel harus siap menerima konsekwensinya.
Setelah dirasa siap untuk menyampaikan pada Heni, Adel berdiri dari duduknya. Ia segera menghampiri Heni yang duduk bersandar di brankar kamar bersalin.
"Hen, barusan aku dapat kabar Mas Anton." Kata Adel
"Iya, Del. Mas Anton sekarang apa sudah mau jemput aku???" Heni tersenyum penuh harap.
"Hmm... bukan. Tapi saat ini Mas Anton masih di rawat di rumah sakit" ucap Adel dengan mata sayu menyimpan kesedihan.
"Di rumah sakit??? Kenapa dengan Mas Anton??? Kok mendadak di bawa ke rumah sakit??? Katakan, Del?? Apa yang terjadi??? Mas Anton kenapa???" Heni tak sabar mendengar kabar tentang suaminya, ia menggoyang-goyangkan tangan Adel, agar segera memberitahukan kabar tentang lelaki yang disayanginya itu.
"Mmmm... Mas Anton mengalami kecelakaan, dan sampai sekarang belum siuman. Katanya masih di ruang ICU" kata Adel sambil memegang tangan Heni untuk memberi kekuatan pada wanita yang masih lemah fisiknya itu.
"Lalu... Mas Anton sama siapa sekarang??? Aku harus segera menemani Mas Anton, Del!!!" Heni buru-buru bangkit dari duduknya yang masih lemas, tapi ia berusaha keras agar bisa kuat untuk berdiri.
"Hen... Kamu masih sangat lemah, butuh istirahat banyak!!! Jangan paksakan dirimu!!! Jangan kuatir Mas Anton sudah ada yang jagain." Jawab Adel berusaha mencegah Heni yang memaksakan diri untuk pergi ke rumah sakit.
"Siapa, Del. Apakah ibu sudah di sana sekarang??? Heni merasa agak lega, ketika tahu kalau sudah ada yang menemani suaminya.
"Ibu belum tahu kabar Mas Anton. Nanti aku beritahu ibu. Jadi ibu sekarang di rumah, Hen." kata Heni.
"Kalau bukan ibu, siapa yang menemani Mas Anton???" tanya Heni makin penasaran. Ia menatap lekat-lekat wajah Adel yang berdiri di depannya.
"Yang menemani Mas Anton itu..... Mbak Al...ma" Jawab Adel terbata-bata, ia khawatir tanggapan Heni mendengar nama itu. Pasti wanita di depannya itu akan berpikir macam-macam.
"Al... ma??? Kok bisa Alma??? Jadi selama ini Mas Anton masih berhubungan dengan Alma tanpa sepengetahuan ku??? Keterlaluan kamu Mas!!!." Dengus Heni mengeluarkan emosinya saat satu nama itu disebut.
"Bukan begitu, Hen. Waktu kecelakaan terjadi, mbak Alma nggak sengaja lewat. Trus dia melihat plat nomer sepeda motor Mas Anton. Lalu mbak Alma mencari tahu, tanya polisi yang sudah menertibkan jalan itu. Karena identitas Mas Anton nggak ditemukan, akhirnya Mbak Alma yang menemani ke rumah sakit. Kamu jangan emosi dulu, Hen! Mbak Alma berniat menolong Mas Anton. Nggak ada niatan selain itu." Adel menjelaskan hingga mendetail agar Heni tidak salah paham tentang Alma.
"Aku harus segera ke sana! Aku harus pastikan Mas Anton baik-baik saja! Pikiran ku nggak tenang, Del. Kalo belum melihat langsung keadaan Mas Anton." Heni kembali memaksa ingin menyusul suaminya tapi sekali lagi, Adel menghalangi kepergiannya.
"Heni! Kamu lupa? Ada anak kamu yang lebih membutuhkan keberadaanmu. Apa kamu tega meninggalkannya begitu saja??? Sudah kubilang kan tadi, Mas Anton sudah di rawat secara intensif. Mbak Alma yang bantu semuanya. Sudahlah Hen... Mbak Alma nggak akan ngerebut Mas Anton dari kamu."
Ucap Adel yang menusuk hati Heni. Seketika wanita yang baru saja melahirkan itu matanya berkaca-kaca. Entah apa yang ada dalam pikirannya, ia terdiam dan kembali duduk dengan lemas di tepi brankar.
***
"Dokter, pasien sudah siuman" teriak perawat pada dokter Syarif yang mengecek keadaan Anton di ICU.
"Syukurlah... Apa bapak masih terasa pusing?" tanya Dokter pada Anton yang terkulai lemas di atas brankar rumah sakit.
Mendengar pertanyaan dokter Syarif, Anton mengedipkan matanya yang nampak lelah sambil menoleh kiri kanan. Lelaki itu masih bingung atas apa yang menimpa dirinya. Ia menatap wajah orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan tatapan kosong.
"Aku ada dimana ini? Kenapa kepala ku sakit sekali???" ucap Anton sambil memegangi kepalanya yang terbalut perban karena luka benturan dengan badan jalan.
"Bapak berada di rumah sakit sekarang. Apakah bapak ingat apa yang terjadi sebelumnya?" tanya dokter Syarif dengan sabar.
"Kenapa saya di bawa ke rumah sakit? Apa yang terjadi pada saya, Dokter???" Anton bertanya balik, karena ia kelihatan sangat bingung dengan keadaannya saat ini.
"Pak Anton sebelumnya mengalami kecelakaan, dan kepala pak Anton terbentur keras dengan jalan hingga butuh perawatan dan pengawasan secara intensif." Penjelasan dokter tak di mengerti oleh Anton. Tatapan matanya masih kosong, dan tiba-tiba ia memanggil nama seseorang.
"Alma... dimana istri saya, Dok?" tanya Anton sambil mencari sosok yang dimaksud.
Alma yang berdiri agak jauh dari Anton, kaget dengan ucapan Anton.
"Apakah ibu istri bapak Anton? Ini Pak Anton mencari keberadaan ibu. Mudah-mudahan hal ini bisa membantu pemulihan daya ingat Pak Anton ya, Bu." Kalimat dokter bikin bingung Alma untuk bersikap. Ingin rasanya ia bilang kalo sebenarnya ia sudah bukan istri Anton, tapi nanti jadi fitnah. Tapi kalo ia bilang, kalo ia memang istri Anton, malah masalah jadi runyam. Akhirnya Alma memilih diam tak menjawab pertanyaan dokter, ia hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Baiklah bu Alma, pak Anton kami tinggal dulu. Kalo ada sesuatu bisa hubungi perawat yang jaga. Permisi Pak Anton, Bu Alma." Pamit dokter Syarif diikuti oleh dua orang perawat yang mendampingi.
"Alma... kemarilah, Sayang. Kepalaku sakit sekali." Tiba-tiba Anton tersenyum pada Alma yang jaraknya makin dekat dengannya. Tangan kanan Anton meraih tangan Alma dan menggenggamnya.
Tapi Alma menjauhkan dirinya, dan mundur. Agar tangan Anton tak bisa meraihnya lagi. Dalam situasi ini, Alma seperti makan buah simalakama. Serba salah.
"Alma... mendekatlah sini, Sayang. Aku ingin kamu temani, agar aku bisa cepet sembuh, dan kita bisa berkumpul lagi dengan anak kita Tiara. Oh ya... Kemana Tiara, kok nggak di ajak kesini, Sayang?" Anton nerocos dengan ingatannya yang amburadul.
'Berarti benar apa kata dokter Syarif, akibat dari benturan di kepalanya, ingatan Mas Anton jadi ada yang hilang. Gimana ini??? Kalo Mas Anton menganggapku masih istrinya???' Alma makin bingung melihat keadaan laki-laki mantan suaminya itu.
Satu sisi ia kasihan, tapi di sisi lain ia tak mau hal ini jadi bumerang dalam hidupnya nanti. Karena ia sudah sah jadi istri Yunan, dan Anton juga sudah jadi suami Heni.
***
BERSAMBUNG...
![](https://img.wattpad.com/cover/347577329-288-k216749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
Любовные романыSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...