POV PAK ZAINIKenapa perasaan ku selalu nggak enak jika memikirkan Nita? Apa yang sebenarnya terjadi padanya, tak biasanya ia nggak pulang dari kemarin tanpa kabar.
Kamu memang keras kepala seperti aku, si Nita ini. Tapi kamu punya semangat kerja yang tinggi. Karena sejak ibu mu tiada, kamu menjadi anak mandiri dan tak manja lagi. Tapi kadang kelewatan dan lupa diri. Itulah yang menjadikanmu banyak musuh di sana sini.
Beda dengan Erik, sifatnya penurut dan nggak tinggi hati. Wajah dan karakternya hampir sama dengan ibu kandungnya.
Sebenarnya ada aset yang belum aku bagikan pada Nita dan Erik. Tapi setelah aku tahu kalau Anton juga anak kandung ku, maka aset itu harus aku bagi tiga.
Aku harus menunggu Nita pulang dulu. Kapan lagi aku akan mengatakan pada mereka, karena aku sudah semakin tua dan sudah saatnya mereka menerima warisan yang aku miliki.
Semoga saja nggak ada percekcokan antara Nita dan Erik tentang pembagian warisan pada Anton. Hmm... tapi agar Anton tidak dimusuhi oleh kedua anak ku yang lain, lebih baik aku berikan padanya dengan cara diam-diam, tanpa sepengetahuan Nita dan Erik.
Ya, itu lebih baik. Aku nggak mau mereka jadi bermusuhan. Walau bagaimana pun juga Nita, Erik dan Anton adalah saudara.
***
Pagi ini seperti biasa Bagas sudah datang ke kantornya diantar oleh sopir pribadinya, Roni. Penampilannya sangat kharismatik dan membuat semua karyawannya hormat padanya.
"Apa kamu sudah lebih baik Ron?" tanya Bagas sambil melirik sedikit ke wajah Roni yang sedari tadi masih bermuka masam.
"Sudah, tuan. Saya sudah tenang seperti biasa." Jawab Roni dengan muka datar.
"Uangnya tadi sudah aku transfer ya. Tapi ingat baik-baik ya! Jangan sampai kejadian di villa tadi tercium orang lain. Kalau sampai hal itu terjadi, kamu orang pertama yang aku habisi!!" Ucap Bagas sembari menatap tajam ke arah Roni yang tertunduk.
Siapa yang berani menatap mata elang Bagas kalau situasinya seperti itu? Roni pun sudah sangat hafal. Lebih baik ia memilih diam dan tak banyak bicara.
Setelah di rasa cukup, Bagas turun dari mobil sedan hitam yang dikendarainya dengan wajah sumringah. Di tambah lagi dengan senyum percaya diri dan melengkahkan kakinya menuju ruangan direktur.
"Selamat pagi Pak Bagas." Sapa security dengan senyum dan menunduk tanda hormat.
"Pagi," Jawab Bagas dengan menyempatkan tersenyum lalu melanjutkan langkahnya.
Sebenarnya security itu mau menyampaikan pertanyaan Erik pada bosnya. Tapi niat itu ia urungkan karena canggung dan sepertinya waktunya belum tepat.
'Sepertinya waktunya nggak memungkinkan, pasti divisi kepegawaian akan menyampaikan pada Pak Bagas.' Pikir security
Langkah Bagas lurus saja menuju ruangan yang biasa ia gunakan untuk bekerja. Ia melihat sekejab pada ruangan yang bersebelahan dengannya. Ya... ruangan tempat kerja Yuanita, sekretaris yang baru sehari saja menemani dia. Tapi kini sudah tak ada lagi di sampingnya.
'Hmm... kamu sudah tau kan siapa aku, Nita?' bisiknya dalam hati.
Bukannya sedih telah berpisah dengan sekretaris yang sudah membantunya dalam melancarkan tendernya kemarin, tapi ia malah tersenyum senang dan melenggang melanjutkan langkah kakinya menuju ruangannya sendiri.
'Hari ini, aku belum punya sekretaris yang baru, pengganti Yuanita wanita jalang itu. Gampanglah, nunggu besok saja. Kalau hari ini aku langsung buka lowongan, ntar malah mencolok dan jadi mudah di tebak.'
Lalu Bagas berdiri menyibakkan tirai jendela yang ada di belakang kursinya.
'Andai kamu nggak ganjen dan tak pengen tahu kehidupan pribadi ku malam itu, pasti aku nggak akan membunuhmu, Nita. Tapi kamu sudah mengusik ketenangan hidup ku dan berani mengabaikan perintah ku. Jadi rasakan sendiri akibatnya.'
Bagas masih memikirkan nasib Yuanita, walau di hadapan Roni, sepertinya lelaki yang punya dua kepribadian itu berlagak dingin dan tak peduli.
Tiba-tiba pintu ruangan ada yang mengetuk.
"Masuk!" Titah Bagas.
Lalu masuklah seorang wanita bernama Shella, salah satu divisi kepegawaian dengan senyum manisnya. Ia siap dengan laporan yang sudah ia siapkan pagi ini. Salah satunya adalah ketidakhadiran Yuanita hari ini dan tak ada kabar sedikit pun darinya.
"Maaf Pak Bagas, hari ini Yuanita tidak masuk kerja dan tanpa ada info apapun apa penyebabnya. Barusan saya telepon lagi, ponselnya nggak aktif. Lalu tadi pagi sekitar pukul setengah sembilan, ada yang nyari Yuanita. Kata security dia adalah adiknya."
"Hmm... tunggu saja sampai besok. Kalau sampai besok tetap nggak ada kabar, berarti kamu harus buka lowongan lagi, sesuai dengan tugas yang dilakukan Yuanita."
"Iya, Pak Bagas. Kalau gitu saya permisi dulu." Pamit Shella sambil sedikit menundukkan kepalanya tanda hormat. Lalu wanita itu membalikkan badan dan keluar dari ruangan direksi.
'Aku harus hati-hati dalam bertindak. Tak boleh ada seorang pun yang tahu tentang kematian wanita sok cantik itu. Hmm... ternyata adik Niita tadi pagi ke sini. Ini tak bisa diabaikan begitu saja. Untunglah sepeda motor milik Nita sudah diamankan, kalau tidak, pasti semua akan mencurigai ku. Karena akulah orang terakhir yang bersama dia.
*
Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan direksi.
"Masuk!" Ucap Bagas dengan suara baritonnya.
Setelah pintu di buka, ada seorang lelaki muda sedang berjalan memasuki ruangan itu.
"Siapa anda?" tanya Bagas heran.
"Perkenalkan, saya Erik adik Yuanita, sekretaris Pak Bagas. Ini dengan Pak Bagas sendiri kan?" Tanya Erik dengan sopan dan mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Lalu Bagas menerima uluran tangannya dengan senyum ramah.
"Oo... jadi anda adik dari Nita? Baguslah karena saya juga ingin tahu, kenapa kakak anda nggak kasih kabar kalau hari ini lagi absen dan ponselnya nggak bisa di hubungi." Jawab Bagas dengan ekspresi datar, tak terselip tanda-tanda apapun dari wajahnya kalau sebenarnya ia sudah merekayasa semuanya.
Erik nampak bingung mendengar jawaban lelaki tegap di depannya.
"Jadi Pak Bagas juga nggak tahu, kakaknya dari kemarin dimana?" tanya Erik dengan tatapan heran.
"Kemarin memang kakak anda mulai bekerja di sini, lalu setelah jam kerja selesai, dia juga sudah meninggalkan kantor ini seperti karyawan yang lain."
"Berarti semalam kakak saya nggak lembur dong? Tapi kenapa ponselnya mati ya hari ini? Lalu kakak ku sekarang ada dimana? Apa dia pernah cerita ke Pak Bagas, kalau dia mau ke tempat mana dulu sebelum pulang?" tanya Erik makin penasaran dan menyelidiki.
"Aku nggak tahu. Karena aku dan Nita baru kemarin saling kenal dan bekerja sama, otomatis saya nggak banyak tahu tentang kebiasaan dia. Maaf kalau saya nggak bisa membantu. "
Jawab Bagas tegas dan sedikit menunjukkan rasa sedih, agar ia tak dicurigai.
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...