BAB 3. FIRASAT IBU

3.7K 147 7
                                    

"Ma...Tiara berangkat sekolah dulu ya", pamit anakku pagi ini, dengan takzim bersalaman dan mencium punggung telapak kanan tanganku.

"Iya sayang...hati-hati di jalan ya, jangan ngebut kalo bawa sepeda", tak lupa kuucapkan nasehat untuknya, sambil ke kecup keningnya dan ku elus kepalanya tanda sayang.

Segera ku bereskan meja makan setelah semua selesai sarapan pagi ini. Seperti biasa Mas Anton pun tak canggung melahap sarapannya tanpa ada beban sedikitpun setelah melakukan hal yang menjijikkan kemarin.

Apakah ini firasat yang ditunjukkan ibu kala itu. Ya...ibuku almarhum tak menyetujui mas Anton menjadi suamiku, mungkin karena naluri keibuannya yang memberi sinyal atas sifat mas Anton yang belum terlihat jelas waktu itu. Sifat malasnya, tak tau diri, tak punya tanggung jawab, menjadi benalu selama pernikahan. Dan ditambah lagi dengan perselingkuhan dengan sahabatku sendiri. Bagaikan jatuh tertimpa tangga, seperti itulah yang kurasakan.

Tanpa peduli dengan keberadaan mas Anton, aku bergegas menuju kamar untuk meraih tas kerjaku dan segera berjalan menuju teras sambil menuntun sepeda motorku, lanjut berangkat ke sekolah tempatku bekerja.

***

POV ANTON

Kenapa aku ceroboh kemarin, tak ku sangka Alma pulang tiba-tiba, tak biasanya seperti itu. Aku harus lebih hati-hati lagi, jangan sampai ketahuan untuk kedua kalinya. Aku hafal sifat Alma, nggak mungkin dia mengusirku dari rumah ini, dia kan cinta mati sama aku.

Dulu saja, Alma sering membelaku di depan ibu mertua, padahal jelas-jelas aku yang salah dan banyak kurangnya, hahahaaa....

Bentar lagi pasti Alma akan baik-baik saja seperti sebelumnya, istriku yang pinter dan baik hati, tapi sayang punya suami yang malas dan pinter bersandiwara, dasar Alma.

Hmm...aku akan bersikap sewajarnya saja, tidak memperkeruh suasana yang masih panas karena ulahku sama si centil Heni. Tapi tak kan kulepaskan hasratku bersama Heni, ia benar-benar wanita yang menggoda dan membuatku bergairah.

Sebaiknya ku hubungi Heni, mumpung Alma dan anakku Tiara tidak dirumah. Hari ini aku malas berangkat kerja, lagian nggak kerja pun aku tetep bisa hidup, kan ada istriku yang pinter cari duit.

"Halo...sayang, lagi dimana?"

"Mas Anton, aku lagi dirumah, suntuk dari kemarin, mas Anton lagi dimana ini?"

"Lagi dirumah sendiri, mau nemenin nggak, mumpung sepi nih sayang"

"Hmm...nanti kalo istrimu pulang tiba-tiba, gimana?"

"Atau mas Anton yang nyamperin kamu ya sayang, kamu sendirian kan"

"Iya mas...kayaknya situasinya juga mendukung, sekitar rumah kita lagi sepi, nggak ada orang berlalu-lalang"

"Ok sayangku, aku akan kerumahmu sekarang juga, lagi kangen berat nih"

"iiiih...mas Anton bikin aku seneng dech"

***

Begitulah dua insan yang lagi diperbudak nafsu, tak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Asal birahi terpenuhi semua akan dilakukan, tak peduli sudah punya anak dan istri, tak peduli suami sahabat sendiri.

Situasi memang sangat mendukung, lingkungan sepi saat pagi hari, karena pada sibuk kerja. Rumah yang jaraknya sangat dekat, hingga tak banyak waktu yang dibutuhkan untuk saling ketemu untuk melepas rindu yang terlarang.

Anton mengendap-endap celingukan melihat situasi sekitar rumah, tak mau ada yang melihat aksinya bermain api untuk kesekian kalinya. Ketika dirasa aman, Anton menutup pintu rumahnya rapat-rapat dan menguncinya, lalu melanjutkan langkahnya menuju rumah depan, tak salah lagi, itu rumah sangat janda penggoda Heni, sahabat Alma istri Anton.

Tok...

tok...

tok...

Anton mengetuk pintu rumah Heni dengan pelan.

Ceklek

Suara pintu dibuka Heni dengan cepat, karena sedari tadi Heni memang sudah menunggu dan mengintip di balik jendela, untuk menyambut kedatangan Anton pasangan selingkuhannya.

Dengan senyum sumringah, Heni menatap wajah Anton di balik pintu sambil tersipu malu tapi mau.

"Silahkan masuk mas... amankan?"

"Tenang...semua aman Heni sayang"

Seketika kaki Anton melangkah masuk ke dalam rumah Heni yang sunyi senyap. Bagaimana nggak sunyi? Heni menjanda dan hidup sendiri tanpa anak disisinya, karena hak asuh anak, jatuh pada mantan suaminya.

Sekali lagi, pandangan kedua insan yang dimabuk birahi ini celingak-celinguk melihat sekitar rumah, sebelum menutup pintu dan menguncinya. Dirasa aman, Anton dan Heni melanjutkan aksinya layaknya suami istri.

***

Dengan tanpa beban, keduanya sangat menikmati perselingkuhan yang sudah lama berlangsung. Tanpa sepengetahuan Istrinya, Anton sering singgah ke rumah Heni sang janda penggoda untuk melampiaskan nafsu birahinya.

Seperti pepatah Jawa tumbu oleh tutup, Anton dan Heni adalah pasangan klop yang sama-sama tak tau diri, pemalas dan benalu.

Sungguh disayangkan pengorbanan istri Anton, Alma. Ia bekerja keras membanting tulang, menjadi guru dan membuka bisnis online, sejak awal pernikahan hingga saat ini, demi menghidupi keluarganya. Tak disangka pengorbanannya yang begitu besar tidak sebanding dengan apa yang didapatkannya. Ya...penghianatan suami dan sahabatnya sendiri.

***

"Mas Anton bolos kerja ya?"

"Iya sayang, malas, enakan berduaan dengan kamu, Heniku sayang"

"Nanti kalo Alma tau, gimana mas"

"Santai saja, nggak usah dipikirkan, Alma itu istri yang baik, pasti tidak banyak protes"

"Hmm...gitu ya, kubuatkan kopi dulu ya sayang"

"Jangan lama-lama ya Heni sayang"

"Bentar mas, nggak sabaran banget"

Menjelang siang, Anton bersiap-siap mau pulang kerumahnya. Sebelum melangkahkan kaki untuk keluar rumah Heni, tak lupa ritual celingak-celinguk layaknya maling yang sedang beraksi.

Selanjutnya ia melangkah menyeberang jalan dan masuk ke rumahnya tanpa ada gelagat mencurigakan karena keseringan hingga sudah mahir melihat situasi lingkungan.

Sepandai-pandai menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Sepintar-pintarnya menyimpan kebohongan suatu saat akan ketahuan juga.

Tinggal menunggu waktu, karena sebenarnya ada rencana besar yang dirancang oleh Alma secara diam-diam untuk membongkar perselingkuhan suami dan sahabatnya itu.

Alma memang tak suka berdebat, ia lebih memilih diam dalam menghadapi kebusukan Anton dan Heni. Tapi dalam diamnya menyimpan kepahitan dan kesedihan yang mendalam, hingga muncullah ide brilian untuk menjebak penghianatan yang seolah tersimpan rapi.

Diam-diam, Alma memasang cctv di teras rumahnya yang sengaja dihadapkan ke rumah Heni, tanpa sepengetahuan siapapun. cctv itu letaknya sangat tersembunyi, dipastikan aman dan tak mungkin ketahuan.

Dibalik strategi yang dilancarkan Alma, ia harus bersiap-siap mendapat kejutan demi kejutan yang akan diberikan oleh suaminya. Bukan kejutan yang menyenangkan, melainkan kejutan perselingkuhan yang makin jelas di depan mata.

Mental Alma harus siap menghadapi adegan yang terekam sempurna dalam cctv.

"Apapun yang akan terjadi, aku harus siap menghadapi dengan lapang dada", demikian tekad Alma untuk membuka tabir kepalsuan yang selama ini ditutupi oleh Anton dan Heni.

Jangan anggap sepele kekuatan wanita yang tersakiti, dalam hatinya telah menggunung kepedihan yang teramat menyayat kalbu, hingga rasa perih berganti dengan strategi tanpa tangis dan amarah, inilah yang dialami Almaila Khumaira. Seorang istri yang tak gentar menghadapi penghianatan suami dan sahabatnya sendiri.

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang