BAB 41. SESAL PAK RUDI

981 38 0
                                    

POV PAK RUDI, AYAH ALMA

Sungguh mulia hatimu Alma, anak ku. Aku tak tahu lagi harus kemana minta pertolongan. Sebenarnya aku sangat malu datang menemuimu, Nak. Karena apa yang sudah ayah lakukan dulu, sudah sangat keterlaluan.

Aku sering memukul dan menampar ibumu hingga ia menangis sambil memegangi pipinya yang memerah bekas tamparan tanganku. Padahal ibumu tak pernah melakukan kesalahan. Justru akulah yang sudah lalai atas kewajiban ku menjadi suami dan orang tua, untuk ibu mu dan kamu anakku.

Maafkan aku, istriku. Aku sudah sangat kejam pada mu. Tapi kamu tak pernah menuntut apa-apa atas perlakuan ku yang tak adil padamu. Dengan sabar, kamu membesarkan dan mendidik Alma hingga menjadi wanita yang baik hati dan sudah mandiri.

Yang paling aku sesali, aku tak sempat minta maaf padamu, istriku. Kini engkau sudah di ambil oleh sang Kuasa. Tapi aku yakin, kamu akan mendapat kebaikan di akhirat atas kesabaran dan keikhlasan mu, istriku.

Banyak kebodohan yang aku lakukan demi membela wanita penggoda tak tahu diri itu. Aku terlena atas kecantikannya yang ternyata menyimpan kepalsuan. Sampai-sampai apapun permintaannya pasti aku turuti demi mendapat perhatian dan kasih sayangnya yang ternyata palsu.

Alma anak ku, maafkan ayah yang telah menelantarkanmu hingga belasan tahun. Ayah juga pernah mengusirmu tanpa belas kasihan sedikitpun, Nak. Sungguh hina diri ku ini. Hingga tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hingga lupa segalanya, hanya demi nafsu semata.

Aku tak menyangka anakku Alma. Kamu bisa memaafkan semua kesalahan dan kebiadaban ayah mu yang tak berdaya ini. Terima kasih atas penerimaan maafku padamu, Nak. Semoga Tuhan memberikan kenikmatan dan kebahagiaan padamu, Alma anakku.

*

Demikian renungan pak Rudi menyesali perbuatan yang telah lalu. Lelaki yang sudah memutih rambutnya ini, sudah benar-benar menyesal.

Penyesalan memang selalu muncul di akhir, karena harta bendanya sudah habis atas tipu daya istri keduanya, yang cuma dinikahi secara siri. Perusahaan, beberapa mobil, rumah mewah, semua diatasnamakan pada istri keduanya yang serakah. Yang cuma bisa morotin harta kekayaan pak Rudi sedikit demi sedikit. Setelah mendapatkan semuanya, wanita licik itu mengusir pak Rudi bagai kucing buduk tak berguna. Bagai air susu di balas dengan air tuba.

Akhirnya beberapa kali pak Rudi berusaha menemui Alma untuk meminta pertolongan. Sempat Alma menolak dan tak mau melihat ayahnya yang telah menorehkan luka batin yang mendalam. Tapi atas saran dan bimbingan suaminya, akhirnya Alma bisa membuka hati dan memaafkan semua kesalahan ayahnya dengan lapang dada.

Kini hubungan antara ayah dan anak kandung, pak Rudi dan Alma sudah terjalin dengan baik. Tabir yang belasan tahun tertutup rapat karena keegoisan dan keangkuhan menjadi tersibak karena rasa kasih dan sayang.

***

Sudah seminggu lamanya, Yunan dan Alma mereguk nikmatnya honeymoon di pulau dewata Bali.

Tak terasa waktu cepat berlalu, kini sepasang pengantin baru ini bersiap-siap pulang kembali ke kota Surabaya.

"Hmm... kita sudah mau sampai. Tak terasa ya, begitu cepat rasanya. Apa karena ada kamu di sisi ku, Sayang?" Ucap Yunan yang selalu perhatian dan mesra pada istrinya yang makin cantik. Kecantikannya Alma makin terpancar saat menjadi istri Yunan.

Tak bisa dipungkiri, kasih sayang Yunan yang tulus pada Alma, telah memberikan energi positif pada wanita berkulit putih ini.

"Iya ya, Mas. rasanya baru kemarin kita ke Bali. Eee... sekarang sudah balik lagi ke sini. Aku juga merasakan hal yang sama, Sayang ku." Sahut Alma dengan manja sambil menyandarkan kepalanya ke bahu kokoh Yunan, yang duduk di sampingnya.

Suami Alma tersenyum manis sambil memeluk erat tubuh Alma yang ramping, dan tangannya meraih telapak tangan Alma, lalu digenggamnya dengan erat.

*

"Mama & papa sudah pulang, Angga." Teriak Tiara kegirangan, ketika mendapati mobil Yunan dan Alma telah memasuki halaman depan.

Angga melangkah dengan cepat setelah mendengar teriakan Tiara, yang sudah dianggapnya sebagai saudara kandungnya.

"Oh iya, kak. Ayo kita sambut di depan! Pasti banyak oleh-oleh yang dibawa oleh papa dan mama untuk kita." Ajak Angga pada Tiara dengan sangat bersemangat.

"Yakin sekali sih," sahut Tiara sambil tersenyum  girang.

"Iya dong, masak sudah ninggalin kita seminggu, eee... pulang-pulang nggak bawa oleh-oleh. Sungguh ter la lu." Kelakar Angga gegas melangkah menuju teras depan. Kedua matanya celingukan menatap mobil papanya yang kini sudah berhenti di garasi.

Sebentar kemudian Yunan dan Alma keluar dari mobil dengan senyum di bibir mereka.

"Assalamualaikum" Ucap Yunan dan Alma hampir bersamaan.

"Waalaikum salam" Jawab Angga dan Tiara bersamaan.

Kedua remaja ini tak lupa mencium punggung telapak tangan kanan Yunan dan Alma dengan takzim.

"Oh ya, tolong bantu papa ya, Angga dan Tiara! Di bagasi ada beberapa oleh-oleh buat kalian." Titah Yunan pada kedua  yang telah berdiri di depannya.

"Ok, Pa." Sahut Angga sambil tersenyum girang.

"Siap, Pa." Jawab Tiara tak mau kalah.

Kedua remaja itu gegas melangkah menuju mobil yang sudah terbuka bagasinya. Disana sudah bertengger beberapa kardus dan totebag  yang siap di angkat.

"Wah... banyak sekali, Kak! Benar kan, apa yang ku bilang???" Tanya Angga pada Tiara yang berdiri di sampingnya.

"Iya, nih. Jadi semangat aku angkatnya. Ha ha haa..." Sahut Tiara sambil tertawa renyah.

***

Sesuai rencana Adel dan bu Halimah, sore ini Adel berkunjung ke rumah Alma yang lama. Ia berharap bisa bertemu dengan mantan iparnya Alma dan keponakannya Tiara.

"Maaf... Apa bisa bertemu dengan mbak Alma?" Tanya Adel pada pak Rudi yang sedang duduk di teras depan rumah.

"Anda mencari Alma? Anda ini apanya Alma? Dan ada keperluan apa ya???" Pak Rudi malah balik bertanya pada Adel.

"Saya adiknya Mas Anton, mantan suaminya mbak Alma." Jawab Adel sambil memandang lelaki tua yang ada di depannya dengan penuh tanda tanya.

"Mantan suami Alma???" Tanya pak Rudi makin bingung. Lelaki tua ini tak tahu tentang perjalanan pernikahan anak kandungnya. Setahu dia, Yunan lah suami Alma.

"I... iya. Maaf... saya nggak pernah ketemu, Bapak. Apakah Bapak, ayah dari mbak Alma?" Tanya Adel sama-sama bingung atas apa yang ada di depannya.

"Iya, saya ayahnya Alma." Jawab pak Rudi singkat.

"Apa mbak Alma ada di rumah, Pak?" tanya Adel.

"Alma nggak ada di rumah ini. Alma ikut ke rumah suaminya. Aku juga nggak tau alamat rumah Alma sekarang." Jawab pak Rudi.

"Oh... begitu. Kalau gitu, saya permisi dulu, Pak" Pamit Adel pada pak Rudi.

"Iya... Silahkan!" Jawab pak Rudi dengan ramah.

Akhirnya Adel dengan hati kecewa, membalikkan badan dan melangkah meninggalkan rumah Alma.

Harapannya untuk segera bertemu Alma dan Tiara pupus sudah. Ia ingin sekali menghubungi Alma saat ini juga, tapi ada rasa canggung. Lalu ia memilih untuk langsung pulang dengan menaiki kuda besi kesayangannya.

***

BERSAMBUNG...

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang