Hari berikutnya, pak Zaini dan Erik masih sibuk mencari keberadaan anak dan kakaknya yang belum jelas nasibnya.Pak Zaini semalamam tak bisa tidur, sedang Erik mulai mencari jalan keluar untuk mendapatkan informasi pada beberapa orang yang di anggap pernah dekat dengan kakaknya itu.
Diantara deretan orang-orang yang pernah dekat menurut Erik adalah :
1. Anton, mantan suami sekaligus kakaknya.
2. Yunan, direktur tempat Yuanita bekerja sebelumnya.
3. Bagas, direktur tempat Yuanita bekerja terakhir.
Secuek-cueknya Erik pada kehidupan kakaknya, tapi di saat saudara perempuannya itu hilang tanpa kabar apapun, dialah yang paling sigap mencari ke sana kemari sampai ia meninggalkan kepentingan pribadinya.
Mengingat ayahnya pun sudah tak berselera makan dan selalu menanyakan kakaknya itu setiap kali ketemu Erik di rumah.
Dan jika Erik tak ada di rumah, setiap menit pak Zaini mengirim pesan atau langsung menelepon pada Erik. Maka otomatis adik Yuanita itu tak bisa konsentrasi dalam kuliah maupun saat bekerja sambilan setelah kuliah.
"Erik, sebaiknya kamu jangan masuk kuliah dulu. Tanyakan tentang kakakmu pada orang-orang yang pernah dekat dengannya. Ayah khawatir telah terjadi hal yang tidak kita inginkan. Karena firasat ayah nggak enak semenjak kakakmu itu nggak ada kabar hari ini. Atau kita laporkan saja pada polisi. Agar masalah ini cepat di tangani dan kakakmu juga segera ditemukan."
Ucap pak Zaini dengan muka gelisah sambil menatap Erik dengan tatapan sayur karena kurang tidur. Juga kurangnya nafsu makan beberapa hari ini.
"Iya Yah. Aku akan cari tahu ke Mas Anton. Mungkin dia tahu, kemana biasanya Mbak Nita pergi. Karena dulu pernah dekat dengannya." Jawab Erik sambil merapikan sepatu kets hitam yang akan menemaninya beraktifitas hari ini.
"Kamu mau kuliah dulu Erik?"
"Hari ini aku ijin nggak masuk. Karena mencari Mbak Nita itu yang paling penting,Yah. Aku akan ke rumah Mas Anton dulu. Mungkin dia tahu kemana Mbak Nita biasanya kalau lagi ada masalah atau biasanya pergi ke rumah temannya yang Mas Anton tahu."
"Oh gitu, iya Rik. Ayah semalam nggak bisa tidur mikir Mbak mu yang sampai sekarang nggak ada kabar."
Setelah itu Erik berpamitan pada ayahnya, lalu langsung pergi dengan mengendarai sepeda motor hitam yang biasa ia pakai.
'Semoga Mas Anton tahu tempat yang biasa dikunjungi Mbak Nita kalau lagi ada masalah.' Bisik Erik dalam hati dengan penuh harap.
Tak berapa lama sampailah Erik di rumah Anton, kakak beda ibu sekaligus mantan kakak iparnya.
Ia memarkir sepeda motornya di halaman rumah Anton yang lumayan luas. Lalu Erik melepas helm yang ia pakai sambil menatap toko kecil yang ada di teras rumah.
'Mas Anton sekarang buka toko di depan rumahnya. Berarti dia sudah berusaha untuk menghidupi anaknya. Hemm... baguslah.' Gumam Erik sambil melangkah mendekat rumah yang di tuju.
Tapi belum sempat Erik mengucapkan salam, ternyata Anton sudah muncul dari toko dan menyapanya.
"Erik, apa kabar?" Sapa Anton dengan ramah.
"Eee... Mas Anton, baik Mas. Lagi sibuk ya?" Jawab Erik dengan tersenyum.
"Enggak, biasalah cuma beres-beres. Oh ya, ada apa Rik, tumben pagi-pagi sudah kemarikemari? Silahkan masuk, kita ngobrol di dalam saja ya!"
"Iya Mas, makasih atas waktunya."
"Kamu ini Rik. Ada-ada aja pake terima kasih segala. Ayo duduk dulu. Mau tak buatkan kopi atau teh hangat?"
"Nggak usah Mas, aku cuma sebentar. Mau nanyakan tentang teman dekat atau sahabat Mbak Nita. Mungkin Mas Anton tahu."
"Hmmm... aku memang dulu pernah sangat dekat sama Nita. Tapi setahu ku dia nggak punya teman dekat apalagi sahabat, setahu ku lho ya. Memangnya ada apa dengan Nita?"
"Mmm... Mbak Nita nggak pulang mulai kemarin Mas. Di telepon juga nggak ada respon, ponselnya mati. Kemarin pagi tak tanyakan bosnya yang baru, dia juga nggak tahu katanya. Lalu aku berpikir, kalau Mbak Nita pernah dekat sama Mas Anton. Makanya aku main ke sini karena itu Mas."
"Jadi Nita sekarang sudah nggak kerja lagi di perusahaan Pak Yunan. Mulai kapan Nita kerja di tempat yang baru Rik?"
"Baru sehari Mas. Sorenya sudah nggak pulang sampai hari ini. Ayah sampai nggak selera makan dan nggak bisa tidur mikiran Mbak Nita."
"Kok bisa?? Dimana tempat kerjanya Nita yang baru itu?"
"Mmm... bentar Mas, aku lupa namanya. Tak lihat dulu di ponselku. Ini ni... Nama perusahaannya PT. ALEXA BUANA nama pemiliknya BAGASKARA WINATA. Kemarin aku sudah ke sana dan ketemu langsung dengan bosnya. Tapi dia juga nggak tahu tentang mbak Nita. Tolong dong Mas, kala dengar informasi mengenai Mbak Nita, aku di kabari ya!"
"Iya Rik. Semoga kakak mu cepat pulang. Jadi nggak bikin ayah dan kamu bingung kayak gini."
"Kalo gitu, aku pamit dulu Mas. Mau nyari Mbak Nita ke tempat kerjanya yang dulu. Mungkin aku dapat informasi dari sana."
"Iya, Rik. Hati-hati ya! Titip salam ke ayah, kalo kamu nanti sudah nyampek rumah.
" Iya Mas Anton."
Lalu Erik berdiri dari duduknya dan melangkah keluar menuju sepeda motor yang ia parkir di halaman rumah Anton.
***
Seperti yang sudah direncakan jauh-jauh hari, mulai hari ini sampai seminggu yang akan datang, Yunan di dampingi Revan akan ke luar kota untuk membuka cabang baru di sana.
Revan masih mempersiapkan apa saja dokumen yang diperlukan, sedang Yunan mengatur dan memberikan tugas khusus bagi pengganti dia selama tidak ada di tempat.
Setelah memberikan tugas pada beberapa karyawan yang di percaya, Yunan kembali masuk ke ruangannya.
Tapi tiba-tiba pintunya ada yang mengetuk.
Tok tok tok
Mendengar suara itu, Yunan langsung mempersilahkan tamunya masuk ke ruangannya.
"Masuk!"
Masuklah seseorang yang tak pernah di kenal oleh Yunan, ya... adik Yuanita datang ke sana untuk mencari tahu tentang keberadaan kakaknya.
"Maaf Pak, mengganggu kesibukan Pak Yunan."
"Ooo... tidak apa-apa. Anda siapa ya?"
"Saya adik Yuanita, sekretaris Pak Yunan yang dulu."
"Ooo... Tapi Yuanita sudah nggak bekerja di sini. Sepertinya ia sudah di terima di perusahaan lain. Silahkan duduk dulu!"
Lalu Erik segera duduk di sofa panjang yang ada di sana dengan agak canggung. Setelah itu Erik melanjutkan percakapannya yang sempat terhenti.
"Iya, Pak. Saya mengerti. Tapi Mbak Nita nggak pulang dari kemarin hingga hari ini. Di telepon tapi ponselnya juga nggak aktif."
"Lho... kok bisa. Sebentar, aku ingat terakhir kali ketemu Nita di tempat meeting siang itu. Bos dia malah memenangkan tender besar ini. Tapi kenapa Nita malah menghilang gitu.? Sepertinya ada yang nggak beres.
Erik mendengarkan penjelasan Yunan dengan baik sambil sesekali menggaruk kepala yang tak gatal untuk mengurangi nervesnya.
***
Terima kasih atas dukungannya selama ini🥰🙏
Karena perkembangan cerita sudah jauh dari judul awal, maka othor akan menamatkan novel ini sampai BAB 158 saja.
UNTUK SELANJUTNYA OTHOR SAMBUNG PADA NOVEL BERIKUTNYA DENGAN JUDUL
MISTERI HILANGNYA SEKRETARIS SEXY
(Hanya di noveltoon
karena sudah tanda tangan kontrak😊🙏)Pastinya makin seru dengan cerita yang makin menarik. Mohon dukungannya ya, biar othor makin semangat dalam menyelesaikan novel ini.
MAKASIH BANYAK🥰🥰🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomansaSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...