BAB 22. MENJELANG HARI BAHAGIA

1.2K 55 1
                                    

Selesai rapat, semua kembali ke ruangan masing-masing. Tapi Yunan malah mendekati Anton yang melangkah menuju pintu keluar.

"Hai, Anton. Gimana kesan kamu kerja disini? Sudah nyaman kan?" Tanya Yunan tanpa canggung, padahal ia seorang direktur, tapi ketemu dengan Anton, teman lamanya, Yunan bersikap layaknya seorang teman. Yunan memang terkenal sebagai direktur yang humble, makanya para karyawan sangat kagum dan hormat padanya.

"Aku seneng kerja di sini. Teman-teman satu divisi bisa bekerja sama dengan baik. Apalagi bapak direkturnya, sangat baik." Jawab Anton sambil tersenyum pada sang direktur.

"Kamu nih, bisa aja, Ton. Ayo kita lanjut tugas kita!" Yunan menepuk pundak kanan Anton dan terlihat senyum ramah di bibirnya.

Banyak pula yang naksir sang direktur PT. Sumber Rejeki ini, karena tahu kalo Yunan seorang duda yang cakep, tajir, humble, lengkap deh. Tapi itulah Yunan, kriteria istri baginya bukan hanya sekedar cantik fisik, tapi juga cantik hatinya. Seperti Alma, sebentar lagi akan dinikahinya, yang tak lain adalah mantan istri Anton, sekarang jadi karyawannya.

Yunan dan Anton dulu satu kampus. Keduanya sama-sama ganteng, banyak cewek-cewek yang mengidolakan keduanya. Yunan terkenal karena aktif dalam kegiatan kampus ekstra maupun intra, juga pandai retorika. Sedang Anton terkenal dengan julukan playboy, suka gonta-ganti pacar.

Katanya dunia tak selebar daun kelor, tapi takdir mempertemukan mereka dalam satu perusahaan. Dan inilah nanti yang menjadi cikal bakal permasalahan selanjutnya.

Dalam perjalanan menuju ruangannya, Anton menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

'Enak sekali Yunan, sudah jadi direktur di perusahaan ini. Aku cuma karyawan biasa, yang levelnya paling rendah. Nasib-nasib.' Anton menggerutu dalam hati.

Derrttt... derrttt...

Ada pesan masuk pada ponsel Anton, ia gegas merogoh saku celananya.

(Halo, Hen. Ada apa) sapa Anton

(Mas... tolong kalo pulang kerja nanti, aku belikan pizza ya. Pasti enak, ini permintaan dedek bayi dalam perut. Jangan lupa ya, Mas. Biar anak kita nanti nggak ileran) pinta Heni.

(Aduh Hen... kamu ini ada-ada aja. Ya... kalo aku nggak lupa. Sudah ya, aku mau lanjutin kerjaan ku) jawab Anton.

(Bentar Mas. Awas ya! Jangan sampai selingkuh sama teman kerjamu! Ingat itu!!) Pesan istri Anton selanjutnya.

(Iya... iya, udah jangan aneh-aneh) Anton tiba-tiba menutup sambungan telpon dengan muka masam.

'Baru aja kerja dua hari, sudah ada aja permintaannya, Dasar wanita cerewet! Kalo Alma dulu nggak seperti itu, ia wanita yang nggak nyusahin suami. Tapi... itu sudah berlalu.' Pikiran Anton melambung jauh, hingga mengingat masa indah bersama Alma, mantan istrinya.

***

Sebulan kemudian, Alma sudah mempersiapkan segala sesuatu keperluan pernikahannya. Tak banyak sih, karena dilakukan secara sederhana, tanpa resepsi yang meriah. Cukup prosesi nikah dan syukuran dengan mengundang saudara, teman dekat, serta tetangga.

Tapi walau begitu, masih saja terlihat repot jika dilakukan sendiri. Untunglah teman-teman guru di sekolahnya siap memberi bantuan tenaga, kapanpun Alma butuhkan. Maklumlah, Alma sudah tak punya orang tua, ia juga tak punya saudara kandung.

Sebenarnya masih ada ayah kandungnya. Tapi sudah belasan tahun tak ada kabar, apalagi ketemu. Sejak ayahnya menikah dengan istri kedua, ia tak pernah menjenguk Alma sekalipun.

"Tiara, tolong besok ambilkan undangan di percetakan ya! Karena mama beberapa hari ini sudah nggak boleh keluar rumah." ucap Alma.

"Kenapa, Ma? Mama sakit?" Tanya Tiara penasaran sambil memegang kening mamanya, untuk memeriksa suhu tubuhnya.

"Bukan karena sakit, sayang. Tapi mama lagi di pingit. Jadi nggak boleh keluar rumah menjelang hari pernikahan." Jawab Alma.

"Ooo... gitu ya, Ma. Baru tahu aku caranya seperti itu. Oke, Ma. Besok setelah pulang sekolah, aku mampir ke percetakan." Ucap Tiara sambil tersenyum manis.

***

Di kediaman Yunan pun mulai ada persiapan, tapi tak sesibuk Alma sebagai pengantin wanita. Yunan disibukkan dengan pikirannya sendiri. Bukan karena banyaknya masalah, tapi karena laki-kaki ini lagi dilanda rindu tingkat dewa.

Beberapa hari ini tak boleh memandang wajah Alma, calon istrinya walau lewat video call. Padahal cuma beberapa hari, tapi rindunya kayak nggak ketemu bertahun-tahun.

(Alma, rinduku ini sudah menumpuk bagaikan gunung salju. Sehari saja tak jumpa bagai setahun rasanya. Aku sangat merindukanmu, sayang) Ungkapan hati Yunan pada pesan singkatnya.

(Aduh, Mas Yunan... besok kita sudah ketemu kan, Mas. Nggak sabaran banget deh) Jawab Alma manja. Makin membuat Yunan gemes, ingin menciumnya.

(Sayang... boleh kan!? Aku video call bentar aja. Nggak ada yang tau kan? Please!) Bujuk Yunan untuk memenuhi keinginannya.

(Nggak boleh Mas! Sabar ya, sayang. Besok kita pasti bisa saling pandang sepuasnya. Rindunya di simpen di bawah bantal dulu ya, sayang) Tolak Alma dengan lembut.

(Hmm... Okelah kalo gitu. Aku istirahat aja sekarang. Kamu juga harus istirahat ya, sayang. Biar besok nggak kesiangan bangunnya) ucap Yunan dalam chat.

(Iya, Mas Yunan sayang) balas Alma dengan emoticon love.

***

Sementara di ruangan divisi personalia, Dahlia dan Kamila lagi asyik membicarakan direktur mereka, Yunan Prasetya yang akan menikah hari ini dengan Alma Khumaira jam 10 pagi.

"Akhirnya, bentar lagi direktur kita sudah nggak jomblo lagi. Senengnya jadi istri pak Yunan. Sudah cakep, tajir melintir, rendah hati, sabar. Aduh... Kapan??? Aku dapat suami kayak gitu." Ucap Kamila yang sudah menjanda setahun lebih.

"Nyari gebetan lagi dong, Mila! Kan masih banyak stok laki-laki yang baik. Tapi, jangan senggol Anton lho ya! Itu bagianku." celoteh Dahlia.

"Kamu naksir sama Anton? Emang Anton masih single? Kalo udah punya istri, gimana?? Tanya Kamila.

"Kayaknya single deh. Dia nggak pernah ngomongin istrinya. Kalo pun udah punya istri, aku sih fine-fine aja. Yang penting kita main cantik." Jawab Dahlia sambil berbisik.

"Lho... nggak bahaya ta, Lia??? Kamu mau jadi pelakor?" tanya Kamila lagi.

"Aku kan nggak tau status Anton itu gimana. Kamu kok nyimpulin gitu sih. Nanti kita pancing aja, biar dia ngaku udah punya istri apa belum." Jelas Dahlia sambil nengok kiri-kanan, memastikan nggak ada orang yang dengar percakapan mereka berdua.

"Besok malam kita di undang makan-makan di rumahnya pak Yunan. Jangan sampek nggak datang. Pasti banyak makanan lezat. Kapan lagi makan enak sepuasnya." Celoteh Bondan yang memang suka makan, makanya badannya paling gendut diantara teman-teman sekantor.

"Lho... ada acara apa sampek ngundang kita?" Tanya Anton penasaran.

"Kamu belum tau, Ton? Pak Yunan kan menikah pagi ini. Tapi kita sekantor di undang acara syukuran nanti malam. Nih... undangannya, baca deh!" sahut Darwis.

Anton menerima undangan yang diberikan oleh Darwis. Lalu segera ia membacanya.

'Yunan Prasetya dengan Almaila Khumaira' Anton terkejut bukan kepalang setelah membaca tulisan yang ada di undangan warna biru muda itu.

"Masih nggak percaya, kalo kita di undang makan-makan? Kalo nggak mau datang juga nggak masalah. Justru nggak banyak saingan buat habisin makanan." Kelakar Bondan yang membuat seisi ruangan tertawa. Kecuali Anton, ia diam tak ikut terpengaruh dengan guyonan teman sejawatnya itu.

'Apakah ini Alma mantan istriku??? Tapi nggak mungkin. Nama Alma Khumaira kan banyak, kebetulan aja sama.' Anton melamun sambil menatap kembali undangan yang dipegangnya.

"Ada apa, Ton. Kamu koq bengong aja. Lagi pengen nikah juga ya???" goda Kamila untuk memancing status Anton.

"Siapa yang pingin nikah? Nyari cuan aja yang banyak, ntar cewek deketin kita sendiri, tul nggak, Darwis?" jawab Anton sambil melirik Darwis yang ada di sebelahnya.

'Berarti Anton masih jomblo. Yes!!! teriak Dahlia dalam hati, sambil mengerlingkan matanya pada Kamila.

***

BERSAMBUNG...

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang