Jum'at, 03 Juli 2020. Kediaman Alma.
Alma menyeka keringat dingin yang keluar di pelipis matanya, ia tak bisa pungkiri rasa gelisah yang menyelimuti hati dan pikirannya. Ya... hari ini adalah detik-detik bersejarah dalam hidupnya. Tinggal menunggu beberapa menit lagi, acara akad nikah akan segera di mulai.
Baik Alma maupun Yunan ini bukan kali pertama mereka menikah. Tapi debaran jantung yang terpacu lebih cepat, tetap mereka rasakan.
Yunan sudah duduk di kursi berhadapan dengan seorang penghulu, didampingi dua orang saksi. Pernikahan ini terpaksa menggunakan wali hakim yang ditunjuk oleh menteri agama atau pejabat yang ditunjuk olehnya untuk bertindak sebagai wali nikah bagi calon mempelai wanita yang karena alasan tertentu. Dalam hal ini disebabkan ayah Alma tak diketahui keberadaannya.
Yunan berjalan menuju kursi ikrar akad dengan setelan jas warna hitam, menambah ketampanan dan kharisma penampilannya.
"Sudah siap mempelai pria?" Tanya penghulu.
"Siap." Jawab Yunan singkat namun tegas.
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Yunan Prasetya bin Lukita Utomo dengan saudari Almaila Khumaira binti Baskoro dengan maskawin uang 500 juta rupiah dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Almaila Khumaira binti Baskoro dengan mas kawin uang 500 juta rupiah dibayar tunai." Yunan mengucapkan ikrar nikah dengan satu hembusan napas.
"Sah???" Tanya penghulu pada semua yang hadir.
"Saaaaah." teriak para undangan yang hadir di acara itu dengan serempak.
"Alhamdulilah" Ucap Yunan sambil menghela napas panjang. Ia tampak lega.
Kini saatnya mempelai wanita melangkah menuju meja akad. Alma berjalan didampingi dua orang teman guru yang mengiringi di sebelah kanan dan kirinya. Wanita berkulit putih itu mengenakan kebaya berwarna putih di padu dengan jarik parang khas Jawa, rambut disanggul nan anggun, dengan riasan wajah sederhana.
Alma menundukkan kepala karena salting dilihat banyak tamu undangan, sambil terus berjalan mendekati tempat duduk Anton yang baru saja resmi menjadi suaminya.
Yunan menatap wajah sang istri dengan terpana. Kecantikan Alma bak bidadari dari kahyangan, hingga membuat kedua bola mata Yunan tak berkedip.
Alma berdiri berhadapan dengan Yunan. Kemudian ia mencium punggung telapak tangan kanan Yunan dengan takzim. Selanjutnya Yunan mencium kening Alma dengan mesranya.
'Alma... Kau begitu cantik sayang." Bisik Yunan dalam hati. Alma tersenyum membalas tatapan mata Yunan yang tak henti-hentinya memancarkan kekaguman padanya.
'Semoga mama bahagia selamanya' ucap Tiara lirih. Ia duduk di belakang Alma, untuk menyaksikan lebih dekat prosesi nikahan mama tercintanya.
Selanjutnya para undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan. Sementara Alma dan Yunan masih sibuk beramah tamah menghormati para tamu yang hadir pagi itu.
***
'Kenapa aku selalu was-was ya, ketika Mas Anton lagi kerja? Apa Mas Anton mulai macam-macam?? Aku harus menghubunginya sebelum terlambat.' Pikir Heni yang selalu overthingking.
Derrttt...
Ada pesan masuk pada ponsel Anton. Segera Anton memeriksa, kuatir ada pesan yang urgen. Tapi ponsel itu kembali masuk kantong celananya, setelah tahu pesan itu darimana.
'Dasar wanita nyebelin! Biar saja, nggak akan kebaca pesannya. Nanti pasti capek sendiri.' Gerutu Anton sambil melanjutkan aktifitasnya di ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...