BAB 70. PULANG

943 51 15
                                    

Kamis pagi telah tiba, sudah tiga hari Alma menghabiskan hari-harinya di kota Malang. Kini saatnya ia bersama teman-teman sejawatnya kembali ke kota Surabaya menuju rumah masing-masing.

Aroma kebahagiaan terpancar dari raut muka mereka, begitu juga dengan Alma. Beberapa jam lagi ia akan bisa berkumpul kembali dengan suami dan anak-anaknya, dengan melepas rindu dan bersenda gurau seperti sebelumnya.

Dengan menggunakan travel Malang Surabaya, Alma menikmati perjalanan pulang, sembari tak lupa membawa oleh-oleh khas kota apel.

Akhirnya istri Yunan itu sampai di depan rumahnya pukul sepuluh pagi. Karena pada jam segini Yunan masih ada di kantor, sedang Tiara dan Angga ada di sekolah. Tersisa seorang pembantu yang setia meringankan pekerjaan rumah Alma.

"Assalamualaikum" Sapa Alma sebelum masuk rumah.

"Waalaikum salam. Alhamdulillah... Bu Alma sudah pulang." Jawab Bik Ina dari dalam.

"Iya, Bik. Tolong bantu bawa tas dan oleh-oleh di depan ya, Bik Ina!"

"Siap, Bu Alma" Jawab Bik Ina dengan semangat.

Setelah memasukkan semua tas dan oleh-oleh ke dalam rumah, bik Ina menawarkan minum pada Alma. "Bu Alma, mau saya buatkan teh hangat?"

"Iya, Bik. Makasih ya." Jawab Alma dengan senyum manisnya. Lalu ia mengambil ponsel yang ada di dalam tas selempang hitamnya. Tak lupa kasih kabar pada sang suami tercinta.

(Halo, Mas. Aku baru nyampek rumah)

(Alhamdulillah... akhirnya kangen ku akan terobati)

(Hmm... aku juga kangen, Mas)

(Jadi pengen cepet-cepet pulang nih, Sayang)

(Masih jam sepuluh pagi, Mas. Sabar dulu ya)

(Oke deh, istri ku sayang. Sampai jumpa nanti)

Alma menutup sambungan telepon dengan senyum manisnya.

*

Waktu telah bergulir, siang telah berganti sore. Tiara, Angga dan Yunan sudah pulang kembali ke rumah berukuran besar dominan warna putih itu. Berhalaman luas dengan di hiasi pohon cemara dan banyak jenis bonsai untuk mempercantik taman depan rumahnya. Membuat siapapun yang singgah di sana menjadi betah dan merasa nyaman.

"Apa papa sudah menyiapkan semuanya untuk acara nanti malam?" tanya Tiara pada Yunan sambil berbisik.

"Beres, Bos. Kita lakukan sesuai rencana. Jangan sampai mama tau rencana kita malam nanti." Yunan membalasnya sambil berbisik pula.

"Aku juga sudah siap dengan hadiah ku, Pa." Sahut Angga ikutan nimbrung. Angga tak mau kalah ingin memberi kebahagiaan pada mama Alma. Ia sudah menganggapnya sebagai ibu kandung, karena Alma juga menyayanginya layaknya anaknya sendiri.

"Ssstttt... jangan keras-keras. Ntar ketahuan mama." Sahut Yunan sambil menurunkan volume suaranya.

Tiba-tiba Alma datang dengan membawa nampan berisi enpat gelas teh hangat kesukaan suami dan anak-anaknya. Lalu ia berkata pada Tiara, "Tolong ambil kue apel di dapur ya, Tiara! Tadi mama nggak bisa bawa."

"Siap, Ma. Pasti enak nih, kue khas kota Malang." Tiara berdiri dan melangkah cepat menuju dapur.

Begitulah gambaran keluarga yang harmonis. Adanya saling menghormati dan menghargai, tak ada perselingkuhan, tak ada kebohongan. Suami dan istri saling menguatkan dan senantiasa menjalin komunikasi yang baik. Membiasakan anak-anak mereka untuk hidup rukun saling membantu satu sama lain.

Malam pun menjelang. Sehabis shalat isak, Yunan sudah pasang kuda-kuda memberikan surprise pada istri tercinta.

"Ayo kita berangkat, biar nggak kemalaman!" ucap Yunan memberi komando.

"Siap, Pa," sahut Angga dan Tiara hampir bersamaan.

"Kita mau kemana sih?" tanya Alma penasaran.

"Makan di resto milik teman papa, Ma. Katanya hari ini adalah malam pembukaan cabang kelima. Dan aku di undang sebagai tamu kehormatan, karena kami berteman sejak lama." Jawab Yunan yang kebetulan juga ia mendapat undangan khusus di resto itu.

"Wah... pasti seru nih. Apa memang di undang sekeluarga gini?" tanya Alma.

"Iya, memang undangannya untuk sekeluarga. Mama nggak usah kuatir." Jawab Yunan.

Akhirlah sampailah mereka di restoran milik teman Yunan yang cuma di tempuh dalam waktu tiga puluh menit.

Di tempat ini, Yunan sudah booking tempat spesial untuk merayakan hari istimewa wanita yang kini mendampinginya. Setelah mereka masuk ke ruangan khusus, tiba-tiba lampu mendadak padam. Alma nampak bingung dan berpegangan tangan pada suaminya. "Waduh... kenapa mendadak padam sih, jadi gelap semua."

Dalam situasi gelap gulita, diam-diam Tiara dan Angga keluar dari ruangan untuk mengambil kue tar yang sudah disiapkan khusus untuk mamanya. Beberapa saaat kemudian. Tiara membawa kue tar ukuran sedang masuk ke dalam ruangan, dan... lampu nyala kembali.

"Selamat ulang tahun, Mama." Ucap Tiara dan Angga bersamaan.

Dengan gelagapan dan terkejut, Alma menatap wajah keduanya dengan mata berkaca-kaca. "Makasih, Sayang."

"Tiup lilinnya... tiup lilinnya..." Tiara, Angga dan Yunan menyanyikan syair itu.

Sejenak Alma memejamkan mata, ia mengucapkan doa dalam hatinya. Lalu ia segera meniup lilin yang ada di atas kue tar dengan lelehan air mata karena bahagia. Ia tak menyangka akan mendapatkan perlakuan istimewa malam ini.

Melihat Alma meneteskan air mata, Yunan buru-buru mengusapnya dengan perlahan dan berkata, "Apa kamu suka, Sayang?"

Tanpa mengucap kata, Alma menganggukkan kepalanya sambil mengucapkan kalimat singkat yang sangat bermakna. "Terima kasih"

Lalu Yunan mencium kening Alma penuh kasih sayang lalu memeluknya dengan erat. Setelah itu Alma mencium pipi Tiara dan Angga tanda cinta ibu pada anaknya.

Mereka berempat saling senda gurau sambil menikmati hidangan spesial kesukaan Alma. Malam itu tak bisa dilupakan Alma, setelah sekian lama ia tak pernah merayakan ulang tahunnya karena ujian demi ujian yang ia lalui dalam perjalanan hidupnya. Akhirnya kebahagiaan yang diciptakan oleh pernikahan yang kedua, kini menjadi obat luka batin dalam dirinya.

Menjelang jam sembilan malam, mereka sudah sampai rumah kembali. Tiara dan Angga memberikan kado yang terbungkus rapi pada Alma yang sudah duduk di kamarnya.

"Makasih ya, Sayang." Ucap Alma pada keduanya. Lalu Tiara dan Angga berpamitan keluar dari kamar mamanya.

Alma tersenyum sambil membuka satu persatu kado dari anak-anaknya. Tiba-tiba Yunan datang menghampiri dan memeluk Alma dari belakang.

"Maaf ya, Sayang. Aku nggak kasih kado apa-apa."

"Hmm... Mas Yunan. Nggak apa-apa, Mas. Acara tadi sudah menjadi kado terindah buatku."

"Oh ya? Padahal aku punya sesuatu yang lebih indah dari itu."

"Apa aku boleh tau?" tanya Alma penasaran.

"Tentu, Sayangku." Lalu Yunan mendaratkan ciuman hangat pada bibir istri tercintanya.

Alma sudah tak bisa menolak lagi. Ia pasrah atas apa yang diperbuat Yunan selanjutnya. Karena sesungguhnya wanita berkulit putih ini juga sudah rindu dekapan hangat tubuh Yunan.

Kado dari Tiara dan Angga yang akan dibukanya, terpaksa disisihkan sementara. Ia lebih tertarik membuka kado yang tersimpan rapi di c*l*n* d*l*m milik Yunan, suami tercintanya.

Belaian hangat dan luapan rindu sudah tak terbendung lagi. Yunan dan Alma menikmati malam itu dengan balutan kasih sayang sepasang suami istri. Kenikmatan yang bernilai ibadah. Karena terikat dalam sebuah pernikahan yang sah.

***

BERSAMBUNG... 

Tetap ditunggu like, komen dan penilaiannya ya readers. Terima kasih❣️❣️❣️

PENGHIANATAN JADI KARMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang