"Selamat bu Heni, putri ibu lahir dengan sehat dan cantik seperti ibunya. Ini bu, silahkan di peluk dulu putrinya." Kata bidan Santi dengan senyum manisnya sambil menggendong bayi yang dilahirkan Heni.
"Makasih bu bidan. Sini sayang... mama pangku ya!" Jawab Heni yang masih lemas habis berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan putrinya, buah cintanya dengan Anton.
Bayi mungil itu dipangkunya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Tapi ada yang membuat pikiran Heni tak tenang. Suami yang diharapkan bisa menemaninya melahirkan, belum datang juga.
Adel buru-buru masuk ke ruang bersalin ketika melihat Heni sudah menimang bayinya.
"Lucunya keponakanku, gemes deh." Ucap Adel sambil memandang bayi mungil yang kulitnya masih kemerahan dan tertidur pulas di pangkuan Heni.
Sejak melihat Heni kesakitan yang amat sangat saat ketika mau melahirkan, hingga memandang bayi mungil yang menjadi keponakannya, ia dan Heni mulai merasakan keakraban. Tak lagi seperti tom and Jerry.
"Del, apa sudah ada kabar dari Mas Anton? Kenapa sampai sekarang chat ku nggak di balas, di telpon juga nggak di angkat? Perasaan ku jadi nggak enak. Jangan-jangan Mas Anton kena masalah." Ucap Heni yang mulai overthingking tentang keadaan suaminya.
"Aku juga udah telpon berkali-kali, tapi Mas Anton nggak angkat. Bentar aku telpon ibu aja, mungkin Mas Anton lagi di rumah." Jawab Adel penuh harap.
Adel mengambil ponselnya yang di simpan dalam tas kecilnya. Ia mencari kontak telpon dengan nama ibunya.
(Halo, bu. Apa Mas Anton sudah di rumah sekarang? Kalo sudah nyampek rumah, tolong bilangin bu ya! Putri cantiknya sudah lahir. Pasti Mas Anton senang bu) kata Adel pada bu Halimah melalui sambungan telpon.
(Alhamdulillah... cucu ku sudah lahir dengan selamat. Ibu senang sekali. Tapi Mas mu nggak ada di rumah. Ibu kira Mas mu langsung ke klinik bidan Santi), sahut bu Halimah mulai gusar atas keberadaan Anton yang belum ada kabar.
(Sudah dulu ya, Bu. Mungkin bentar lagi Mas Anton datang) Balas Adel menenangkan diri dan ibunya.
Sebenarnya Adel mulai khawatir dengan keadaan kakaknya yang tak kunjung ada kabar. Tak biasanya kakaknya seperti itu.
Tiba-tiba...
Suara panggilan telpon masuk dari ponsel Adel mengejutkannya.
(Halo, Adel. Ini mbak Alma. Ada kabar kurang baik dari Mas Anton)
Alma masih bisa menghubungi Adel, adik dari mantan suaminya Anton. Karena nomernya sama-sama masih di simpan.
Walau sudah tak lagi jadi ipar, tapi tali silaturahmi antara kedua masih terjalin dengan baik.
(Ada apa dengan Mas Anton mbak???) tanya Adel.
(Hmm... Mas Anton mengalami kecelakaan. Sekarang lagi di rawat di rumah sakit Keluarga Sehat)
(Ya Tuhan, makanya dari tadi telpon Mas Anton kayaknya nggak aktif. Padahal hari ini istri Mas Anton melahirkan. Gimana keadaan Mas Anton sekarang mbak???) Adel kaget bukan kepalang. Tak pernah menyangka, kakaknya mengalami kecelakaan tepat pas istrinya melahirkan.
(Belum ada kabar dari dokter, Mas Anton belum keluar dari UGD. Jadi tadi siang, mbak pulang dari ngajar, nggak sengaja lihat nomer plat sepeda motor Mas Anton di tengah jalan. Trus tak tanyakan ke polisi yang mencari kontak keluarga atau teman yang bisa di hubungi. Tapi polisi tak bisa menemukan identitas Mas Anton)
(Lalu mbak Alma nyamperin Mas Anton?) tanya Adel. Adik satu-satunya Anton ini makin penasaran atas keadaan kakaknya saat ini.
(Iya, Del. Mbak nggak tega lihat darah yang mengalir deras di sekitar kepala Mas Anton. Jadi sampai sekarang aku masih di rumah sakit, karena Mas mu belum sadar juga)
(Berarti parah lukanya???) tanya Adel khawatir.
(Iya,Del. Semoga Mas Anton cepet siuman) jawab Alma penuh harap.
(Iya mbak Alma. Makasih sudah kasih kabar tentang Mas Anton. Jadi aku sekarang tahu keberadaan Mas Anton.
(Sama-sama Del. Titip salam ke ibu dan istri Mas Anton ya) ucap Alma.
(Iya mbak, nanti aku sampaikan) jawab Adel.
'Ya Tuhan... makanya Mas Anton nggak datang-datang. Ternyata ujianmu datang lagi, Mas.' Ucap Adel dalam hati, yang sangat prihatin melihat beberapa masalah yang di hadapi oleh kakaknya.
***
Sementara Alma masih menunggu informasi dari dokter Syarif yang menangani kecelakaan yang di alami mantan suaminya itu.
"Maaf Dok. Apa parah luka yang di derita Mas Anton. Sampai-sampai sudah beberapa jam belum siuman juga." Tanya Alma pada dokter Syarif yang menangani sakitnya Anton.
"Hasil sementara yang kami ketahui dari CT scan kepala, bapak Anton mengalami cidera berat diakibatkan benturan yang sangat kuat dengan jalan raya. Tapi kami masih menunggu hasil selanjutnya. Semoga fungsi memori di otak pak Anton tetap berfungsi dengan baik." Ulas dokter pada Alma.
"Kemungkinan terburuk yang akan terjadi, apa ya, Dok??? Tanya Alma makin penasaran.
"Kemungkinan besar pak Anton mengalami insomnia. Semoga saja nggak sampai seperti itu." Ucap dokter Syarif.
"Sampai berapa lama itu akan terjadi, Dok???
"Semoga saja nggak sampai seperti itu ya, Bu. Sahut dokter untuk menenangkan hati Alma, yang nampak jelas, begitu peduli dan khawatir atas keadaan mantan suaminya itu.
"Makasih atas informasinya, Dok." Ucap Alma. Alma menghela napas panjang. Ia sangat prihatin atas musibah yang di alami Anton.
"Iya, Sama-sama" Jawab dokter Syarif.
Setelah itu, Alma memandang wajah Anton dari balik kaca. Walaupun laki-laki itu nyaris tak memperlakukan Alma dengan baik saat masih menjadi suaminya, tapi Alma tetap ada rasa nggak tega melihat luka pada tubuh Anton.
Alma masih punya kepedulian pada mantan suaminya itu bukan karena ia masih cinta, tapi semata-mata karena Anton masih tetap menjadi ayah kandung dari Tiara.
'Aku akan hubungi Mas Yunan. Karena aku pulang telat hari ini' gumam Alma.
(Halo, Mas Yunan)
(Iya, sayang. Kamu lagi dimana. Sekarang aku sudah di rumah. Apa kamu masih di sekolah???) tanya Yunan.
(Aku nggak berada di sekolah, tapi sekarang aku lagi di rumah sakit, Mas) jawab Alma.
(Di rumah sakit??? Kamu kenapa, Sayang???) tanya Yunan mulai panik.
(Bukan aku yang sakit, Mas. Tapi... Mas Anton. Mas Anton tadi siang mengalami kecelakaan, keberulan aku pas lewat dan lihat peristiwa itu. Dan sampai sekarang Mas Anton belum siuman) ulas Alma pada Yunan suaminya.
(Gimana dengan keluarga Anton, apa belum ada yang tahu tentang ini? tanya Yunan kembali.
(Barusan aku udah nelpon adiknya Mas Anton, ternyata hari ini istrinya Mas Anton melahirkan) jawab Alma.
(Oo... gitu. Tunggu ya, sayang. Aku akan segera nyamperin ke sana, biar kamu nggak sendirian) kata Yunan dengan bijak.
(Iya Mas, makasih) jawab Alma.
***
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomanceSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...