Jam dua belas tepat, waktunya istirahat para karyawan di PT. Sumber Rejeki. Semua karyawan berjalan keluar ruangan menuju kantin untuk menikmati makan siang dan beberapa juga ada yang memilih menikmati hangatnya kopi di siang hari.
Dahlia berdiri dari duduknya. Ia tampak lesu dan tak bersemangat. Kamila mengajaknya keluar dari ruangan, karena perutnya sudah keroncongan ingin segera menikmati sepiring nasi di kantin.
"Lia, ayo dong! Aku sudah lapar banget nih!" ajak Kamila.
"Iya, bentar Mila," jawab Dahlia.
"Kamu sakit? Kenapa males-malesan gitu, sih? Nggak seperti biasanya? Apa ada masalah dengan Anton?" deretan pertanyaan Kamila yang menunggu jawaban Dahlia.
"Nggak apa-apa, Mil. Aku nggak sakit kok. Cuma capek aja," jawab Dahlia tetap dengan muka masam.
"Kalau si Anton mulai macam-macam sama kamu, cerita ke aku! Nanti kucarikan solusinya. Jelek-jelek gini, aku sudah pengalaman ngadepin laki-laki. Kalau bisa, kasih pelajaran buat Anton! Biar nggak seenaknya sama kamu, Lia!" titah Kamila yang memang sudah menjanda dan otomatis sudah punya pengalaman yang lebih di usianya yang sudah mulai matang, ia lebih tua tujuh tahun dari Dahlia.
Dahlia hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Kamila yang sepertinya hafal betul tabiat laki-laki. Dua wanita itu terus berjalan menuju kantin, sambil bercerita dan bercanda untuk mengurangi rasa lelahnya saat berkutat dengan setumpuk tugasnya.
Sampailah mereka di kantin. Dahlia dan Kamila memilih duduk di pojok, agar bisa saling curhat satu sama lain dengan aman dan leluasa.
Setelah Dahlia mendudukkan pantatnya, ia mulai membuka suara. "Kenapa Mas Anton sekarang nggak peduli sama aku ya, Mila? Beda dengan Mas Anton sebelumnya. Aku WA nggak di baca, apalagi di balas. Padahal seingatku, aku nggak ada masalah apa-apa dengannya."
"Jadi gitu? Apa karena dia sekarang dekat dengan wanita itu ya? Yang ku dengar, wanita itu namanya Yuanita, dia sekretaris baru dari Pak Yunan. Tapi itu juga belum pasti lho, Lia. Aku cuma menduga-duga. Kalau Anton sudah berpaling darimu, ya sudah... lepas aja. Daripada kamu mempertahankan, tapi kamu malah sakit sendiri, iya kan? Masih banyak laki-laki yang mau sama kamu, Lia. Jangan fokus ke Anton aja lah!" Nasehat Kamila pada teman dekatnya. Ia tak mau melihat Dahlia sedih karena ulah Anton. Karena ia sendiri sudah pernah mengalami bagaimana rasanya dikecewakan laki-laki.
"Iya, Mila." Jawab Dahlia tanpa ekspresi. Mulut Dahlia bisa bilang iya pada Kamila. Tapi dalam hati ia masih sangat berharap pada cinta Anton yang menggantung.
Tiba-tiba ponsel Dahlia terdengar pesan masuk. Ia gegas memeriksa, siapa yang mengirim pesan itu. Ia sangat berharap, Anton yang mengirimnya.
Matanya terbelalak dan wajahnya kembali sumringah setelah tahu siapa yang mengirim pesan itu.
'Mas Anton?!' cepat-cepat ia membuka pesannya.
(Maaf aku baru balas. Habis kerja, aku nanti mampir ke apartemen ya, Sayang) tulis Anton.
Dengan cepat Dahlia membalasnya (Iya, Mas). Hatinya berbunga-bunga. Pandangannya menyapu seluruh ruangan di kantin, akhirnya ia dapati Anton lagi berjalan masuk dan mengulaskan senyum manis padanya.
Saat kedua pandangannya saling tatap, getaran rasa itu kembali menyapa Dahlia. Tapi beda dengan Anton, ketika ia sudah menatap mata Dahlia, ada gemuruh nafsu yang menjadi obsesinya.
'Untuk kali ini, aku harus dapatkan kamu, Dahlia. Aku nggak boleh gagal untuk kedua kalinya' gumam Anton dalam hati.
Anton mendekati kursi Bondan dan Darwis, akhirnya mereka bergabung dengan canda dan tawa khas lelaki. Ditemani secangkir kopi panas dan menghabiskan sebatang rokok untuk mengurangi penatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/347577329-288-k216749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGHIANATAN JADI KARMA
RomantikSuara desahan dua orang itu terhenti seketika, aku lanjut mengetuk pintu makin keras, emosiku semakin memuncak. Namun pintu kamar yang ku ketok berkali-kali, entah berapa kali terhitung, tidak dibuka-buka. Beberapa saat kemudian terdengar langkah ka...