🌲 164. Random Memory 🌲

963 167 127
                                    

-

-

-

-

-

-

-
Keluarga Cemara
-

-

-

-

-

-

-

"..Hun!"

"SEHUN!"

"KAKAK BANGUN!"

Tubuh yang sejak tadi terus diguncang dengan tiba-tiba membuka kedua matanya. Yang pertama dia lihat adalah wajah Chanyeol yang berada tepat di atasnya.  Dia terlihat sangat kacau dan lega sekaligus. Tapi sorot khawatir kentara sekali dimata bulat itu.

Sehun berjengit untuk bangun. Membuat tangkupan tangan Chanyeol terlepas dari pipi bulatnya.
Sambil gemetaran, bingung, heran, dan tidak mengerti, Sehun mengedarkan pandangannya.

"Ini dimana?" Ini tempat asing untuknya. Yang dia lihat adalah besi-besi mengelilingi mereka. Mereka seperti ada di ruang kotak yang sempit. Sehun tahu ini sebuah lift. Tapi kenapa mereka bisa ada di sini?

Chanyeol menjawab. "Kita kejebak di lift ini, Hun. Dan lo tiba-tiba aja pingsan tadi."

"Hah?"

Lift?

"Bukannya kita lagi main Midnight Man di rumah kosong, Kak?"

Chanyeol dan Sena saling pandang. Lalu Chanyeol memberi atensi lagi pada Sehun.
"Itu kan kejadian seminggu yang lalu, Hun."

"APA?! JANGAN BERCANDA KAK!" Sehun menggeleng tidak percaya.

"Lo yang ngga usah bercanda. Jangan tambah bikin panik deh! Kita masih harus nunggu satu jam lagi supaya bisa keluar dari sini. Liftnya lagi dibenerin." Chanyeol beranjak bangun. Berdiri sedikit memojok, bersandar pada dinding lift.

Lift ini cukup sempit. Badan besarnya ditambah Sehun yang masih betah duduk pasca bangun dari pingsannya, sukses membuat ruang di lift ini semakin terasa sempit.

Chanyeol melirik Sena yang masih betah bersimpuh di sisi Sehun. Sehunnya masih linglung.

"Ngga mungkin.. Ngga.. Ngga mungkin, Sen. Kakak inget banget kita lagi Midnight Man tadi. Terus.. terus, Ka--"

GREPPP

Sena memeluk Sehun. Mengusap punggung kakaknya itu perlahan. Sehun tergugu. Otaknya masih sangat kacau memikirkan kejadian janggal ini.

Mana yang mimpi?

Sekarang dimana dia terjebak lift atau tadi ketika dia disekap di ruang aneh di rumah kosong.

Lalu bisikan Sena yang tadinya tak dia perhatikan , mulai dia hiraukan.

"Itu udah berakhir Kak.. Kita selamat." Sena mengulang lagi dan lagi berharap Sehun paham dan berhenti bersikap linglung seperti sekarang.

Sehun mendongak memandang adiknya yang masih setia memeluknya. Sena mengangguk dan tersenyum lembut. Dan itu sukses membuat Sehun sedikit tenang. Karena otaknya masih butuh penjelasan lebih terkait ini. Ini sungguh membingungkan. Kenapa dia tidak ingat sama sekali yang terjadi satu minggu ini jika memang benar yang dia alami bersama-sama saudaranya di rumah kosong itu sudah satu pekan lewat.

Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang