🌲 155. Alur Ceritanya Begini 🌲

985 213 116
                                    

-
-
-
-
-
-
-
Keluarga Cemara
-
-
-
-
-
-
-

Sebelumnya mau absen dulu, readerku yang pada ikut demo Omnibus Law udah pada balik belum? 😢 Utuhkan? 😆
-
-
-
-
-
-
-

"

Lho kok saya, Mas? Lha emang saya kenapa?" jawab Fadil seketika itu juga saat Chanyeol selesai dengan perkatannya.

"Ya mana saya tahu, Mas.. Kan itu tadi bisikan setan, ini saya cuma cerita kok, ngga nuduh."

Suasananya agak, Panas.. Panas.. Panasss.

Siwon menengahi. Biar tak ada debat. Chanyeol diem, Fadil juga. Siwon lirik Fadil sambil mikir ucapan Chanyeol barusan.

"Demit itu tadi bahkan seolah tahu rahasiaku, memperingatiku.. Apa mungkin.. Fadil memang punya niat jahat?" -batin Siwon.

Sepertinya dia memang harus mengawasi Fadil mulai dari sekarang.

Sehun menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Mau lanjut jalan sekarang?"
dia pecahkan suasana awkward ini.

Mereka lanjut. Tapi kini Siwon ada di depan persis bersisian dengan Fadil mengajak pemuda yang seusia Chanyeol itu mengobrol biar suasana enakan.

Chanyeol jalan dibelakang mereka bersama Sehun. Sehun usahakan Chanyeol ngga kosong lagi. Makanya dia bawa beberapa topik random. Kayak, "Kak, Mama masak apa ya hari ini?"

Aelah! Hun!!! Malah jadi laper kan?! 😭 -Chanyeol.

"Hujan-hujan gini, bakwan jagung dicocol pake saus Sasa extra pedas, sama sayur garang asem, kayaknya enak Kak."

Membayangkannya membuat Sehun ngiler beneran. Dia laper. Belum makan siang pula. Sehun pegangi perutnya yang bunyi, kayaknya cacing di perutnya lagi demo sambil orasi kenceng minta makan sekarang juga.

Sehun laper :(

Chanyeol yang memperhatikan gelagat Sehun tahu Sehun kenapa. Dia buka tas ranselnya, lalu obrak-abrik sebentar buat nyari biskuit.

Cuma biskuit ini yang dia bawa. Dan kayaknya di tas Lay juga ngga ada logistik deh kecuali air minum. Kan bego kan mereka jalan ke tengah hutan meninggalkan rombongan tapi ngga bawa apa-apa buat bisa dimakan.

"Nih makan!" Chanyeol berikan dua keping biskuit ke Sehun yang sudah berbinar melihat wujud jajanan itu.

Tapi dia merengut saat menerima pemberian Chanyeol. "Kok cuma dua?"

"Bagi-bagi sama yang lain! Isinya tuh dikit."

Chanyeol comot bagiannya lalu menawarkan ke Suho dan Lay yang jalan anteng di belakang mereka mendengarkan segala bacot dua anak ini.

Papa sama Fadil tak lupa dibagi juga. Meski Chanyeol nawarin ke Fadil dengan agak jutek. Masih kesel soal tadi.

"Jangan buang sampah sembarangan ya, Chan!" ingat papa.

"Iya, Pa." Chanyeol masukkan lagi sampah bungkus biskuit tadi ke dalam tas.

Sehun memegangi perutnya lagi. "Sabar ya!" ratapnya ke cacing-cacing di perutnya.

Cukup lama mereka telusuri tepi sungai, Chanyeol, Sehun dan Suho mulai merasa familiar dengan sekitar. Apalagi mereka sudah melewati persis dimana titik mereka ditemukan dulu. Siwon juga ingat, meski samar.

Kini hutan tak terlalu lebat. Sinar matahari sore sudah dapat menembus pepohonan dan mengenai kulit mereka. Tepi sungai ini jauh lebih luas sungainya dan jalan di sini cenderung datar tak ada tanjakan.

Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang