Keluarga Cemara

🌲 123. Petak Umpet 🌲

123
______

-
-
-
-
-
-
-

🐣🐤🐥
-
-
-
-
-
-
-

"Terus, kenapa dulu kamu suka banget nyanyiin lagu itu?"

Detik ketika Rachel selesai mengatakan alasan kenapa Sena dilarang bersenandung, Sena langsung menanyakan hal ini.

Rachel meletakkan kue yang akan dia gigit. Lagi-lagi dia beringsut ke Sena untuk berbisik. Membuat bulu kuduk Sena meremang merasakan aura Rachel.

"Ya.. Biar Willis datang."

"Iya, paham. Tapi sekarang kok kamu malah ngelarang sedang dulu kamu suka panggil dia? Aduh, Chel.. Aku bingung." Sena menggaruk kepalanya.

Rachel menampilkan ekspresi malasnya.

"Sena oon ih!"

"Eh?" Males banget dikatain hantu.

"Rachel kangen Willis. Mau main sama Willis. Tapi Willis pergi.."
Itu mungkin yang dimaksud ketika Willis masih diasingkan di rumah eyang.

Uh-oh oh Sena paham!

"Jadi kamu nyanyi untuk manggil Willis, tapi dulu Willisnya ngga ada di sini. Terus, kamu mikirnya Kak Sehun itu si Willis, terus pas sekarang Willis udah balik ke sini, kenapa kamu malah masih nempel ke Kak Sehun?"

Rachel mengangguk.

"Willisnya Sena baik. Aku Suka..."

"Kalo Willisnya Rachel?" pancing Sena lagi.

"Jahat hiks suka marahin aku hiks hiks"

Rachel terisak kecil.

Sena cengo. Antara mikirin omongan Rachel barusan sama bingung nenangin Rachel bagaimana caranya.

Di lantai atas, baik Sehun dan Chanyeol ataupun Suho bahkan papa mama sedang was-was.

Sayup mereka di kamar masing-masing mendengar jika anak kecil yang menangis.

"HUN ITU APAAN?!" Chanyeol kini beringsut ke Sehun.

Fucek sekali.

Kaget dia tuh.

Sehun tambah mengkerut juga mendengar tangisan itu. Suaranya semakin jelas.

Papa mama pun ikut terkesiap. Mereka dengan siaga dan awas mendengarkan isakan itu.

"Papa mau cek dulu."

Tiffany langsung ikutan bangun. Lalu menarik ujung piyama suaminya.

"Pa, janganlah! Udah jelas itu bukan manusia yang nangis. Bukan Sena!"

"Ya emang bukan, tapi kalau anak-anak malah yang nyamperin gimana, Ma?"

Wah benar juga!