🌲 148. Pertunangan (2) 🌲

942 183 152
                                    

-
-
-
-
-
-
-
Keluarga Cemara
-
-
-
-
-
-
-

First, mau tanya ke kalian semua. Itu kan mama Fanny juga ngga percaya sama Chanyeol, kok ngga dihujat?
Kenapa cuma Papa Siwon yang dihujat?😒😭
Ngga adil buat Papa :(
-
-
-
-
-
-
-
-

Apa yang paling ditakuti Sena adalah papa atau mama marah, Kak Suho marah, dan Kak Chanyeol marah. Dan juga Kak Sehun marah seperti tempo hari.

Intinya Sena takut jika dimarahin atau melihat orang marah ke orang lain. Seperti sekarang dimana Chanyeol yang masih terbaring di kasur pasca pulang dari rumah sakit, dia membanting semangkok bubur yang harusnya Sena suapkan ke Chanyeol sekarang.

Sena berjengit merasakan pecahan beling mangkok itu mengenai sedikit kakinya. Tergores mungkin.

"Ka-"

"PERGI!"

Dan Sena tak pernah melihat Chanyeol semenakutkan ini sebelumnya. Seolah dimatanya berkobar api yang membuat siapapun ciut. Termasuk dirinya.

Sena masih di sana. Ingin berbalik pergi tapi otak dan syarafnya tak sinkron. Membuatnya lagi-lagi diamuk Chanyeol.

"GUE BILANG PERGI!" Kali ini Chanyeol melempar bantalnya ke arah Sena.

Ah itu bantal. Bukan gelas di nakas ataupun lampu tidur. Sena mengalah. Dia jalan dengan cepat ke luar kamar Chanyeol. Dan disambut mama yang baru saja tiba. Mungkin langsung berlari ke sini setelah mendengar keributan tadi.

"Kakak ngga mau makan, Ma. Buburnya dibuang." ujar Sena.

"Astaga, anak itu." Dan Sena tak berhasil mencegah mamanya masuk ke dalam kamar Chanyeol. Sena memutuskan untuk mengintip saja dari celah pintu yang sengaja dia buka sedikit. Mengawasi.

Mama memunguti pecahan mangkok tadi. Chanyeol masih kembang kempis terpaku dan terdiam menatap lurus ke depan.

Emosi Chanyeol tak pernah baik sejak hari itu. Sedikit tenang lalu meledak lagi. Membuat mereka semua terus waspada agar Chanyeol tak melukai lagi dirinya sendiri.

Mama membuang pecahan itu ke tong sampah. Akan dia angkut nanti ke bawah sekalian, tapi dia mau berbicara dulu dengan anaknya itu.

Cuma mama. Cuma mama yang selalu berhasil meredakan amarah Chanyeol. Dengan usapan Sayang, dia elus bahu anaknya yang paling ceria sebenarnya.

"Tarik napas, Chan!" peringat mama melihat agar Chanyeol tenang.

Chanyeol juga sebal dengan mamanya sebenarnya yang tak memihaknya. Tapi Chanyeol tak bisa marah lama-lama dengan sang ibu. Dia butuh sandaran untuk berkeluh kesah.

"Mama percaya anak mama ngga akan berbuat bejat seperti itu. Mama ibu kamu. Mama percaya sama kamu." itu kalimat yang membuat Chanyeol luluh saat dia tersadar dari pingsannya tempo hari dan kembali tak kontrol. Mama berhasil meredamkan sedikit api di hatinya.

"Tapi, ngga ada pilihan lain, Chan. Ini satu-satunya cara untuk membuat Irene bungkam." membuat Chanyeol depresi lagi dalam sekejap mata.

Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang