🌲63. The Reason Why🌲

1.6K 228 162
                                    

"Gimana?"

Minho melepas membuka satu kancing kemejanya dan melonggarkan dasinya. Setelah menyerahkan jasnya kepada sang istri.

"Sejeong bilang kalo emang dia yang ngerekam, cuma bukan dia yang nyebarin videonya."

Mereka terus berjalan menuju sofa.

"Lha terus siapa?" pekik Sooyoung.

"Kemungkinan itu ulah Mina, adiknya."

Sooyoung memicing. "Kok bisa? buat apa coba?"

Minho mengedikkan bahunya. "Entahlah, tapi ada kemungkinan cemburu. Sama-sama suka Sehun mungkin."

"HAH?! APA?! LHA TERUS HUBUNGANGANNYA SAMA DOYOUNG APAAN?"

Minho menghela napasnya. "Ya enggak ada, Ma. Kan emang dari awal Doyoung itu cuma dimanfaatin aja buat skenario ini supaya bisa jatuhin Sena. Doyoung cuma ada di posisi yang salah aja. Jadi gini..."

Dan Minho mulai menceritakan kronologi yang di dengarnya dari mulut Sejeong sendiri tadi.

"Ealah bocah! Perkara cowok aja sampe segitunya. Emang yang namanya Sehun itu ganteng banget apa gimana sih?"

Minho mengedikkan bahunya. Iya, dia juga jadi penasaran sama anaknya Siwon yang satu itu. Kok bisa-bisanya digilai gadis sampai segitunya.

"Lha sekarang anak kita mana?" Sooyoung baru saja menyadari satu hal yang sangat penting. Doyoung tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali.

"Lagi di depan tuh! Belum mau masuk katanya.Sedih, soalnya udah mutusin Sena tadi."

"SERIUS?"

Minho mengangguk dan Sooyoung tersenyum senang.

"Nah gitu dong, penurut jadi anak."

"Kamu serius mau ngirim dia ke Amerika?" Minho menatap serius istrinya itu.

Dan Sooyoung mengangguk mantap. "Demi kebaikan dia, Pa."

-
-
-
-
-
-
-

Seperti yang tadi dikatakan Minho, jika Doyoung masih belum ingin masuk ke dalam rumah karena sedih itu benar.

Dia terpuruk dan sangat kesal sekarang.

Doyoung  duduk bersila di atas rerumputan di tamannya.

Dia ingin menangis karena sungguh ini sangat mencekiknya. Sesak ini.

Tapi tidak ada satupun air mata yang berhasil dia jatuhkan. Amarahnya jauh lebih kental saat ini.

Dia marah kepada orang tuanya dan dia juga marah kepada dirinya sendiri.

Tangannya mengepal dan rahangnya mengeras menahan kekesalan.

Sejak kecil Doyoung selalu menjadi anak yang penurut. Dia anak yang cerdas dan sangat berbakti pada kedua orang tuanya. Doyoung kecil akan patuh ketika mamanya menyuruhnya mengikuti berbagai les. Karena Doyoung juga menyukai belajar dan hal-hal baru, dia tidak keberatan akan hal itu.

Beranjak remaja saat di bangku menengah pertama, Doyoung mulai merasakan bosan jika hanya belajar terus. Dia mulai mencari lingkar pertemanan yang cocok dengannya. Dia mulai aktif di kegiatan OSIS di sekolahnya. Bahkan dia ikut paduan suara juga.

Mama papa sangat mendukungnya. Dan dia masih tetap mengikuti serangkaian les yang ada.

Tapi lama-lama Doyoung merasa lelah. Dia mulai merasa jika waktu bermainnya sangatlah kurang. Dia juga ingin bisa bersantai di rumah sambil bermain game dengan mengundang teman-temannya. Tapi dia tidak punya waktu untuk itu.

Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang