🌲89. Kabut di hati Chanyeol🌲

1.6K 209 37
                                    

"Terimakasih suster."

Suho mengangguk sopan pada seorang perawat yang mengantar Sena sampai keluar dari ruang terapi. Suho meraih bahu adiknya itu dan menuntunnya untuk melangkah bersama.

"Capek ya?" ujarnya lembut ketika melihat Sena terlihar lesu dan mengantuk.

Sena mengangguk. Terapi keduanya ini cukup menguras tenaganya. Cukup menekannya secara mental. Dia belum menunjukkan kemajuan sama sekali.

"Sen.."

Sena menoleh karena merasa Suho tadi memanggilnya dengan suara pelan. Tapi rupanya kakaknya sedang melihat takjub ke depan.

Sena mengikuti arah pandang Suho.

Dan Sena juga sama terpakunya saat melihat Jaehyun berjalan dengan pasti menuju mereka.

Menuju dirinya.

Jaehyun berhenti tepat di depan Sena.

Mereka berada di koridor tertutup tapi Jaehyun malah terlihat seolah disoroti sinar matahari. Membuatnya cerah.

Ah Mantan.

Jaehyun tersenyum padanya menampilkan gigi rapinya. Sena berusaha menarik sudut bibirnya untuk tersenyum. Tapi dia tak bisa. Kaku sekali rasanya.

Tapi itu terdistraksi dengan Jaehyun yang mengangsurkan sesuatu padanya.

"Nih.. Buat ngilangin haus." Jaehyun memberikannya satu cup ice tea beserta sedotannya.

Tak enak menolak, Sena menerimanya.

Sena mengangguk sambil berusaha tersenyum. Cukup berhasil meski tampak terlihat senyum tipis dan kaku.

Jaehyun juga membalasnya dengan senyum. Lalu dia beralih ke Suho yang sejak tadi diam memperhatikan. Jaehyun mengangguk sekilas padanya sebelum undur diri.

Selepas kepergian Jaehyun, Suho menyenggol lengan Sena. Membercandai Sena.

"Ciyeee"

Dan Sena hanya berdesis tak suka.
Tapi untung ini Suho, bukan Chanyeol yang mungkin saja sejak awal melihat Jaehyun tadi pasti sudah emosi.

Sena melihat cup ditangannya.

Jaehyun masih mengingat kesukaannya ternyata.
-
-
-
-
-
-
-

"Gimana udah mendingan kakinya?" tanya Siwon ke Sehun yang sudah duduk manis sambil bergelung di dalam selimut.

Siap tidur.

"Masih sakit sedikit, Pa." Sehun menghentikan acara main hpnya.

"Dua atau tiga hari lagi pasti sembuh. Sudah mending sekarang kamu tidur. Udah malem. Biar fresh besok."

Sehun menurut. Dia juga udah ngantuk. Setelah ia berbaring, papa mematikan lampu kamar Sehun dan menyisakan lampu nakas yang menyala temaram.

Sehun memejamkan matanya.

Rasanya baru sebentar dia terlelap, tapi Sehun terperanjat bangun ketika mendengar keributan di luar sana.

Sehun bangkit dan berjalan tertatih keluar kamar.

Terlihat papa beserta mama kelabakan keluar masuk ruangan Sena dan menyisiri berbagai sisi di dekat mereka.

"Pa, gimana dong. Di bawah kolong, di lemari juga ngga ada." mama menyibakkan rambutnya ke atas. Kepalanya pening. Jantungnya juga berdetak tak menentu.

"Kenapa Pa, Ma?" Sehun yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya bertanya cukup lantang.

Kedua orang tuanya menoleh. Keduanya juga tampak tak tenang.

Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang