Siwon menunggu dengan was-was ayahnya yang sejak tadi sedang memejamkan mata dan berkonsentrasi. Sepertinya sedang mencari pandangan dimana sekiranya batu itu berada.
"Gimana Yah?" Siwon langsung menodong cepat ayahnya ketika laki-laki sepuh itu membuka matanya.
"Ada di kamar Sena."
"Kita ke sana sekarang." lanjut ayahnya.
Siwon memimpin jalan dan dengan cepat masuk untuk membawa Sena keluar kamar terlebih dulu.
Ayahnya masuk ke kamar itu. Dan pesannya sebelum menutup pintu, berhasil membuat mereka ribut.
"Jaga Sena dan Chanyeol. Siapa tahu habis ini ada serangan."
Di sinilah sekarang eyang berada.
Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar cucunya ini.
Dia sudah disambut rupanya.
"Keluarlah! Aku ingin bicara."
"Tampakkanlah wujudmu yang sebenarnya!"
Benar saja. Seketika itu juga sebuah ular besar melata keluar dari persembunyiannya. Dari dalam kasur Sena.
Ular itu sebenarnya adalah perwujudan hal ghaib, tapi ular ini terlihat begitu nyata. Ukurannya setara dengan lengan laki-laki dewasa dan sangat panjang. Lidahnya terus menjulur dan berdesis.
Eyang sedikit takut sebenarnya, dia geli jika menemukan reptil satu ini. Apalagi dia tahu jika ini bukan ular biasa.
Sikap tenangnya berhasil mengelabui musuhnya, ular itu bergelung di tempatnya, tenang.
"Baiklah, kembalilah ke wujudmu yang lain, sepertinya tak mungkin kau berbicara dengan wujudmu ini."
Jika kaliam bertanya bagaimana eyang bisa dengan mudah memerintah dan seolah ular itu menurutinya, itu karena makhluk itu tahu jika orang di hadapannya ini bukan manusia lemah seperti yang lainnya. Kekuatan supranaturalnya sangat kentara dan berhasil menekannya.
Hanya saja memang makhluk ini memiliki keinginannya sendiri. Membuatnya ingin melawan.
Ular itu sudah tak ada dan kini hanyalah seorang gadis cantik yang berdiri berhadapan dengan eyang.
"Aku pingin putumu." ucapnya langsung.
Tentu saja tidak akan boleh. Eyang mengeraskan rahangnya. Negosiasi dengan makhluk ini pasti akan sulit.
"Cucuku yang mana?"
"Sena. Tapi adhiku pingin cah bagus iku."
"Kalian tidak boleh membawa mereka. Aku tidak mengizinkan cucu-cucuku kalian ambil tentu saja."
"Aku cuma pingin Sena. Cah Ayu dadi rewangku."
"Tidak boleh! Sena ataupun Chanyeol tidak boleh kemana-mana. Mereka bukan milik kalian, tapi milik keluarganya."
"Bahkan Chanyeol sudah mengembalikan milik kalian ke asalnya, tapi kenapa kalian terus mengganggu mereka?"
"Sena kudu melu aku!"
Sebuah penekanan itu memperjelas semua pemikiran kacau eyang. Masalahnya bukan lagi tentang Chanyeol yang mengambil benda keramat itu sehingga mereka kena bala, tapi memang 'mereka' yang sedang mencari mangsanya. Tak ada jalan lain selain melenyapkan benda keramat itu.
Eyang berjalan ke sisi lain ruangan dan duduk di single sofa di sana. Dia akan melawan siluman ini.
Dengan tenang dan penuh konsentrasi, Eyang mulai membacakan doa-doa yang bisa membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara
Fiksi PenggemarSuho-Si sulung yang ternistakan Chanyeol-Si tuan muda kekinian Sehun-Pangeran dari negeri antah berantah Sena-Apapun yang Sena mau Papa Mama harus turutin! Cover by: @Alizrobear 😍