🌲 119. Langitnya sedang Mendung 🌲

1.2K 172 48
                                    


119
___________

Tak butuh waktu lama setelah Haneul membawanya melewati jalanan yang cukup panjang dengan adanya laut dan hutan di kedua sisinya, akhirnya mereka tiba di sebuah pemukiman.

Bisa dikatakan desa. Namun fasilitas di sini cukup lengkap dan maju.

Penduduknya tidak terlalu banyak mungkin atau memang merekanya saja yang tak melewati akses tempat umum seperti pasar mungkin. Haneul membawanya ke sebuah rumah yang hanya memiliki satu petak ruangan sebagai kamar. Ada kamar mandi di luaran. Dan rumah ini cukup reyot dengan dikelilingi pagar besi cokelat dan tembok beton yang aslinya adalah rumah milik tetangga.

Sena mengedar sebentar. Haneul lalu menyeret tangannya untuk segera masuk.

"Ganti bajumu!"

"Ya?"

Haneul melemparkan baju dari tasnya ke Sena.
Sena meraih baju itu tapi tak juga beranjak.

"Kau ingin aku yang menggantikannya?"

Sena menggeleng ribut. Dia menatap Haneul takut-takut. "Aku harus ganti di mana?"

Lalu Haneul tanpa kata meninggalkan Sena seorang diri. Dia menutup pintu itu rapat-rapat.

Sena perlahan mulai berjalan ke sudut ruangan. Penuh antisipasi dia segera menukar pakaiannya. Tak mau menyiakan waktu yang diberikan dokter itu.

Sena baru saja selesai memakai kaos putih itu. Juga celana training hitam yang anehnya pas ditubuhnya. Meski agak kepanjangan. Sena menggulungnya.

Haneul lalu masuk begitu saja cukup mengejutkan Sena. Sena terkesiap juga dan buru-buru memalingkan tubuhnya.

Haneul sedang menukar pakaiannya.

"Sudah. Kau bisa berbalik lagi ke sini!"
Dia mendengar Haneul yang sedikit terkekeh sebelumnya.

Pasti pemuda itu menertawakannya atas sikapnya tadi.

Sena berbalik. Dia menunduk saja menunggu Haenul melalukan sesuatu atau malah lebih baiknya Sena senang jika dia diabaikan saja.

Tapi rupanya tidak. Haneul menariknya mendekat dan menuntunnya untuk duduk menghadap ke pintu yang sedikit terbuka.

"Rambutmu  itu kusut. Sini aku rapikan!"

Tak bisa dipungkiri jika setiap perilaku Haneul berhasil membuatnya tegang karena dia takut dieksekusi. Pun perilaku pria itu juga sedikit kasar dan Sena takut dilecehkan.

Tapi tidak untuk kali ini. Dengan telaten, dengan kelembutan, Haneul menyisir dan mengikat rambut Sena. Hal yang sering Chanyeol lakukan untuknya jika Sena sedang membutuhkannya.

Sena jadi teringat kakak-kakaknya kembali. Pasti kini mereka sedang kalang kabut mencarinya. Apa kabar mereka?

Tanpa sadar setitik air mata Sena menetes bersamaan dengan di luar sana Salju mulai turun.

Sena mengusap pelan air matanya itu.

"Nah! Kau sudah cantik dan rapi lagi. Ayo, coba berbalik!"

Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang