Pretty Savage
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Lisa sedang mematut dirinya di depan cermin. Dress panjang hitam tanpa lengan dengan sedikit belahan yang menunjukan kaki kanannya yang jenjang menjadi pilihannya kali ini. Rambut dark brown nya dibiarkan tergerai indah dengan sentuhan sedikit ikalan-ikalan dibagian bawah untuk menambah manis. Makeupnya tidak terlalu menonjol kecuali lipstik merah merona yang ia tambahkan untuk kesan sensualnya.
Dering ponselnya menghentikan aktivitasnya memuja pantulan bayangan dirinya didalam cermin.
"Aku sudah siap bawel! Kau sudah tau dia dimana? kau kirim alamatnya sekarang Bin." tanpa menunggu tanggapan dari seberang Lisa langsung memutuskan panggilan sepihak. Tak lama dari itu pesan berisikan alamat sudah ia dapatkan.
Lisa memastikan penampilannya sekali lagi lalu memperhatikan figura yang tergantung tepat diatas cerminnya. Figura berisi foto masa kecilnya dan keluarganya.
Gadis itu tersenyum kecil lalu menyambar tas dan kunci mobilnya.
Lokasinya tidak terlalu jauh, tidak sampai setengah jam Lisa sudah tiba di depan sebuah restoran yang cukup mewah. Beruntunglah Lisa memilih tampilan yang cocok. Terkutuklah Hanbin yang selalu memberikan informasi mendadak.
Kaki jenjang gadis itu melenggang masuk kedalam restoran. Kedatangannya mengambil alih seluruh pasang mata. Hijrah ke negeri orang membuat Lisa memang terlihat sangat cantik dengan cara berbeda. Matanya yang besar, bibirnya yang penuh meski tak memiliki kulit seputih para wanita lokal disini. Orang-orang disana cukup mengapresiasi kecantikannya.
Mata Lisa berkeliling mencari dua orang incarannya, setelah ia mendapatkannya gadis itu tersenyum penuh arti lalu berjalan menghampiri keduanya. Memeluk bahu sang pria dari belakang.
"Sayang, kamu disini juga, kenapa tidak bilang? susah deh yah kalau jodoh, pasti kemana-mana ketemu." Ujar Lisa dengan suara yang mendayu, lalu mengambil posisi duduk tepat disamping sang pria. Sedang kedua pasangan dewasa itu sama-sama memasang wajah bingung.
Sang pria menepis tangan Lisa yang asik bertengger, "Kau siapa hah?!"
"Siapa dia?!" si wanita tak kalah sewot.
"Kau melupakanku? padahal kita sering bermalam bersama" Lisa menelusuri wajah pria tampan itu dengan jarinya. Membuat sang pria tertegun tak bergeming. Lisa beralih pada si wanita, sambil bertopang dagu dan memasang wajah meremehkan.
"Kau kira hanya dirimu? kau kira kau yang menang? dimana-mana simpanan tak hanya satu bukan? Lihatlah dia sedang mengingat kapan dia menghabiskan malamnya bersamaku."
Wanita ber-make up tebal itu bangkit dari kursinya, namun ketika beberapa pasang mata mulai memperhatikan ia kembali duduk, "Jangan sembarangan kau bicara, aku akan menikah dengannya. Benarkan Jim? katakan padanya." ucapnya pelan dengan penuh penekanan.
Lisa mengamit tangan sang pria, memainkan cincin yang melingkar di jari manisnya, Lisa menatap pria yang masih bungkam itu, "Bukannya kau sudah menikah yah, Park Jimin?"
"Kau!" Si pria diam, namun si wanita nampak tersulut. Lisa bangkit dari kursinya, kini duduk tepat disamping si wanita.
"Sabar-sabar sepertinya kau tidak tau definisi simpanan? pemeran figuran? pelakor? lebih kasarnya? biar aku jelaskan sedikit, kau tidak akan menjadi seistimewa itu, dinikahi? kau bermimpi? ha-ha-ha."
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!