LALISA X TAEHYUNG (Elegi : Bagian tiga)

2.1K 461 67
                                    







ELEGI (Bagian tiga)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Taehyung kerap datang kembali dibantu dengan Jennie untuk menjadi ayah siaga meski Lisa tak mengetahuinya. Pria dengan kaus cokelat dan celana santai selututnya itu berjalan tertatih menuju sebuah pintu kayu dihadapannya, satu tangannya memegang plastik hitam. Sesekali pria itu meringis ketika memaksakan kakinya untuk melangkah. Tangannya terulur menekan kebawah handle pintu dalam genggamannya.

Pemandangan sepasang sejoli yang sedang berciuman seketika menyapanya. Sang wanita langsung mendorong prianya untuk sedikit mengurai jarak, menyeka saliva di bibirnya lalu berjalan menghampiri sosok diambang pintu sedangkan pria pucat yang tadi bersamanya langsung pamit pergi begitu saja. Kulit pucatnya memerah, mungkin dia malu.

    "Orang kaya tapi tak punya tata krama, ketuk dulu kalau bertamu!" pria itu nampak tak perduli, ia mengedarkan pandangan ke balik punggung sang wanita setelah menarik turun masker yang semula menutupi separuh wajahnya, "Dimana Lisa, Jennie?"

     "Sedang istirahat didalam kamar seperti biasa Tae." Jennie kini menelisik penampilan si pria kaya yang tak seperti biasanya--kaus santai dan celana selututnya menunjukan dengan baik otot lengan dan kakinya. Mungkin Lisa akan pingsan bila melihatnya, tapi mungkin juga tidak, karena ia sudah melihat pria ini bahkan tanpa sehelai benang pun bukan? Oh ampunilah fikiran Jennie tuhan.

Sedang asik menelisik, Jennie dibuat heran ketika Taehyung mulai melangkah, "Ada apa dengan kakimu?" bukannya menjawab, Taehyung hanya menyodorkan kantung plastik ditangannya, "Kau akan tau alasannya bila melihat isinya."

Jennie langsung menerimanya dan melongokan kepalanya pada celah plastik yang terbuka, "Mangga? Jangan bilang kau petik sendiri langsung dari pohonnya?"

    "Kau kan bilang kalau Lisa mau yang dipetik langsung dari pohonnya." Jennie menepuh dahinya, "Lisa tak akan tau juga kalau kau belinya di swalayan kan? Lisa bahkan bisa lebih baik dalam memanjat dibanding dirimu."

    "Aku hanya ingin memberikan yang terbaik selama aku mampu." wanita bermata tajam itu mengelus sepasang lengannya, tiba-tiba merasa merinding mendengar kalimat kelewat manis itu, "Haish! Kenapa kau tak terang-terangan saja menemuinya? Aku yang gregetan sendiri!"

    "Situasinya masih sulit."

    "Kau harus ingat, aku belum sepenuhnya percaya padamu meski aku membantumu."















***















Lisa tak tau persis bagaimana sebuah keluarga. Ia hanya tinggal dengan keluarga angkatnya yang kacau balau. Dengan sepasang suami-istri yang setiap harinya bertengkar dan saling mengkhianati. Ia tak pernah tau makna bahagia setelah terlalu lama berselimut dalam elegi. Hingga ia ditemukan dengan sepasang kekasih yang memang berdasarkan cinta. Setiap saat ia melihat bagaimana Taehyung menatap Arra dengan penuh kasih sayang. Berusaha tak menuntut apapun disaat ia kerap menatap harap pada beberapa foto bayi menggemaskan yang ia pandangi diam-diam.

Ia rela menjatuhkan dirinya pada wanita semacam Lisa untuk mendapatkan keturunan agar tetap bisa bersama istrinya. Lisa tau malam itu Taehyung tak melakukannya atas nama cinta, alkohol mengambil alih dirinya. Namun Lisa sadar Taehyung mengikat separuh dirinya saat itu. Sejak malam itu Lisa sadar alasannya mulai berubah.

Wanita itu menghela nafas perlahan, pandangannya sudah cukup lama terpaut pada sepasang suami-istri yang tengah asik bercanda dengan putra kecilnya. Lisa mengalihkan pandangan pada perut besarnya, mendaratkan elusan disana, "Kalau hanya ada mama, tidak apa-apa kan? Kita akan menjadi sepasang wanita kuat. Seperti mama dan bibi Jennie." Lisa bergumam pelan, ingin kembali melanjutkan aktifitasnya berjalan-jalan sore yang seperti Jennie titahkan. Katanya, itu akan mempermudahnya menjelang persalinan nanti. Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendapati tali sepatunya terlepas. Wanita itu melipir pada salah satu kursi taman yang tak jauh dari tempatnya, berencana mengikat tali sepatunya.

Kondisinya dengan perut membesar tak memudahkannya. Lisa menyesal mengabaikan omelan Jennie sebelum berangkat ketaman perihal sepatu bertalinya itu. Lisa terus berusaha membungkuk untuk meraih tali sepatunya, hingga ia mendongak ketika sepasang kaki besar berhenti dihadapannya. Sebelum Lisa bertanya, sosok berkostum Lion King itu bersimpuh dan mulai menyimpulkan tali sepatunya dengan telaten.

    "Tara! Sudah selesai!" Lisa terkekeh pelan ketika sang Lion selebrasi dengan merentangkan tangan dan kakinya sambil berteriak lucu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    "Tara! Sudah selesai!" Lisa terkekeh pelan ketika sang Lion selebrasi dengan merentangkan tangan dan kakinya sambil berteriak lucu. Sosok berkostum itu mengambil tempat disamping Lisa setelahnya. Wanita itu menatap tepat pada lubang dibagian mata kostumnya itu lalu sedikit membungkuk dan menggumamkan kata terimakasih sambil tersenyum.

   "Menurutmu apa arti hidup?" Lisa menatap lurus kedepan, beberapa anak kecil berlarian tak jauh dari sana.

   "Berjuang untuk membuat semua orang yang ku sayang bahagia." suaranya terdengar dibuat-buat agar tak terdengar seperti aslinya. Lisa menjatuhkan kepalanya dibahu tegap sang Lion, lalu satu tangannya membawa tangan berbalut kostum itu guna mengelus perut besarnya,

    "Tidak semua, hanya satu." wanita itu kembali menegakan tubuhnya dan kembali menjauhkan tangan sang Lion. Sosok dihadapannya tercekat beberapa saat.

Lisa bangkit dari duduknya perlahan, "Pergilah, kumohon jangan menggangguku lagi Taehyung, kumohon."

Lisa tau, belakangan ini Taehyung selalu ada disampingnya. Dari mulai mengecupnya dan membantu meringankan sakit pada pingganggnya kala malam, sampai kerap membuntutinya kemanapun saat Jennie tak berada disampingnya, juga tak lupa senantiasa memenuhi kebutuhannya. Lisa berpura-pura tak tau, kerap memejam saat pria itu mengatakan banyak hal kala menungguinya tidur. Lisa mulai ingin terus mendengar ocehannya setiap saat. Terutama saat ia menyebut dirinya sendiri dengan sebutan ayah. Teramat manis dan mengharukan.

Lisa tau, bukan dirinyalah alasan dibalik sikapnya. Lisa tau dari dulu alasannya tidak berubah. Kebahagiaan Arra adalah segalanya untuknya. Taehyung akan melakukan apapun untuknya. Yah, untuk Arra, hanya dirinya. Lisa menampik untuk memikirkan kemungkinan lain terlepas dari alasan itu. Ia hanya takut. Takut mungkin kemungkinan yang ada di kepalanya hanya selimut angan berisi elegi seperti yang kerap ia jumpai.

Sepeninggal Lisa, Taehyung membuka kostumnya, tangannya merogoh saku untuk menghubungi Jennie. Namun, kekacauannya bertambah ketika ia mendapati notifikasi pesan berisi jadwal program bayi tabung yang ia dan Arra rencanakan setelah sempat gagal sebelumnya.

   "Tidak semua, hanya satu."




















Jakarta, 26 Agustus 2020
Pukul 22:05
-Nurafyani-















*******

Tae masih bingung, coba kasih saran


Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi

AL-KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang