(SEPATU)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."LALISA! SURUH SIAPA PAKAI SEPATU WARNA KUNING DAN KAUS KAKI MOTIF SEMATA KAKI?!"
Lalisa mendesah pelan. Hari kedua setelah masa orientasi, ia harus terkena masalah. Padahal tadi Lalisa sudah berusaha menyembunyikan diri dengan berbaris diantara Chaeyoung dan Tzuyu yang tinggi badannya menjulang. Sayang beribu sayang mata pak Siwon bahkan lebih jeli dari perkiraannya.
Sekarang ia ternganga ditengah lapangan, ketika pak Siwon melempar kaus kakinya hingga nyangkut diranting sebuah pohon mangga di pinggir lapangan. Masih dengan muka sangarnya, kini guru itu beralih pada sepatu kuningnya dan dengan kemampuannya sebagai mantan atlet basket, Siwon dapat dengan mudahnya melempar sepasang sepatu malang itu mendarat tepat di balkon lantai dua gedung sekolah.
Tinggalah Lalisa dengan kaki telanjangnya.
"Ini peringatan bagi semuanya. Anak baru pun tidak ada konpensasi atas pelanggaran. Saat masa orientasi kalian sudah cukup tau bagaimana tata tertib di sekolah ini dan kalian wajib menaatinya."
Kenapa guru tampan itu begitu menyeramkan?
*****
Dan disinilah Lalisa berada, setelah melewati jam pelajaran dengan bertelanjang kaki. Ia kini harus ke lantai dua. Tidak dengan bertelanjang kaki lagi karena mang Seungri--tukang kebun sekolah dengan berbaik hati meminjamkan sendal jepitnya.
Lalisa tidak perduli soal kaus kakinya, tapi sepatunya? Dia bahkan menghabisi uang tabungannya untuk sepatu dengan warna langka itu."Hoi! Mau sekolah apa mau nongki? Tuh sepatu cem sinar matahari. GANTI!"
Harusnya Lalisa mengindahkan perkataan Yoongi, abang tertuanya itu tadi pagi. Sekarang ia menyesal.
Hal yang paling Lalisa benci pada jam istirahat adalah, kumpulan-kumpulan menyebalkan yang menyebar di sepanjang koridor dan anak tangga menuju lantai dua. Seperti tidak punya tempat tongkrongan yang lebih tidak menganggu jalannya orang lain saja.
Alih-alih mengucapkan permisi dengan tersenyum kecil dan merundukan sedikit badannya, gadis berponi yang satu ini justru berbicara dengan nada sedikit membentak, "Awas! Ngalangin jalan aja!"
Lalisa tau, dari beberapa pemuda yang duduk disana adalah kakak kelasnya. Dilihat dari bagaimana warna seragamnya memudar karena termakan usia. Tak perlu ditakuti selama mereka masih manusia, sama sepertinya.
"Bagaikan langit dan bumi." yang lain sontak menatap kearah Bambam dengan alis menaut. Bukannya buru-buru minggir, bikin Lalisa misuh-misuh dalam hati.
"Liat atasnya! Bagaikan langit, congkak, anggun dan mematikan dalam satu waktu. Liat kebawah! Begitu membumi. Kalau presiden istilahnya itu merakyat." seperti biasa, Bambam dengan ocehan unfaedahnya. Tapi kali ini mereka membenarkan.
Taehyung, pemuda dengan rambut kelam bangkit, menatapnya dari ujung kepala sampai kaki lalu terlihat menahan tawanya, "Sendal mang Seungri? Hafal banget gue, temen tongkrongan gue tuh." Rasanya Lalisa ingin mengacak-acak wajah tampannya kalau tidak sedang berada disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!