LALISA X TAEYONG (Your boyfriend : Bagian enam)

2.7K 449 99
                                    









YOUR BOYFRIEND (Bagian enam)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








Hari ini Taeyong menepati janjinya untuk menemani Jennie latihan. Keduanya saling bergandengan mesra didalam perjalanan menuju ruang latihan Jennie.

   "Kamu kenapa sih sayang sama aku?" Jennie bertanya random. Ia hanya teramat bahagia memiliki Taeyong. Itu saja. Pemuda itu adalah pemuda mandiri yang selalu mengerti bagaimana dirinya.

   "Perlu banget dijawab?" Jennie memukul pelan lengan kekasihnya. Taeyong cuma terkekeh dan mengacak surai sang gadis. Jennie tersenyum dan mengeratkan genggaman tangannya. Mengayunkan tangannya seiringan dengan langkah keduanya.

Mereka baru sampai diambang pintu, dapat terlihat dari sana. Beberapa orang tengah berlatih memunggungi keduanya. Meliuk-liuk mengikuti dentuman lagu yang menggema dan instruksi dari sang pelatih yang berdiri didepan.

Brugh!

  "ASTAGA LISA!!" semua orang disana nampak panik, menghampiri Lisa yang terduduk dilantai sambil meringis memegangi pergelangan kakinya. Jennie hendak berlari kearah Lisa, namun genggaman pada tangannya terlepas lebih dulu. Gadis itu membeku memandangi tangannya yang terhempas begitu saja. Taeyong berlari lebih dulu menghampiri Lisa dengan wajah paniknya.

Pemuda itu membelah kerumunan. Mulai meraih pergelangan kaki sang gadis setelah meyakinkan pada yang lain kalau ia punya keterampilan akan hal itu karena ayahnya seorang dokter saraf. Jennie menghampiri keduanya, setelah mengenyahkan segala fikiran buruknya. Taeyong juga pernah mengobati kakinya saat terkilir, jadi tak masalah kalau ia mencoba membantu Lisa juga saat ini? Lisa kan temannya bukan?

    "Lu bisa cengkram bahu gue, atau gigit sekalian kalau lu ngerasa sakit." titah Taeyong. Namun, Jennie beralih bersimpuh didekat sahabatnya menawarkan pelukannya untuk meredakan rasa sakit Lisa saat Taeyong mencoba mengobatinya.

  "Lu tahan yah Lis, sakit nya cuma sebentar." Jennie mencoba menenangkan sambil mengelus lembut punggung Lisa. Gadis itu membalasnya dengan merengkuhnya dalam. Entah, apa hanya perasaan Jennie atau bukan. Taeyong terlihat begitu khawatir.  Bahkan tadi ia menawarkan bahunya, kedatangannya pun tidak digubrisnya. Pemuda itu hanya fokus pada pergelangan kaki Lisa sambil sesekali melirik kearahnya, kearah gadis dalam pelukannya lebih tepatnya. Astaga Jennie, enyahkan fikiran negatifmu!

   "Bawa Lisa langsung keruang kesehatan aja. Nanti juga bang Yoongi langsung mau jemput kemari." Seulgi yang memang panik bukan main memang langsung menghubungi abangnya Lisa tadi, "Tolong bantu gendong Lisa kesana yah, gak mungkin juga Lisa coba jalan dengan keadaan kakinya kaya sekarang." lanjutnya lagi.

Jennie dapat melihat, dengan teramat jelas. Taeyong bangkit hendak mendekat. Sebelum suara Jaehyun menghentikan langkahnya.

   "Biar gue aja yang bantu Lisa." Jaehyun langsung menggendong Lisa. Jennie menatap sang kekasih yang tengah membeku sambil terus menatap kearah Jaehyun dan Lisa yang mulai melangkah keluar ruangan. Jennie terus berfikir positif, tadi Taeyong bangkit pasti karena ingin menghampirinya kan? Tapi kenyataan yang terlihat justru membuat Jennie ragu. Kalau Taeyong ingin menghampirinya tadi, kenapa sekarang pemuda itu terlihat sedih melihat Jaehyun yang justru menggendong Lisa?

   "Taeyong?"

   "Hmm.. Jennie, kita pulang aja. Gue anterin lu pulang."

Saat itu Jennie mulai ragu. Ragu kalau Taeyong hanya menyayanginya saja. Ragu kalau Taeyong akan bertahan dengannya.



*********


Taeyong melirik jam pada pergelangan tangannya. Pemuda itu sedang menunggu Jennie. Kekasihnya itu mengajaknya bertemu disalah satu restaurant didalam mall tempat biasa mereka makan. Hal biasa rutinitas sepasang kekasih di malam minggu. Tapi kali ini sedikit berbeda, karena Jennie menyuruhnya datang lebih dulu dan tak perlu menjemputnya seperti biasa.

   "Maaf yah sayang nunggu lama." Taeyong baru akan tersenyum, sebelum ia malah mengernyit heran mendapati penampilan Jennie yang nampak berbeda. Surai hitamnya berubah menjadi warna cokelat gelap, ia juga mengenakan poni. Belum lagi sweater kebesaran dan celana jeans kulot yang membalut tubuhnya. Bukan Jennie seperti biasanya.

Jennie menarik kursi dan mulai duduk disana, "Bae-bae copot tuh matamu sayang." Taeyong mengerjap-ngerjap, berusaha menyadarkan dirinya sendiri dari keheranannya.

  "Kenapa?"

  "Kenapa apanya sih?---mba! Menunya yah!" Jennie memanggil pelayan untuk mengantarkan menunya berusaha tak mengubris pertanyaan Taeyong sebelumnya.

  "Mba! Saya mau Ramen, Nasi goreng seafood, nugget sama kentang goreng, untuk minumnya--juice mangga aja--kamu mau mesen apa sayang?"

  "Mba, maaf bisa tinggalkan kami?" setelah pelayannya pergi, Taeyong menatap menyelidik kearah Jennie. Gadis itu menyebikan bibirnya,

  "Yong! Ko disuruh pergi si mbanya, aku belum selesai mesen makanannya kan!"

  "Sejak kapan kamu makan sebanyak itu Jen? Bukannya kamu lagi diet? Kamu lagi kenapa sih?"

  "Memangnya kenapa? Aku lagi pengen makan banyak aja." Jennie menjawabnya dengan santai. Namun, tingkahnya mulai terlihat tak nyaman. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan terus mencoba mengalihkan pandangannya dari tatapan kekasihnya.

Taeyong yang melihat, mengusak rambutnya frustasi, "Bukan hanya makanan, kenapa kamu juga mengubah penampilan kamu kaya begini Jennie!"

  "Memangnya kenapa? Aku hanya ingin saja!"

Taeyong bangkit setelah menggebrak meja dihadapannya, "Aku serius bertanya padamu!"

Jennie ikut bangkit dari duduknya, matanya kini mulai berkaca-kaca, "Ingin aku jujur kan? Aku begini karena ingin terlihat seperti Lisa, puas! Aku udah menarik belum di mata kamu hah?!" bahu Taeyong mengendur, pandangan tajamnya meluruh. Jennie dihadapannya bahkan sudah menangis.

   "Aku tau pandangan kamu ke Lisa itu beda Yong." Jennie merunduk, bahunya naik turun seiring dengan isakannya, "A-aku gak mau kehilangan kamu. Sekalipun aku harus jadi Lisa untuk buat kamu bertah--"

Perkataan Jennie terhenti, karena Taeyong menariknya dan memeluknya. Menenggelamkan wajah sang gadis didadanya, merengkuhnya dengan perasaan bersalah yang teramat dalam,

   "Maafkan aku Jennie, aku minta maaf. Aku akan tetap disini. Tetaplah jadi Jennie seperti biasanya, jangan jadi orang lain. Aku akan mencoba menghilangkan segala perasaan yang salah ini. Aku berjanji untukmu. Maafkan aku."











   "De! Bunda tuh masak dirumah, kita makan dirumah aja. Lagi pincang juga masih aja nak--" omelan Yoongi terhenti ketika sang adik berbalik dan menghambur memeluknya.

  "Bang! Lisa mau ikut abang kuliah di Aussie. Jangan tinggalin Lisa sendirian. Lisa mau sama abang aja."






















































Jakarta, 06 Juni 2020
Pukul 21:46
-Nurafyani-











********


Gimana-gimana?





Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi

AL-KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang