LALISA X SEHUN (USAI)

619 93 31
                                    



USAI

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Ketika pintu terbuka dan ia masuk kedalamnya, senyum dan ketegarannya seketika runtuh. Tepukan dibahu, kalimat penyemangat dan ketukan palu menggema.

"Kamu akan baik-baik saja, masih banyak diluar sana pria yang baik yang akan menggantikannya."

Namun ia sadar semua tak semudah melontarkan kata. Mungkin inilah saatnya ia merasakan sesal saat ada yang hilang. Saat ada yang pergi.

Kakinya mengayun, mendekat pada figura foto besar yang terpajang apik di dinding. Semua tidak akan menyangka bila senyum merekah itu kini jadi tangis menyedihkan, hari yang paling membahagiakan berubah menjadi hari berduka yang kelak akan ia kenang.

"Kenapa taruh disini? kenapa gak dikamar pribadi kita saja?"

"Aku ingin mereka yang berkunjung kerumah kita tau, kalau kita saling mencintai."

"Mulutmu itu manis sekali Sehun."

"Saling mencintai huh?"

Ia tersenyum getir mengingatnya, ia datang mengukir bahagia yang tak terkira lalu luka yang sarat untuk ia lupa dan pergi bagai guru yang memberi pelajaran tanpa menyampaikan cara untuk menyelesaikannya. Merelakan segalanya.

Ia beranjak menarik kursi kecil dan meletakannya tepat dibawah figura lalu menaikinya. Ia akan menaruhnya ditempat dimana ia tak bisa melihatnya lagi.

Tangannya mengusap pelan permukaan kacanya, ada retak disepanjang sisi kanan karena pertengkaran mereka malam itu.

"Kau mau pergi kemana Lisa! mengadu ke kedua orang tuamu hah?!"

Lisa berbalik mengeratkan genggamannya pada pegangan koper yang dibawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lisa berbalik mengeratkan genggamannya pada pegangan koper yang dibawanya. Wajahnya memerah dengan banyak air mata menyelimutinya, "Kalau bukan pada mereka harus kemana lagi aku mengadu? pada pria lain? seperti yang kau lakukan dengan wanita itu?!"

Pria itu nampak menghembuskan nafas kasar, "Kau tau alasan kenapa aku melakukannya Lisa! Aku ingin punya anak dan kau tak bisa!"

Lisa menghempas koper ditangannya dan berjalan pelan kearah pria dihadapannya, "Kau bilang akan menerimaku apa adanya Sehun, kau bilang kita akan sama-sama berjuang, kau bilang meskipun hal buruk terjadi dan tak sesuai harapan kita bisa mengadopsi seorang anak nanti, kau bilang-- kau mencintaiku dan apapun yang terjadi yang terpenting kau bersamaku, kau bilang---" ucapannya terhenti digantikan dengan isakannya yang menyesakan.

"Sudah tujuh tahun Lisa dan aku tak bisa lagi menahannya, kau---"

Lisa meraih tangan Sehun, "Katakan padaku alasan sebenarnya! kau bosan padaku? aku tidak cantik lagi? aku tidak memuaskanmu lagi? ayo kita lakukan sekarang aku lebih baik dari wanita itu." Lisa mengarahkan tangan Sehun pada kemeja yang dipakainya dengan air mata yang sangat deras.

"Ayo Sehun lakukan! kau mencintaiku kan? ayo Sehun aku yakin aku akan hamil setelah ini! ayo Sehun lakukan!!"

Sehun mengeraskan rahangnya dan menghempas kedua tangannya dari genggaman Lisa, "Hentikan! apa kau sudah gila Lisa?!!"

Braak!

Tubuh Lisa yang lemas terhempas kebelakang dan kepalanya menyenggol figura yang tergantung. Keduanya menatap figura yang kini jatuh di lantai. Apakah itu pertanda bahwa pernikahan mereka memang tidak bisa dipertahankan lagi?

Lisa terduduk lalu diam sambil menatap terus figura yang teronggok, sedangkan Sehun melonggarkan dasinya dan mengacak rambutnya lalu melangkah keluar begitu saja.

"Lalisa maukah kamu menjadi istriku, menemani hidupku dalam suka dan duka?"

Apakah seseorang yang dulu berlutut dengan kotak cincin yang ia sodorkan adalah orang yang sama dengan Sehun yang kini telah menyerah dengan keadaannya?

Lisa terhentak, menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, ketika memori itu datang rasanya ia ingin kembali menyalahkan kekurangan dirinya sendiri atas apa yang terjadi dan menjadikan mati sebagai jalan untuk mengakhiri rasa sakitnya. Tangan wanita itu terulur menurunkan figura dari tempatnya dan membawanya ke gudang.

Wanita itu menatapnya untuk yang terakhir, cerita mereka telah usai bersamaan dengan figura yang kini tertutup kain putih. Meski berat Lisa mencoba untuk merelakan dan kembali melangkah.

Lisa telah kehilangan orang yang ia cintai tapi Sehun kehilangan Lisa yang sangat mencintainya.

Lisa telah kehilangan orang yang ia cintai tapi Sehun kehilangan Lisa yang sangat mencintainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




*******











Dulu ketika belum menikah disaat lelah aku kerap bilang ingin cepat menikah saja, setelah menikah aku baru rasa kalau menikah tidak bisa dijadikan alasan untuk meringankan bebanmu malah kau akan menemukan rintangan rintangan yang lain. Ekonomi, anak, hubungan dengan mertua, faktor emosi, ketidakcocokan dan lain sebagainya. Maka carilah seseorang yang tetap berpegang pada janjinya untuk bersamamu meski ada tornado kehidupan sekalipun.

Ketika sebuah perceraian terjadi banyak orang menyalahkan waktu pengenalan yang sebentar, percayalah walau pacaran sepuluh tahun pun sebelum menikah kau tidak akan tau sikap asli seseorang bila belum benar-benar tinggal serumah dengannya dalam waktu yang lama.







Oke, tau banget ini pendek moon maap hehe










Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi


AL-KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang