(HUJAN: BAGIAN DUA)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Lalisa terus menarik lengan Jungkook. Jungkook semula ragu untuk mengikuti gadis itu memasuki salah satu restoran seafood yang lumayan laris di pusat kota itu, namun pemuda itu akhirnya menurutinya. Lalisa dengan semangat memilah-milah menu. Sedangkan Jungkook menyerahkan segalanya pada gadis itu, dia tengah sibuk dengan fikirannya.
"Hanbin, tak biasanya kau tak bersemangat bila berkunjung kesini. Tenang saja, bila kau tak punya uang aku akan mentraktirmu. Hari ini kan kau ulang tahun." Lalisa tersenyum lebar, obat segala gundah bagi Jungkook. Benar kata Mingyu, mungkin Jungkook sudah benar-benar tersihir olehnya. Hal yang selanjutnya terjadi adalah Jungkook sudah memenuhi piring saji dihadapannya dengan beberapa ekor udang tepung. Tapi Jungkook masih enggan menyentuhnya.
Lalisa masih menopang dagunya dihadapannya. Ia belum menyentuh makanannya dan terus saja terpaut pada dirinya.
"Kenapa kau tak makan?" Lalisa menggeleng pelan, senyumnya tak pernah pudar, "Kau punya keistimewaan hari ini, makanlah lebih dulu." Jungkook meneguk salivanya. Menatap bergantian antara gadis dengan gummy smile nya dan makanan yang tersaji dihadapannya.
"Kau akan menjadi tidak waras sepertinya Jung!"
Amarah Mingyu kala itu--saat Jungkook memberitahunya perihal rencananya menghadirkan kembali sosok Hanbin disisi Lalisa, kembali mengitari kepalanya. Hanya hadir untuk ia benarkan, karena memang ia sudah menjadi tidak waras.
Jungkook mulai mengunyah makanannya dengan rasa khawatir. Sedangkan Lalisa masih pada posisinya semula, memperhatikannya.
"Aku sudah makan, kenapa kau tak makan?" gadis itu menggeleng pelan, "Aku merasakan ada sedikit hal yang berbeda. Entah apa itu?"
Sekeras apapun Jungkook berusaha menghadirkan sosok Hanbin didalam dirinya. Tetap saja, perasaannya tak akan sama. Jungkook dan Hanbin
dua orang yang berbeda.Jungkook membawa satu tangan bebas gadisnya kedalam genggamannya, emeraldnya lurus menatap Bambi sang gadis dengan dalam, "Aku, Kim Hanbin-mu."
Lalisa mengangguk pelan dan tersenyum, "Tentu, kau Hanbin-ku, bukan Justin Biebernya Selena Gomes." gadis itu terkekeh pelan, berbeda dengan Jungkook yang mulai merunduk. Genggamannya mengerat, tenggorokannya mulai terasa panas dan ia mulai kesulitan bernafas. Lalisa yang melihat perubahan pada wajah Jungkook berhenti dari kekehannya dan mulai bertanya dengan khawatir, "Hanbin? Apa kau baik-baik saja?"
Jungkook melepaskan genggamannya. Ia terus meringis sambil memegangi lehernya. Rasanya seperti tercekik.
BRUK!
Jungkook terjatuh dari kursinya.
"HANBIN!" Lalisa bangkit dengan panik, namun pekikan seseorang menahan langkahnya.
"JUNGKOOK!" Seorang perempuan berambut sebahu menghampiri keduanya dengan wajah panik, ia merengkuh Jungkook, membawa kepala sang pemuda ke pangkuannya, "Tarik nafas dan buang perlahan, kau harus tenang."
"Eun--ha" perempuan yang dipanggil Eunha itu mengangguk pelan dan terus mencoba menenangkan Jungkook setidaknya sampai ambulance datang.
Semua orang mulai berkerumun.
"Tolong, beri sedikit ruang. Dia kesulitan bernafas.""Hanbin" kepala Eunha terangkat ketika mendengarnya, gadis itu langsung mendelik tajam pada sang pemilik suara.
"DIA JUNGKOOK! BUKAN HANBINMU! BERHENTI MEMANGGILNYA SEPERTI ITU!" Jungkook memegang lengan Eunha, berusaha menghentikan apapun yang akan dikatakannya. Namun gadis itu tak perduli.
"HANBIN TELAH TIADA! APAKAH KAU JUGA AKAN MEMBUATNYA KEHILANGAN NYAWANYA HAH?!" Jungkook terus menggoyangkan lengan sahabat karibnya itu, agar membuatnya berhenti. Ia kesulitan berbicara saat ini.
"AKU TAU KAU MERASA KEHILANGAN, LANTAS APAKAH KAU JUGA AKAN MEMBUAT ORANG LAIN MERASA KEHILANGAN SEBAGAI BENTUK BALAS DENDAM HAH?!"
Eunha emosi. Setelah Mingyu menceritakan segalanya semalam, Eunha fikir akan membiarkan Jungkook mencoba mencari kebahagiaannya. Ia tak habis fikir, bahkan pemuda itu rela memakan hal yang dapat mengakhiri hidupnya seketika hanya karena gadis setengah gila ini. Apa jadinya, jika Euha tak sedang berada ditempat yang sama dengannya saat ini?
Tak lama ambulance datang. Beberapa pihak restaurant membantu untuk membawa Jungkook.
Lalisa masih ditempatnya, sampai Jungkook benar-benar pergi. Eunha menyerangnya bertubi-tubi dengan hal yang bahkan ia sendiri pun tak mengerti.
"HANBIN TELAH TIADA! APAKAH KAU JUGA AKAN MEMBUATNYA KEHILANGAN NYAWANYA HAH?!" suara Eunha kembali terngiang.
Lalisa jatuh lemas di kursinya, kenangan menyakitkan itu kembali hadir dikepalanya. Hadir dengan teramat jelas.
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tuan Kim Hanbin tidak dapat diselamatkan karena pendarahan hebat dikepalanya."
Jakarta, 03 april 2020
Pukul 11:47
-nurafyani-******
Mari menangis ria setelah mereceh di bagian sebelumnya huhu
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!