LOVE SICK GIRL
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Lisa menaikan maskernya kembali, lalu mengenakan kaca mata hitamnya. Mengamit tas tangannya sebelum akan beranjak. Lisa tak berniat menyamar atau menyembunyikan diri. Tak perlu juga, toh pemuda yang duduk beberapa meja darinya sudah sadar dari awal kalau Lisa mengikutinya. Oh! Atau memang dia sengaja? Ia terlalu membawanya kepermukaan belakangan ini.
Sebelum benar-benar pergi, Lisa melirik sejenak. Pemuda itu mengintainya, lalu bermain sedikit drama agar Lisa melihatnya. Gadis berponi itu mendecih pelan. Ini bukan kali kedua atau kali ketiga. Lisa sudah tahan banting.
Lisa meraih ponselnya, mengetikan beberapa kata lalu benar-benar beranjak dari sana.
****
Pemuda itu mengusak kasar surai sebahunya. Lalu menyesap dan menghebuskan asap rokoknya tak kalah kasar. Mata sipitnya memicing, menatap tak percaya pada sosok gadis yang tengah duduk di sofa sambil menumpukan satu kakinya ke kakinya yang lain dengan anggun.
"Ini titik teratas aku menyakitimu bukan? Jadi pergilah!" Sentaknya sambil menekan ujung putung rokoknya pada dasar asbak guna mematikannya.
Lisa terkekeh pelan, "Aku malah semakin ingin tetap bersamamu Loren."
"Kau gila? Aku sudah menyakitimu, aku tidak akan lagi merayumu atau berdalih agar kau tetap bertahan. Sekarang biarkan aku bersama Rose." Pemuda yang kerap disapa Loren itu sudah tak habis fikir dengan gadis yang masih menyandang status sebagai kekasihnya itu. Kemana Lisa polos yang menangis tersedu diawal pengkhianatannya? Loren tak menampik meski ia bersalah ia tetap berusaha membuat gadisnya itu tetap bertahan dengannya. But, semakin lama Lisa mulai tidak terlihat seperti dirinya lagi.
Lisa bangkit dari duduknya, kedua tangannya melipat didepan dada. Mata bulatnya melihat seksama presensi pemuda gondrong dihadapannya.
"Tidak ada yang menyuruhmu menjauhinya bukan?" Loren ingin buka suara sebelum Lisa kembali melanjutkan ucapannya, "Kau yang dulu membuatku senantiasa bertahan sebrengsek apapun dirimu bukan? Sekarang, tetap bertahan denganku seaneh apapun diriku."
"Apakah kau gila?"
Yah, Lisa sudah gila. Meski Loren terus mengulangi pengkhianatannya, meski beberapa temannya sudah menasihatinya. Lisa tetap kembali pada porosnya.
Lisa sudah mabuk.
Ia menjadi ketergantungan.
Tidak apa sakit, asal Loren tetap bersamanya. Ia tekankan itu dalam dirinya.
Ia telah sakit.
"Urusanmu dengan Rose sudah selesai bukan? Tentu kau baca pesanku soal menemaniku nonton kan? Aku tidak menerima penolakan."
Lisa benar-benar telah mabuk.
******
Heyoo
Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!