(KUCING)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BRAK!
Lisa menggedor pintu kemudi, menyuruh sang supir untuk segera keluar. Sedang asik mengendari sepedanya, gadis itu justru melihat angkot ugal-ugalan yang nyaris mengabisi nyawa seekor kucing yang kini dalam dekapannya.
"Maaf neng saya gak sengaja."
"Jelas sengaja lah, situ ugal-ugalan. Sekarang, cepet ganti rugi! Mau saya bawa ke dokter hewan."
"Yaelah Lis, cuma kucing juga." sahutan dari Bambam sontak memicu delikan menikam sang gadis berponi, yang dengan entengnya menarik kerah baju seragam sang pemuda dengan satu tangannya yang lain, "Kucing? Cuma kucing? Kalau lo ada di posisi nih kucing, lo mau ditabrak lalu ditinggal hah?!"
"Tau lo Bam, ngomong asal banget." Mina membenarkan. Memang, dalam angkot tersebut nyaris semua berisi teman-teman yang satu sekolah dengannya. Penumpang yang kini ikut berhamburan keluar karena peperangan antar Lisa dan supir angkutan umum yang akan membawa mereka kerumah masing-masing.
Si supir angkot langsung memucat. Melihat gadis sekolah menengah itu bahkan sangat menyeramkan saat memarahi satu temannya itu. Padahal temannya laki-laki dan ia seorang perempuan.
"Yee, malah bengong. Cepet bayar ganti ruginya!" sang sopir meremat buku-buku jarinya hingga memucat, "Neng, saya baru narik. Ini aja baru dapet dua puluh ribu doang." ujarnya dengan wajah memelas. Lisa mendesah pelan, "Makannya bang, jangan ugal-ugalan. Untung cuma kucing yang gak bisa nuntut."
"Kucing? Cuma kucing? Parah lo Lis." Bambam membalikan perkataannya persis dengan mimik wajah yang dibuat-buat menyerupainya.
"Anjir Lis ngajak ribut" Yuju ikut memanasi. Dia memang suka bila temannya yang mulutnya cem lambe itu ternistakan.
"Emang, udah bosen hidup dia mah. Abisin aja Lis." Eunha ikut menimpali, membuat bibir Bambam mengerucut sepenuhnya. Ya ampun, katanya kawan seperangkotan tapi bisa setega ini?
Lisa hendak marah, tapi ia tak punya banyak waktu. Kucing dalam rengkuhannya sedari tadi mengeong karena mengaduh sakit pada kakinya. Lisa bahkan bisa melihat air mulai menggenang di manik kelerengnya. Lisa jadi ingin ikut menangis rasanya.
"Tabung-tabungan buat bawa kucing ini berobat. Kalian juga bertanggung jawab. Bukannya ngingetin abangnya malah dibiarin aja."
"Nih si Dokyeom Lis, tadi malah nyemangatin abangnya supaya makin ngebut." Jihyo menoyor kepala pemuda tinggi disampingnya.
"Gak heran gue mah, dia mah emang dari dulu udah pengen ketemu sang pencipta."
"Hei mulut anda Lalisa."
"Bacot! Udah cepet kumpulin." dan setelah perkataannya selesai. Bermacam keluhan mulai terdengar dari mulut teman-temannya itu.
"Cuma ada lima ribu Lis buat naik angkot."
"Ini aja gue mau minjem sama Yuju."
"Gue ada sepuluh ribu doang, buat dua kali naik angkot. Nanti gue gak bisa pulang."
"Gue sakit aja gak pernah dibawa kerumah sakit Lis saking miskinnya."
Manoban muda itu berdecak pelan, "Sengsara amet sih kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!