PAK PERI (Bagian dua)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Lisa lari-lari kecil ke halte sambil ngelindungin kepalanya dari hujan pakai tasnya. Cuaca emang lagi susah ditebak belakangan ini, tadi padahal panas banget terus tiba-tiba aja hujan. Lisa jadi rada nyesel nolak payung dari bundanya lagi pagi, abisnya berat sih, belum lagi Lisa bawa kamus bahasa inggris dan perintilan wanita seperti biasa hari ini. Bukan Lisa namanya kalau udah kapok setelah barangnya udah berulang kali kena sita.
Halte cukup sepi. Udah ada aplikasi online yang mudah, jadi banyak orang yang pada gak mau repot dengan naik kendaraan umum. Kalau Lisa sih mending naik angkot, selain karena terbiasa dia juga jarang banget ada kuota. Biasa pakai wifi dirumah soalnya.
"Kalau sekolah tuh bawa hal yang penting." Lisa noleh kearah suara terdengar, dia baru sadar ada pemuda yang tengah jongkok di sudut halte sambil memeluk lututnya. Si pak peri berwajah dingin yang bantuin dia minggu lalu. Soal itu, Lisa udah balikin sepatunya dan berterima kasih.
"Lu bicara sama gue?"
"Lu pikir gue bicara sama siapa? Tiang?" Lisa langsung diam. Benar juga sih, orang yang lagi neduh di halte tuh cuma dia sama tuh orang aja.
Lisa mendongak, menatap langit yang kian mendung. Lisa mengulurkan tangannya, merasakan terpaan rintikan hujan menghantam telapak tangannya, "Namanya cuaca mana ada yang tau. Tadinya panas terus tiba-tiba hujan."
"Itulah tujuannya mengantisipasi." Lisa melirik pemuda yang masih asik menatap kearah jalanan. Seingat Lisa dia menyebutkan nama waktu itu tapi Lisa lupa, ia juga tidak tau dimana kelasnya. Pemuda ini suka sekali menceramahinya.
"Tas keberatan, berasa kuli panggul, makannya gue gak bawa payung."
"Bawa payung berat, tapi masih bisa bawa catokan." selain jago ceramah, pemuda satu ini juga jago banget ngedebat, ada aja jawabannya yang bisa buat Lisa bungkam.
"Lu juga sama aja kan, gak bawa pay--eh!" Ucapan gadis berponi itu terhenti karena sebuah sweater tiba-tiba jatuh menutupi kepalanya, suara sang pemuda terdengar lirih, kalah dengan suara ribut hujan, tapi sepasang telinga Lisa cukup sehat untuk menangkap suaranya dengan jelas,
"Gue gak perlu payung, selama hujannya masih berupa air. Pake sweaternya, seragam lu basah, tembus pandang." setelah itu Lisa cuma ngedenger langkah cepat sang pemuda yang menantang hujan dan genangan-genangan air dijalan.
Pemuda yang lagi-lagi bertingkah layaknya peri.
Jakarta, 03 Mei 2020
Pukul 23:04
-Nurafyani-*******
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!