LALISA X LEE MIN HO (Little girl : Bagian dua)

3K 456 82
                                    





LITTLE GIRL (Bagian dua)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




Lee merenggangkan tubuhnya saat retinanya menangkap cahaya matahari yang menelusup masuk melalui celah gorden kamarnya yang tersingkap. Pria itu langsung meraih ponsel yang masih berdering diatas nakasnya itu, mengusap wajahnya sebelum menarikan jarinya pada layar ponsel dan menempelkannya pada rungunya.

   "Kenapa Eomma menelpon pagi-pagi?"

   "Apakah aku mengganggu? bagaimana malam kalian? Menyenangkan? Ingat! Jangan membuat cucu dulu sebelum Lisa lulus. Harus aman!"

Mendengar suara yang nampak menggoda dari sebrang telepon itu membuat Lee mendengus. Apanya yang menyenangkan? Semalam Lee malah dibuat seperti seorang ayah yang harus mendiamkan sang anak yang terus menangis. Memeluknya dan menyanyikannya lagu sampai gadis kecilnya itu tertidur. Mengingatnya, membuat sang pria kini mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Kemana gadis itu?

   "Lee! Kau masih disana? Bagaimana? Tidak ingin menceritakan? dia pasti menangis karena sakit yah? Maklum itu pertama untuknya." Lee menatap layar ponselnya dengan pandangan tak percaya, astaga! Kenapa ibunya sangat cerewet dan kepo.

PRANG!

Lee terhentak, ia kembali menempelkan ponselnya pada rungunya,

  "Eomma! Aku matikan dulu! Kita tidak melakukan apapun. Siapa suruh eomma menikahkan Lee dengan bocah! Jangan bermimpi punya cucu bahkan setelah gadis itu lulus!" sebelum ibunya mengoceh, Lee sudah lebih dulu memutuskan panggilannya secara sepihak. Ibunya pasti akan marah, namun suara gaduh tadi jauh lebih penting dari pada apapun. Kalau Lisa bunuh diri, Lee yang bisa-bisa dijadikan tersangka bukan?

Lee ternganga ketika mendapati dapurnya sudah tak karuan. Terigu dan telur nampak berantakan, panci-panci tergeletak tak beraturan, terlihat juga pecahan piring--yang pastinya adalah sumber dari suara yang ia dengar tadi, serta jangan lupakan bau gosong yang kini mengudara.

Gadis kecil itu disana, sedang berjongkok sambil memunguti sisa pecahan piring dilantai. Melihat sepasang kaki berhenti didepannya, Lisa mendongak dan tersenyum tak berdosa, "Paman?"

   "Kau ingin menghancurkan dapurku? Oh astaga Lisa!" Lee mencengkram kepalanya frustasi. Ini masih pagi, dan dapurnya kacau balau padahal ia sangat lapar.

Lisa bangkit sambil merunduk, tangannya meremat kaus kebesaran yang membalut tubuhnya, "Aku hanya ingin berterimakasih dan membuatkan sarapan untuk paman." bibirnya bergetar, ia sudah berancang-ancang untuk menangis. Oh tidak! Jangan lagi!

Lee mengubah mimik wajahnya, memalsukan senyumnya lalu tangannya terulur mengusap punggung sang gadis lembut. Kaitan sesuatu dibalik bajunya terasa ditelapak tangannya saat ia melakukannya. Oh astaga, fikiran pria dewasa memang selalu buruk pada saat pagi hari. Lee menggeleng untuk mengenyahkannya dengan segera.

   "Sudah tidak apa, kamu mandilah. Nanti biar aku yang membersihkan dan menyiapkan makanan untukmu."

Lisa keluar dari kamarnya dengan rambut yang masih basah dan handuk yang melingkar dilehernya. Penampakan yang lumayan menyegarkan. Untung saja tadi Lee sudah menyelesaikan gairah paginya. Lee menepuk ruang kosong disampingnya, menyuruh gadis itu mendekat.

AL-KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang