PAK PERI (Bagian tiga)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mungkin ini adalah hari sial bagi Lisa. Sudah terlambat dan dapat hukuman mengitari lapangan. Saat jam pelajaran pun ia harus ketahuan saat sedang memakan siomay di kolong mejanya yang ia beli diam-diam setelah menjalani hukuman tadi. Lisa tak salah dong, Lisa lapar setelah berlarian keliling lapangan. Dia butuh amunisi untuk kembali belajar.
Dan disinilah Lisa berada, di perjalanan menuju perpustakaan sambil membawa tumpukan buku tebal--yang dijadikan sang guru sebagai hukuman atas pelanggarannya dikelas tadi.
Seolah semuanya tak cukup baginya. Ditengah perjalanan tali sepatunya lepas. Lisa mengumpat mati-matian dalam hati. Bagaimana caranya ia kembali menalikan tali sepatunya, sedangkan ia saja tengah berusaha menjaga keseimbangan dengan tumpukan buku ditangannya saat ini? Lisa ingin menangis saja rasanya. Belum lagi kenyataan bahwa ia sedang berada di koridor kelas dua belas, minim kemungkinan ia bertemu teman yang bisa ia mintai bantuan. Koridor ini juga berlawanan arah dengan kantin.
Lisa berjalan perlahan, menyeret sepatunya. Berusaha memperhatikan tali yang terlepas itu agar tak terinjak dan mungkin akan menyebabkan ia terjungkal dengan tidak manusiawi. Yang seharusnya ia akan sampai hanya dalam hitungan menit, kini Lisa merasa waktu istirahatnya akan habis hanya karena ini.
Suga tengah berada diujung koridor, bersandar disalah satu pilar penyangga bangunan. Menggelengkan kepala dan berjalan menghampiri gadis berpeluh yang tengah meniup-niup poninya sambil berjalan dengan terseok-seok. Pemuda itu memegang kedua bahunya, menghentikan langkah Lisa. Lalu pemuda itu berjongkok dihadapannya, mengikat tali sepatunya dengan telaten. Lalu kembali berdiri dan menatap Lisa yang masih terdiam, Suga menjetikkan jarinya guna mengembalikan kesadaran sang gadis.
"Sweater gue?" tanya pemuda itu sambil menjulurkan tangan terbukanya.
"Hah?!--Eoh! Di halte waktu itu? Belum gue cuci, nanti pasti gue balikin." sang pemuda memasukan tangannya kedalam saku celananya dan kembali melangkah, hendak pergi. Lisa dengan cepat memutar tubuhnya, tentunya dengan tetap memperhatikan beban berat ditangannya.
"Pak peri tunggu!" Suga menghentikan langkahnya, kembali berbalik dengan kedua alis yang menaut,"Pak peri?"
"Gue panggil begitu karena lu selalu dateng saat gue butuh bantuan. Dan--gue lupa nama lu, terus nanti gue balikin sweternya bagaimana? Lu anak kelas dua belas yah? Nama lengkap lu terus sama nama kelasnya? Ngambil jurusan apa? Gue jarang liat lu juga soalnya, terus--"
"Bukan gue yang selalu dateng pas lu butuh bantuan, tapi emang lu nya aja yang terlalu sial." Suga kembali berbalik, sebelum ia benar-benar melangkah pemuda itu kembali berucap,
"Gue, Suga. Besok titipin sweaternya ke Jungkook anak kelas sebelas jurusan IPA."
Lisa mengerjapkan matanya sambil mencatat setiap perkataan Suga dalam ingatannya.
Jungkook anak kelas sebelas jurusan IPA
Ini kan sweater punya dia, kenapa disuruh kasihnya ke si Jungkook? Lagi pula kelas sebelas jurusan IPA itu kan ada sepuluh kelas, Lisa harus cari kemana coba si Jungkook satu ini? Iyah kalau tuh nama cuma ada satu, kalau ada banyak? Yakali Lisa keliling kelas udah kaya tukang sensus yang mau ngedata penduduk.
Lisa mau teriak lagi untuk menanyakan data Jungkook yang lebih spesifik, tapi Suga sudah menghilang dari pandangannya. Kakinya pendek tapi jalannya cepet juga, fikirnya.
Jakarta,07 mei 2020
Pukul 13:30
-nurafyani-*******
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!