PAK PERI
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pagi ini semua dibuat sibuk bukan main karena kabar burung yang dibawa Bambam. Kepala sekolah akan mengadakan razia kerapihan dan isi tas di lapangan sebelum upacara dimulai. Semua nyaris kalang kabut, masalahnya kali ini Bambam terlalu mepet waktu dalam mengabari seluruh isi kelasnya, termasuk Lisa didalamnya.
Lisa menggigiti jarinya frustasi, menatap kaus kaki bermotif dan sepatu kuningnya. Ia juga meninggalkan dasi dan topinya, belum lagi catokan dan make up di tasnya serta jangan lupakan kuku jari tangannya yang baru saja ia hias dengan kutex kepunyaan Jennie tadi malam. Mana karena tubuh tingginya, Lisa suka ditaruh dibarisan terdepan lagi. Sepertinya dia akan benar-benar dikeluarkan kali ini, mengingat perolehan poin pelanggarannya sudah cukup banyak. Matilah kau Lisa! Kau akan dipenggal oleh ayahmu setelah pulang nanti.
Semua sudah berhamburan kelapangan, tapi Lisa masih berdiri mematung didepan kelasnya. Beruntunglah Jennie dan Rose yang malah bolos hari ini. Harusnya Lisa ikut saja tadi.
Seorang pemuda berhenti didepannya, mengerutkan keningnya, menatap pada gadis yang tengah menggigiti kuku jarinya khawatir disaat guru sudah mengintrupsikan agar semua murid berkumpul dilapangan.
"Ada apa? Lo gak dengar, kita disuruh berkumpul di lapangan?" Lisa mengangkat kepalanya, lalu kembali merunduk meratapi sepatu sialannya. Pemuda itu menggeleng pelan, ia berjongkok melepas ikatan pada tali sepatunya juga kaus kaki putihnya. Lisa mengernyit heran. Sedang apa pemuda ini?
"Lepas sepatu dan kaus kaki lu" pupil bambi Lisa sontak melebar. Apa katanya barusan?
"Hei! Ayolah! Tidak ada waktu untuk bengong!" Lisa masih benar-benar berusaha mencerna apa yang pemuda asing ini katakan. Sepertinya baru kali ini Lisa melihatnya disekolah. Apa dia murid baru?
"Cepat lepaskan! Pakai sepatu dan kaus kaki gue!" Lisa masih bengong, dia masih bingung. Pemuda berkulit pucat itu mengacak rambutnya frustasi sebelum berjongkok didepan Lisa hendak membukakan tali sepatu gadis berponi itu. Lisa dengan cepat memundurkan tubuhnya, "Gak usah! gue bisa ngelepas sendiri!"
Setelah Lisa selesai, pemuda yang belum diketahui namanya itu langsung menyodorkan sepatu dan kaus kaki putihnya, "Cepat pakai!"
"Nanti lo pakai apa?" sang pemuda tidak menjawab ia hanya meraih sepatu dan kaus kaki Lisa yang mentereng lalu dengan cepat mengenakannya. Ukuran sepatunya gak bakalan pas jadi tuh pemuda cuma nginjek sepatunya aja tanpa dimasukin sepenuhnya. Lisa melipat bibirnya dalam, berusaha nahan ketawa. Ngapa jadi cem waria yang mau mangkal begini coba. Gak singkron gitu sama muka lempengnya. Lisa suka gak tau diri yah, padahal udah ditolongin.
Pemuda itu terlihat menelisik Lisa, lagi. Lalu dengan cepat melonggarkan dasinya dan memindahkan topinya pada sang gadis. Lisa lagi-lagi dibuat melongo. Pasti nih cowok titisan pak peri yang ingin menyelamatkannya.
"Nanti lo bisa dihuku---"
"Gue Suga, anak baru. Pasti bakalan di maklumin. Dibanding lu yang poinnya udah bejibun." Lisa baru mau tanya kenapa dia bisa tau soal tingkatan poinnya sebelum ia sadar bahwa sekolahnya memang memajang nama, foto dan jumlah poin di mading sekolah setiap bulannya. Hancur sudah image Lisa yang memang udah tercoreng.
"Lagian ini lu beneran mau sekolah kan? Dari atas kepala sampai ujung kaki ko isinya pelanggaran semua. Bisa-bisa langsung didepak setelah upacara." setelah ngomong tuh orang langsung ngelengos kelapangan lebih dulu. Lisa tertohok dalam, pedes banget, tuh cowok kalau ngomong suka bener. Diam-diam Lisa juga tersenyum simpul sambil natapin sepatu kebesaran yang kini membalut kakinya.
"Makasih pak peri."
Jakarta, 28 April 2020
Pukul 20:49
-nurafyani-*******
Apaan dah coba ini, maaf yah kurang ngeuna
Kalau di min siblings aku pakai yoongi disini aku pakai suga
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!