LALISA X HANBIN (Payung)

1.9K 354 34
                                    










PAYUNG

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.











Lisa menatap nanar pada kaca mobil disampingnya. Tetesan air nampak meluruh cantik disana. Jari telunjuknya terulur menyentuhnya dari dalam. Gadis itu menghela nafas pelan, belakangan ini fikirannya terpaut pada salah satu teman kelasnya. Sebagai ketua kelas tentu ia yang ditanya perihal ketidak hadiran pemuda itu beberapa bulan belakangan ini tanpa kabar apapun. Lisa tidak begitu dekat dengannya karena gadis itu terlalu sibuk dengan dunianya.

   "Jangan memporsir dirimu, tidak lelah memangnya? Gunakan lebih banyak waktumu setidaknya untuk---berteman?"

Kalimat pertama dan terakhir pemuda itu membekas di ingatannya. Segala isu buruk mulai dari citra buruk keluarganya dan keterlibatannya dalam penyalahgunaan narkoba yang mulai menjadi perbincangan teman-temannya yang lain tak terlalu berpengaruh padanya. Lisa bukan orang yang gampang percaya dengan kabar burung yang belum tentu kebenarannya.

Lisa terus memandangi jalan yang diguyur hujan deras dari dalam mobil. Hingga bambinya menangkap sosok berbalut kaus kuning dan celana santai berwarna hitam yang tengah berdiri di sebuah halte dengan payung hitam ditangannya, ketika kepalanya terangkat Lisa bisa melihat dengan jelas matanya. Meski separuh wajahnya tertutup masker Lisa hafal manik itu bahkan diluar kepalanya. Manik tegas yang tajam.

    "Pak berhenti dulu disini!"

    "Tapi non, hujan der---" sahutan sang sopir pribadinya tak Lisa tanggapi. Gadis itu sudah berlari menembus hujan. Pemuda itu sudah berjalan santai ke sisi kanan halte, Lisa berlari kecil tak perduli hujan membasahi tubuhnya.

   "Hanbin!" Langkah pemuda berkaus kuning itu terhenti, perlahan tubuhnya berputar menghadap kearah dimana Lisa menyerukan namanya.

  "Lisa?" Hanbin mendekat, mendapati gadis yang basah kuyup berdiri tak jauh dibelakangnya dengan nafas tersengal.

Sudah tepat berada dihadapannya, Lisa yang semula ingin menanyakan banyak hal mendadak bungkam. Hanbin menarik turun masker yang menutupi sebagian wajahnya. Ia masih nampak sama dengan saat terakhir Lisa melihatnya, hanya raut lelah nampak mendominasi kali ini.

Hanbin menyerongkan payung hitam yang terbentang kearahnya. Guna menghentikan deras hujan yang menghantam tubuh mungilnya.

   "Pak, Hanbin bisa melakukannya. Dia bisa membawa nama sekolah dengan lagu buatannya. Saya bisa menjadi jaminannya. Bapak harus memberikannya kesempatan."

Lisa tak pernah tau, Hanbin memergokinya sedang berbicara dengan guru Seni mereka untuk mengikutsertakan pemuda berhidung bangir itu dalam salah satu lomba menulis lagu antar provinsi waktu itu. Hanbin bukan murid yang baik, ia kerap membolos, tapi gadis itu bahkan masih mempercayai dirinya disaat banyak orang tak menaruh banyak harapan padanya.

Lisa merunduk, entah mengapa ia mulai menangis. Hanbin menyentuh bahunya, "Hei, jangan menangis." Lisa masih terus terisak, mengingat bagaimana beberapa waktu lalu hinaan dan isu buruk kerap terdengar tentang pemuda dihadapannya ini. Lisa tidak dekat dengannya, tapi entah kenapa itu tetap menyakitinya juga.

Hanbin kini menepuk bahunya pelan, "Hei! Hei! Lihat aku ketua kelas!" Lisa menyeka air matanya dan mulai mengangkat kepalanya. Pemuda itu tersenyum, meski Lisa dapat melihat matanya justru nampak sangat lelah.

    "Payung ini, ambil dan gunakan." Hanbin menggenggamkan pegangan payungnya pada tangannya.

Lisa menggeleng cepat mendorong payung itu kembali pada sang pemilik, "Aku tidak apa-apa, sungguh. Aku--baik-baik saja."

  "Kau masih keras kepala ternyata, jangan menangis! Nanti mereka tidak patuh lagi padamu ketua kelas. Ambil ini! aku memaksa. Hujan akan menjadi masalah besar kalau kamu basah kuyup."

  "Aku sudah basah kuyup kalau kau lupa." ucap Lisa dengan suaranya yang bergetar. Hanbin terkekeh pelan. Lisa ingat ia dulu membencinya karena selalu menganggu konsentrasinya dengan kekehannya itu. Hanbin selalu membuat kelas berisik. Tapi sekarang----ia merindukannya.

   "Kalau begitu, simpan saja untuk kenang-kenangan untukmu ketua kelas." Hanbin menyerahkan payungnya, ia langsung berbalik hendak pergi. Namun ia kembali berbalik, pemuda itu tersenyum,

   "Tidak apa-apa, jangan menangis Lisa. Aku---minta maaf dan pulanglah dengan selamat."

Setelahnya pemuda itu berlari membelah derasnya hujan sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Lisa mendongak, menatap payung hitam yang membentang melindunginya lalu atensinya kembali teralih pada punggung Hanbin yang semakin menjauh. Apapun itu, Lisa  mengharapkan kebaikan selalu menyertainya. Hanbin akan mengingat jalannya juga untuk kembali, karena sadar atau tidak, Hanbin membawa sesuatu milik gadis itu ikut serta dengannya.
















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Jakarta, 18 Juli 2020
Pukul 20:53
-Nurafyani-












*******

Terinspirasi dari cerita Ikonic yang ketemu Hanbin huhuhu

Jangan lupa dengarkan juga demo 4 nya Hanbin..

Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi

AL-KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang