YOUR BOYFRIEND (Bagian dua)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Entah ketidak beruntungan apa lagi yang menyapa Lisa kali ini. Berencana nonton bersama bareng Jennie dan juga Taeyong, Jaewon malah menyuruhnya untuk datang lebih dulu karena tidak bisa menjemputnya ditempat latihan. Lagi.
Dan disinilah Lisa berakhir, di dalam mobil yang sama dengan Taeyong dan Jennie. Jennie memaksanya untuk pergi bersamanya dibandingkan harus naik ojol sendirian untuk menyusul. Memang, ini terlihat lebih baik dibandingkan pergi sendirian--yang akan nampak membuatnya semakin mengenaskan.
"Sayang, berhenti dulu sebentar di mini market. Aku mau beli minum. Lisa juga pasti haus kan?"
"Gapapa gak usah Jen." Jennie memang seperhatian itu. Lisa selalu merasa seperti punya seorang kakak perempuan kalau bersamanya. Jennie juga pasti memperhatikan bagaimana Lisa sibuk menghubungi Jaewon sampai tak menyentuh sedikit pun minumannya setelah selesai latihan sampai ia memaksa untuk membeli minuman dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
"Gue bakal tetap beli, gue maksa. Kalian tunggu disini sebentar yah?"
Setelah kepergian Jennie. Taeyong menyandarkan punggungnya, merogoh sakunya dan melemparkan sebungkus permen pada gadis yang termangu dikursi belakang.
"Loh! Buat gue?" Taeyong tak menjawab pertanyaannya, pemuda itu melongok ke kursi belakang, "Gak mau coba nyelidikin si Jaewon? Cowo lu aneh begitu." Lisa cukup kaget akan pernyataan Taeyong. Terkesan terlalu perduli dan terlalu mencampuri untuk ukuran orang yang bahkan baru tiga kali bertemu dengannya.
"Lu udah bilang ke Jennie kalau dua hari yang lalu nganterin gue pulang? Kalau belum, sebaiknya jangan bilang, gue takutnya dia berfikir macem-macem."
Dari pantulan spion mobil, Lisa bisa melihat Taeyong tersenyum miring, pemuda itu mendecih pelan lalu berkata, "Mengalihkan pembicaraan karena mau menyangkal pernyataan gue? Takut kalau pacar lu gak sebaik itu?"
"Bukan urusan lu!" Lisa mengalihkan pandangannya ke luar jendela, Jennie sudah hampir mendekat dengan satu bungkusan plastik ditangannya. Benar kata Taeyong, Lisa takut. Takut kalau Jaewon tak pernah mengatakan hal yang sebenarnya padanya selama ini. Takut kalau Jaewon tak sebaik seperti apa yang ia anggap. Takut kalau kepercayaannya menjadi sia-sia.
"Memang bukan urusan gue, tapi gue perduli." ucapan lirih Taeyong sontak membuat atensi Lisa teralihkan. Namun bersamaan dengan itu Jennie masuk kedalam mobil dengan senyum riangnya sambil menunjukan jinjingan belanjaannya.
"Gue juga beli cemilan, hehe."
Dalam perjalanan Lisa terus saja menyangkal segala fikiran buruknya, mengingat setiap kebaikan dan perjuangan Jaewon padanya hingga setelah sampai bioskop satu pesan singkat dari Jaewon kembali membuat fikiran buruk Lisa kembali melekat dikepalanya.
"Gue balik aja Jen, Jaewon bilang dia gak bisa ikut karena ada beberapa urusan yang gak bisa ditinggalin." wajah senang Jennie yang memang melekat sedari tadi karena asik berbincang juga dengan kekasihnya seketika luntur mendengar penuturan Lisa, gadis berpipi tembam itu meraih tangan Lisa. Meski tetap tersenyum, Jennie tau Lisa tidak sedang baik-baik saja.
"Kalau begitu lupakan soal double datenya, kita nonton bersama layaknya sahabat. Gue janji gak bakalan mesra-mesraan didepan lu." Lisa baru hendak membuka mulut untuk menolak sebelum Jennie kembali berkata, "Gak terima penolakan! Gue ke kamar mandi dulu yah--Yong jagain Lisa jangan sampai dia pulang. Kalau lu pulang, gue bakal marah!" ancamnya sebelum berlalu ke toilet. Kebiasaan Jennie sebelum menonton film horor.
"Gue udah bilang kan untuk coba nyelidikin Jaewon? Singkirin dulu rasa cinta lu yang berlebihan itu bocah!" Taeyong mengusak pucuk kepala Lisa. Gadis berponi itu mendongak, berusaha melihat pemuda tinggi disampingnya, "Kenapa lu perduli?" entah bagaimana pertanyaan itu yang justru keluar dari mulutnya saat ini. Taeyong nampak salah tingkah, ia langsung menarik tangannya yang semula sedang mengusak
pucuk kepala sang gadis kini berpindah mengusap tengkuknya sendiri,"Emm--lu kan sahabatnya pacar gue Lisa. Wajar kalau gue perduli sebagaimana Jennie juga perduli sama lu kan?" Lisa mengangguk pelan lalu menghembuskan nafasnya perlahan. Ada sedikit rasa tak puas ketika mendengarnya. Memangnya apa jawaban yang kau harapkan Lisa? Fikiran tentang Jaewon benar-benar membuat kinerja otaknya terganggu.
Jakarta, 28 Mei 2020
Pukul 16:47
-Nurafyani-********
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!