LALISA X JUNGKOOK X JUNGHWAN (Ending scene)

3.6K 437 111
                                    












ENDING SCENE

.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.






Junghwan merasa kehangatan keluarganya mulai berkurang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junghwan merasa kehangatan keluarganya mulai berkurang. Dihari dimana ia memergoki Lisa pulang dengan wajah basah dan hidung yang memerah, lalu melihat Jungkook yang juga datang dengan wajah paniknya. Junghwan tau, kedua orang tuanya sedang tidak baik-baik saja. Meskipun saat ini mereka masih berada dimeja makan yang sama, juga masih dengan obrolan hangat seperti sebelum-sebelumnya, Junghwan tau ada dinding tak kasat mata diantara keduanya.

   "Junghwan, bagaimana sekolahnya?" Lisa bertanya sambil menyiapkan makan malam mereka seperti biasa.

   "Baik eomma, Junghwan baru saja diterima masuk kedalam club basket sekolah. Langsung masuk ke tim inti." tangan Jungkook terulur, mengusap lembut surai sang anak, "Appa bangga sama Junghwan. Tapi kamu harus tetap belajar dengan baik." Junghwan hanya tersenyum dan mengangguk.

  "Minggu depan sudah masuk libur musim panas, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" seiring dengan pernyataan Junghwan, pegangan pada sendok ditangan Lisa sontak mengendur. Sendok jatuh begitu saja keatas piring, dentingannya mengambil alih atensi Junghwan dan Jungkook bersamaan. Junghwan dapat melihat jelas Lisa melirik sejenak pada Jungkook sebelum ia kembali pada sang anak.

   "Eomma tidak bisa Junghwan, pekerjaan eomma menumpuk belakangan ini. Kau tau kan para model eomma akan mengadakan fashion show dalam waktu dekat ini--appa mu juga sibuk dengan pekerjaannya. Bukankah begitu Jung?" Jungkook yang semula sibuk dengan fikirannya cukup terhentak ketika sang istri melempar perbincangan padanya, pria itu berdeham sebelum akhirnya mengkonfirmasi ucapan Lisa.

   "Mungkin tidak kali ini, tapi lain kali appa janji kita akan jalan-jalan lagi bersama. Kamu bisa menghabiskan waktu dengan teman-teman kamu dulu diliburan kali ini." Junghwan mengangguk dan tersenyum. Memang, sudah berubah. Tak ada lagi Lisa yang akan berteriak senang dan mulai meluncurkan nama-nama tempat rekomendasi yang bisa mereka masukan dalam list liburan, dan tak ada lagi kedua orang tuanya yang berdebat karena berbeda pendapat soal tempat-tempat yang akan dituju. Junghwan bisa merasakannya dengan jelas meskipun didepannya Lisa masih bersedia mengambilkan beberapa potong udang untuk Jungkook. Jungkook pun masih tersenyum dan berterimakasih, bahkan sesekali membantu ibunya itu menyeka makanan yang tak sengaja tertinggal disudut bibirnya. Orang awam akan melihat mereka masih nampak harmonis, tapi bagi Junghwan yang hidup bersama mereka setiap saat, sekarang ini mereka hanya mencoba menutupi segalanya.

Setelah makan malam, Junghwan kembali ke kamarnya begitupun dengan Jungkook dan Lisa. Keduanya kini berada dikamar yang sama, tak ingin kembali mengambil resiko sang anak memergoki Jungkook keluar dari kamar tamu--yang akan semakin membuatnya curiga.

Lisa sudah merebahkan dirinya diatas tempat tidur, hanya menatap kosong langit-langit kamarnya. Jungkook masih duduk disofa disudut ruangan sambil menikmati kopinya dan mengerjakan sesuatu di laptopnya.

Suara dering ponsel Jungkook menggema. Lisa melirik kearah sang suami yang bangkit sambil menenteng ponselnya, "Yeri yang menelponmu Jung? Angkat saja disini, aku tak ingin mengambil resiko kalau nanti Junghwan mendengarnya." setelah berbicara, Lisa kembali menatap kosong kearah langit-langit kamarnya. Jungkook terdiam memandangi wanita yang masih berstatus istrinya itu.

   "Bagaimana denganmu?"

   "Tidak perlu perdulikan perasaanku. Junghwan lebih dari segalanya. Tak apa menyakitiku asalkan jangan menyakitinya. Lagi pula aku tidak akan mendengar, aku akan tidur sekarang." Lisa mengubah posisinya, menyamping--memunggungi Jungkook lalu kembali berkata lirih,

  "Jangan tidur terlalu larut dan meminum banyak kopi Jung. Itu tidak baik untuk kesehatan."  tidak ada sahutan dari Jungkook, ia hanya mendengar perbincangan Jungkook-Yeri setelahnya. Lisa tak benar-benar tertidur. Hatinya teremas mendengar pria yang dulu tertawa bersamanya kini tertawa bersama orang lain. Mendengar Jungkook nampak sangat bahagia tapi bukan dengannya. Lisa melipat bibirnya, menahan isakannya dalam-dalam. Menyadari apa yang keduanya bangun kini telah runtuh seketika.

Keesokannya, Jungkook mengajak bertemu diluar rumah. Ia mengajukan surat perceraian. Kalau kalian bertanya mengapa bukan Lisa saja, terlebih ia telah memergoki perselingkuhan suaminya? Itu karena Lisa masih mementingkan Junghwan. Ia masih terlalu kecil untuk menerima segalanya. Tapi Lisa juga tau, Jungkook perlu meraih kebahagiaannya. Ia tidak bisa terus memaksakan keadaan.

  "Aku tidak bisa seperti ini terus Lisa."

  "Baiklah, aku akan menyetujuinya. Asalkan kamu mau melakukan permintaan terakhirku."

  "Apapun itu." Lisa tersenyum miris. Lisa bahkan sampai lupa Jungkook pernah mengatakan dua kata itu yang ditunjukan hanya untuknya, dulu. Apapun itu hanya untuk Lisa. Berbeda bila berbicara mengenai keadaan saat ini.

  "Aku tidak mau berlama-lama terus menyakitimu. Aku tau aku salah Lisa." Rasanya Lisa ingin berteriak. Dengan ini pun ia telah menyakitinya lebih dalam. Lisa telah kehilangan Jungkook yang dulu pernah berjanji akan menemaninya sampai tua, bersamanya hingga akhir hayat dihadapan tuhan. Kemana suaminya yang dulu? Seolah Lisa tak dapat menemukan diri Jungkook yang lama pada sosoknya saat ini.

  "Selama sebulan ini, perlakukan aku dan Junghwan sebaik mungkin. Perlakukan aku sebagaimana diawal pernikahan kita. Aku hanya ingin Junghwan merasa kita baik-baik saja." Lisa menyampirkan tali tasnya disalah satu bahunya lalu bangkit hendak pergi. Itu adalah permintaan mutlak, Lisa tak ingin mendengar penolakan. Ketika sudah beberapa langkah, Lisa menoleh. Melihat Jungkook tengah merunduk sambil memainkan sedotan di gelas minumannya.

   "Jung?" Jungkook mengangkat kepalanya. Ia melihat Lisa tersenyum tipis didepan sana,

  "Aku sudah bilang kan untuk tidak usah memikirkan perasaanku? Kau hanya perlu memperdulikan Junghwan. Aku tak ingin membuatnya berfikir kalau ia terlahir sebagai kesalahan karena perpisahan kita nantinya."












































Jakarta, 16 Juni 2020
Pukul 10:42
-Nurafyani-









*******

Cerita ini terinspirasi dari drakor dan short movie malaysia tak berjudul yang beberapa waktu lalu aku temukan random di beranda sosmedku

Mungkin akan ada 2-3 chapter lagi

Untuk yang request sabar yah, ide ngadet banget

Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi

AL-KISAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang