LOVE TRIANGLE (Bagian empat)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dengan ransel yang tersampir di bahunya, Lisa baru akan masuk kedalam ruangan latihan dancenya. Didepan pintu dia papasan sama Heechan, anak yang baru aja gabung dalam grup dancenya.
"Ka Seulgi udah dateng belum ka?" Lisa mengarahkan dagunya pada sosok perempuan yang tengah mengotak-atik speaker music disudut ruangan, "Gak usah ditanya, ketua selalu datang sebelum anggotanya berkumpul." Heechan nyengir dan langsung lari menuju tujuannya setelah berterimakasih pada senior berponinya itu.
Lisa meletakan ranselnya disudut ruangan dan mulai melakukan peregangan-peregangan kecil. Sesekali gadis itu melirik kearah Seulgi dan Heechan yang tengah berbicara serius. Lisa jadi berinisiatif untuk menghampiri keduanya.
"Jimin nitip ini ke kamu Chan?" Heechan mengangguk, Seulgi yang tengah mengamati secarik kertas yang baru saja Heechan berikan nampak frustasi dan memijat keningnya.
"Ada apa ka?" baru saja Lisa ingin bertanya, tapi Rose yang baru tiba sudah lebih dulu bertanya. Seulgi menatap Lisa lebih dulu sebelum akhirnya berbicara, "Jimin mengeluarkan diri." lirihnya. Lisa dan Rose langsung saling tatap, "Ko bisa begitu ka? Kenapa?" lagi-lagi Rose yang lebih dulu bertanya.
"Mau fokus ke pelajaran aja katanya, dia tetap ngambil dance. Cuma temporer aja, itu juga gak akan full time." Lisa melipat bibirnya kedalam. Masalah beberapa waktu lalu berputar lagi di fikirannya.
"Jadi kamu milih aku apa Jimin, Lisa?"
Malam itu Jungkook menghampiri keduanya. Dia berdalih kalau dia begitu juga karena hubungan Jimin-Lisa yang terlalu membuatnya bingung dengan keadaan. Lisa belum menjawab. Jimin langsung memanggil taksi dan menyuruhnya untuk pulang. Lisa tidak tau apa yang keduanya bicarakan setelahnya. Lisa hanya berharap, kali ini bukan Jimin yang menyerah. Namun sekarang gadis itu mulai pesimis.
Ini bukan salah satu bentuk tindakan Jimin untuk menghindarinya bukan?
Seulgi menepuk kedua bahu anggotanya, "Yasudah, kita mesti hormati keputusan Jimin. Kita mesti latihan lebih baik lagi untuk menghormati kerja kerasnya"
********
Tubuhnya meliuk mengikuti dentuman music dan intruksi dari sang ketua, tapi fikiran Lisa melayang entah kemana. Ditengah lagu, gadis itu berhenti. Berjongkok dengan pandangan kosong. Rose yang melihat langsung menyuruh Yuju untuk memberitahu Seulgi yang masih asik memberi intrupsi. Gadis bermata sipit itu menghampiri sang anggota termuda itu setelah memerintahkan Yuju untuk mematikan speaker disudut ruangan.
"Apa kau sedang ada masalah Lisa?"
"Kalau ada yang mesti disalahkan dari surat pengunduran Jimin, salahkan aku ka Seulgi. Jimin melakukannya karena ia hanya ingin mencoba untuk menghindariku." Lisa menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya. Seulgi menatap Rose, keduanya hanya diam sambil mengelus pelan punggung Lisa yang bergetar. Mereka semua tau bagaimana hubungan rumit antara Lisa, Jungkook dan Jimin.
"LISA! JIMIN SAMA JUNGKOOK BERKELAHI DILAPANGAN!" Jiho masuk kedalam ruang latihan dengan panik. Semua langsung bergegas menuju lapangan saat itu juga.
Sesampainya dilapangan Lisa langsung membelah kerumunan, tak memperdulikan Seulgi yang terus melarangnya mendekat. Ia hanya takut sesuatu terjadi pada Lisa. Akan sangat berbahaya kalau lelaki sedang dipengaruhi emosinya.
Jungkook terlihat lebih mendominasi, pemuda itu bahkan berhasil membuat Jimin tak berdaya dalam kungkungannya. Tangan pemuda itu sudah terangkat, hendak menghantam lagi wajah Jimin yang sudah kehabisan tenaga dibawahnya. Sebelum teriakan Lisa menghentikannya.
"BERHENTI JUNGKOOK! APAKAH KAU GILA?!" Jungkook tersenyum miring dan bangkit dari atas tubuh Jimin. Menatap Lisa lalu Jimin bergantian,
"Hei Jim! Lihatlah! Dia bahkan datang sampai menangis seperti ini untukmu! Hei! Orang bodoh! segera katakan atau aku akan membunuhmu!" Jungkook menendang-nendang perlahan tubuh Jimin dan langsung pergi setelah mengatakannya. Lisa langsung menghampiri Jimin yang tengah tergolek lemas, "Bangunlah perlahan, aku akan membantumu mengobati lukanya."
Lisa dengan telaten memberikan cairan obat melalui kapas pada luka lebam di wajah Jimin. Lisa bahkan ingin kembali menangis saat mendengar pemuda dihadapannya kini sesekali meringis menahan sakit.
"Jangan marah padanya." Lisa langsung mendelik tajam dan menatap tak percaya dengan ucapan yang baru saja ia dengar. Wajahnya hampir dipenuhi lebam dan Jimin masih saja membela sahabat gilanya itu? What the hell? Apakah kepalanya terbentur sesuatu?
"Aku tak percaya ada orang sebodoh dirimu Jim! Kenapa tadi tak kubiarkan saja Jungkook menghabisimu sekalian!" Lisa tak bersungguh-sungguh dengan perkataannya, ia hanya merasa kesal. Jimin hanya manusia, jangan terlalu bertingkah selayaknya malaikat jika tak ingin terinjak.
"Aku yang membuatnya emosi dan memukulku." Lisa mendengus pelan, berusaha tak perduli dan kembali mengobati luka-lukanya, namun Jimin kembali melanjutkan perkataannya,
"Jangan marah padanya, kuharap kalian tetap bisa berhubungan baik lagi. Dia tetap sahabatku Lisa." kali ini habis sudah kesabaran Lisa. Gadis itu bangkit dari kursinya dan membuang asal kapas ditangannya.
"AKU BAHKAN BERNIAT MEMATAHKAN LEHERNYA SETELAH INI UNTUKMU JIM! KALAU SEPERTI INI, AKU MALAH INGIN MENGHAJARMU!" Jimin terkekeh pelan melihat Lisa marah-marah. Lisa mengernyit heran. Apa ada yang lucu dari perkataannya?
"Apa yang kau tertawakan? Gunakan otakmu untuk berfikir! Dasar pendek! Mau saja terus dijajah!" Lisa memutar tubuhnya, memunggungi Jimin. Dia benar-benar kesal. Jimin bangkit dari atas bangkar ruang kesehatan itu, melingkarkan tangannya pada pinggang sang gadis dan menopangkan dagunya di salah satu bahu Lisa. Tubuh Lisa sontak menegang. Gadis itu membeku.
"Jungkook juga semarah ini saat aku menyuruhnya untuk mencoba memperbaiki hubungannya denganmu. Aku tau kau belum bisa melepasnya dengan sepenuhnya dan aku tau Jungkook juga mulai menerimamu dihatinya. Dia marah dan menghajarku untuk menyadarkanku akan segala presepsiku yang salah menurutnya.""Kau memang selalu berfikir sesuai apa yang menjadi pandanganmu saja. Aku memang menangis, melepaskan hubungan memang tak semudah itu. Tapi apakah kau paranormal yang bisa menebak perasaan seseorang hah?!"
"Apakah kalian akan terus bertele-tele?" Jimin langsung melepaskan rengkuhannya, keduanya langsung menunduk dengan wajah memerah. Entah sejak kapan pria bergigi kelinci itu tengah duduk bersila diatas bangkar lainnya diruangan itu sambil mengobati lukanya dengan kapas. Jungkook terkekeh pelan lalu bangkit, berjalan kearah keduanya. Pemuda bongsor itu menepuk perlahan bahu Lisa dan Jimin.
"Gue tunggu traktirannya yah sob!--heh! Mantan! soal omongan lu mau matahin leher gue itu cuma bercanda kan? Soalnya gue gak takut tuh hehe. Yaudahlah gue ganggu banget kayanya disini."
Hanya akan ada dua hati yang bersatu dan satu hati yang berlapang untuk ending membahagiakan.
Kemarin Jimin, dan sekarang biarkan Jungkook yang mengalah.
Jakarta, 25 April 2020
Pukul 22:08
-nurafyani-*******
Up again karena baru aja dialusin JeniSriMulatsih
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-KISAH
Teen FictionNote: Kumpulan one-shoot fanfiction Lalisa dengan para pria-nya mari berlayar!