Prolog

6.5K 243 16
                                    

Malam itu pertama kalinya aku melihatmu menangis. Aku tidak menyangka, laki-laki sepertimu ternyata bisa menangis.

Suaramu terdengar tertahan, dan aku menangkap rasa takut, terlarut di dalamnya. "Tolong, jangan begini, sayang," ucapmu memohon.

Bahkan sampai sekarang aku masih belum bisa terbiasa setiap kamu memanggilku dengan sebutan itu : Sayang. Rasanya aku sangat ingin memaafkanmu dan berpura-pura melupakan kesalahan yang sudah kamu buat. Tapi aku tidak bisa. Dan aku tidak mau.

"Aku nggak sanggup melihatmu memperlakukan mereka seperti itu. Dan bagian terburuknya adalah, kamu bahkan enggak merasa bersalah. Ya, 'kan?" tanyaku dengan pipi basah berlinang air mata.

"Kamu akan mengulanginya lagi dan lagi. Aku enggak mau lagi. SUDAH CUKUP!" tambahku memekik, seolah menukik, menepis jarak denganmu, di bawah sana. Dan aku, berdiri menatapmu dari balkon.

Bibirmu bergerak, tapi tak ada satu kata pun yang terucap. Aku tahu, kamu sedang berusaha mengucapkan kata itu. Kata 'maaf'. Tapi hingga akhir, kata itu tidak juga kudengar.

Kamu bisa saja berpura-pura merasa bersalah, berpura-pura meminta maaf padaku. Agar segalanya selesai dengan cepat. Agar aku memaafkanmu. Tapi kamu bukan orang yang seperti itu. Sifatmu yang selalu jujur dengan perasaanmu sendiri, adalah salah satu nilai lebihmu yang sangat aku suka.

"Gimana dengan mimpi kita, Erika?" tanyamu tercekat.

"Mimpi apa? Mimpi yang mana?? Menikah terus punya anak? Dari pada aku punya anak seperti kamu, AKU LEBIH BAIK GAK PUNYA ANAK SAMA SEKALI!!" jawabku emosional.

Kamu diam tak menjawab. Aku tahu kamu terpukul. Jika aku diberi kesempatan untuk memperbaiki masa lalu, aku akan terbang ke detik sebelum aku mengatakan kalimat itu. Aku sudah menyakiti perasaanmu, dan aku menyesalinya.

Aku percaya tiap orang akan menerima balasan atas semua perbuatannya.

Sepuluh tahun berlalu sejak itu. Aku sudah menikah dengan lelaki lain.

Lima tahun pernikahan.

Tanpa anak.

*****************************************************

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang