.
.Ya Allah, kami mempersaksikan kepada-Mu dan kepada para Malaikat-Mu, bahwa kami mencintai Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
.
.***
Yoga masih terkejut dengan penuturan Syeikh barusan. Beliau mengatakan bahwa di belakang dirinya ada lima ratus orang, dan kelak insyaallah jumlah itu akan berlipat ganda menjadi seribu orang. Dia sungguh tidak mengerti apa kaitannya urusan perusahaanya dengan masa Suluknya selama ini? Karena dipikirnya dirinya berada di tempat ini karena kegundahan akibat urusan pribadinya. Kenapa tiba-tiba beliau membahas jumlah yang diduga adalah jumlah karyawannya?
"Ada banyak hal yang perlu kamu benahi sebentar lagi. Setelah tampuk kekuasaan berpindah ke tanganmu. Kamu mengerti apa yang saya bicarakan, Yoga?"
Tampuk kekuasaan? Gurunya tengah menatapnya tajam. Dia mengerti. Sepertinya yang beliau maksud adalah pelantikannya sebagai CEO baru sebentar lagi.
Perlahan dia mengangguk. "Iya. Saya paham Syeikh."
"Kami sudah menyampaikan beragam ilmu padamu. Sekali pun 40 hari bukanlah waktu yang lama, tapi melalui ilmu yang kami sampaikan, sudahkah kamu paham apa saja yang perlu kamu benahi, setelah kamu diangkat untuk memimpin?"
Alis Yoga berkerut. Percakapan ini sangat serius baginya. Gurunya sedang membahas masa depannya. Sesuatu yang hanya dapat dilihat oleh orang-orang spesial. Tertentu. Khusus. Orang-orang yang dipilih Allah. Orang-orang yang telah dibukakan hijab oleh Allah.
Yoga kembali mengangguk. "Iya Syeikh. Saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan."
Beliau merubah posisi duduk mendekat padanya. "Dengarkan baik-baik, Yoga. Tugas yang akan kamu lakukan, sama sekali tidak mudah. Kamu akan mengalami banyak rintangan. Orang-orang akan mencemoohmu. Mereka akan membicarakan hal buruk tentangmu. Tapi ... "
Syeikh meletakkan tangannya di bawah telapak tangan Yoga. "Ingat baik-baik pesan saya. Apapun yang terjadi, tetap pegang teguh syariat yang lurus. Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Di zaman sekarang ini, saat kita berusaha menegakkan syariat dan sunnah Nabi, beragama akan terasa bagai menggenggam bara api."
Mata Syeikh menampakkan kekuatiran. Seperti kuatirnya seorang kakek yang akan melepas seorang cucu ke dunia liar.
Jemari tangan Yoga ditekuknya hingga dalam posisi menggenggam, dan dia meletakkan tangannya di atasnya, seolah mengunci kepalan tangan Yoga.
"Apapun yang terjadi, tetap genggam erat bara api itu. Insyaallah, Allah bersamamu."
Air matanya mengalir dari pelupuk mata kanan. Begitu saja, tanpa suara. Dia sendiri tak tahu mengapa air matanya keluar. Seolah hal buruk akan menimpanya, dan kelak ia akan mengingat baik-baik pesan ini. Pesan dari gurunya yang sangat dicintainya lebih dari dirinya sendiri.
Dia mengangguk pelan. "Baik, Syeikh."
Syeikh memundurkan posisi duduknya, memberinya ruang. Pria tua itu tersenyum, berusaha menguatkan. Memberi waktu baginya untuk menyeka air mata.
"Di luar sana, banyak hal yang akan membuatmu bimbang. Saat kamu merasa ragu, timbang segala sesuatunya dengan neraca syariat. Begitu juga dengan dirimu sendiri. Timbang dirimu dengan neraca syariat. Juga, berhati-hati dengan hubungan dengan lawan jenis yang bukan mahrammu."
Mata Yoga segera tertunduk. Dia memahami nasehat itu. Sebab sebelum Suluk, dia masih membiarkan dirinya bersalaman dengan wanita yang bukan mahramnya. Seperti biasa, dengan alasan merasa tidak enak jika menolak bersalaman dengan mereka, terutama untuk urusan bisnis. Walau sebenarnya hatinya merasa bersalah tiap melakukannya. Itu hal kecil, untuk kebanyakan orang. Toh ada juga ulama modern yang memperbolehkan hal itu, dengan catatan bersentuhan dengan yang bukan mahram, dilakukan tanpa nafsu. Walau sebenarnya Majelisnya dengan tegas menyatakan itu haram, tapi sebelum Suluk, dirinya merasa tidak enak untuk menolak, mungkin karena sebenarnya dia merasa kuatir dirinya akan dipandang aneh oleh rekan-rekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
EspiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...