.
.
"Jika semua itu tidak terjadi, apa menurutmu, kamu akan berada di tempat ini sekarang?"
.
.
***
Yoga bisa merasakan telapak tangannya masih digenggam erat Syeikh Abdullah, namun kilasan-kilasan memori terus bermunculan di ingatannya. Dia menyaksikan peristiwa demi peristiwa silih berganti, bukan dengan mata fisik melainkan dengan mata jiwanya.
Sekalipun dia berusaha terbebas, tapi dia tak lagi memegang kendali atas tubuhnya. Bibirnya terbuka sedikit dan di alam nyata, sorot matanya nampak kosong. Air mata terus mengalir dan menetes di ujung dagu. Sementara mata jiwanya tengah menyaksikan perbuatan di masa lalunya yang kotor. Masa kelam saat dia menjalin hubungan dengan berbagai wanita. Para wanita selepas kandasnya hubungan dengan Erika.
Dimulai dari Tania. Dia adalah wanita kedua dalam hidupnya. Kebersamaannya bersama Tania bahkan lebih lama dibandingkan masa pacarannya dengan siapapun, termasuk dengan Erika. Hubungan dengan Erika hanya bertahan sepuluh bulan, sementara dengan Tania, mereka sempat pacaran selama dua tahun.
Bayangan-bayangan bermunculan, saat dia berusaha keras untuk mencintai Tania. Berpikir rasa cintanya bisa tumbuh dari sentuhan fisik, dia melakukan apa saja padanya. Apa saja, asalkan tidak sampai berhubungan intim. Dan kebanyakan dilakukannya saat mereka di dalam mobil yang diparkir di depan gerbang rumah Tania saat mengantarnya pulang.
Gambaran itu begitu jelas, seolah saat itu ada kamera yang merekam semua keintiman mereka. Dengan kondisinya saat ini yang telah berhijrah, Yoga merasa jijik pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti itu?
TIDAK!! AKU TIDAK MAU LIHAT!!
Jika saja saat ini dia melihat dengan mata fisiknya, tentu dengan mudah dia bisa memejamkan mata. Tapi saat ini seolah mata jiwanya dipaksa menyaksikan semua keburukannya selama hidup. Semua sakit. Semua pahit. Satu demi satu.
Akhirnya kilasan masa bersama Tania berakhir, saat Yoga menerima tamparan pertama dari seorang perempuan dalam hidupnya. Tamparan keras di pipi dari Tania yang membuatnya berpikir bahwa orang seperti dia tidak pantas bersanding dengan seorang perempuan sebaik Erika dan Tania. Laki-laki brengsek hanya pantas dengan wanita brengsek.
Pikiran itu menuntunnya memacari berbagai wanita dari kehidupan malam yang liar. Yoga menjadikan mereka 'mainan'nya. Mainan untuk bisa mengisi kekosongan di hatinya. Sebab saat itu, selain tidak ada Erika, yang membuat kondisi Yoga lebih buruk adalah, tidak ada kedekatan spiritual sama sekali dengan Tuhannya. Tak ada salat, tak ada zikir, tak ada taat. Hatinya kosong hampa.
Setelah berganti-ganti pasangan beberapa kali, yang dia sudah tak ingat siapa nama-nama mereka, Yoga bertemu dengan wanita yang paling dibencinya selama hidupnya. Christy, seorang peragawati yang ditemuinya di sebuah acara sosialita. Saat dia berpikir sedang 'main-main' dengannya, ternyata Christy-lah yang mempermainkan dia. Christy heran dengan Yoga yang tak pernah mau diajak menginap di apartemennya. Hingga suatu hari, dia menjebak Yoga.
Kepingan roll film itu kini sampai di suatu bar. Yoga merasa geram melihat wanita itu membubuhkan bubuk obat ke dalam minumannya. Tak lama, dirinya datang. Setelah mengobrol sebentar, Christy menawarkannya gelas itu.
Aku sudah tahu kelanjutannya!! AKU SUDAH TAHU!!! KELUARKAN AKU DARI SINI!!
Bayangan itu terus bergerak, dan dia sampai di kamar apartemen Christy. Wanita itu berhasil menggiringnya ke atas ranjang. Yoga yang berada dalam pengaruh obat, merasa kesulitan menolak Christy yang gencar menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...