.
.
Salat dan terima kasih. Mungkin hari ini akan turun hujan.
.
.
***
Mata Yoga membelalak lebar. Tangannya menyambar jam weker di nakas.
YA AMPUN!! Hampir jam 6? ***###***!!!!
Yoga bangkit dan turun dari kasur empuknya.
Sebentar. Apa masih bisa salat Subuh jam segini? Ah sudahlah salat aja! batinnya.
Dia berlari ke kamar mandi. Mengambil air wudu. Keluar dari kamar mandi, mencari-cari sajadah dan sarung di lemari, sempat berpikir sesaat, mengingat ke mana arah kiblat. Saking lamanya tidak pernah salat lagi di kamarnya sendiri.
Setelah selesai salat dua rakaat, terdengar suara pintu diketuk.
Yoga menyelesaikan gerakan salamnya, lalu mengusap wajah dengan tangan. "Ya?" sahutnya.
"Tuan muda, ini saya, Bastian," kata yang mengetuk pintu.
"Ya. Masuk, Bastian," jawab Yoga.
Pintu terbuka. "Permisi, Tuan Muda. Saya --," ucap Bastian sebelum terdiam. Melihat Yoga sedang duduk tahiyatul akhir di atas sajadah, dia loading sesaat. Matanya terbelalak. "HAH!! Maaf maaf, Tuan Muda. Saya tidak tahu kalau Tuan Muda sedang -- eh -- apa namanya? Salat. Saya akan datang lagi nanti. Permisi, Tuan Muda."
Yoga tertawa. Bastian adalah orang yang emosinya paling stabil yang pernah dia temui. Jadi, melihat reaksinya barusan adalah hiburan buat Yoga. "Hey hey. Santai, Bastian. Aku sudah selesai salat, kok. Ada apa?"
"Oh. Hm ... saya cuma diminta Tuan Besar untuk tanya ke Tuan Muda. Tuan Besar katanya bosan sarapan dengan roti. Apa Tuan Muda mau sarapan nasi goreng daging?"
"Iya. Boleh," jawab Yoga singkat.
Bastian masih menatap Yoga yang duduk di atas sajadahnya dengan tatapan setengah tak percaya. Apa yang terjadi? Kenapa Tuan Muda tiba-tiba --? batinnya.
Yoga tersenyum. "Ada lagi, Bastian?"
"Oh maaf. Tidak ada, Tuan Muda. Itu saja. Saya permisi dulu."
"Ya. Terima kasih, Bastian," ucap Yoga.
Bastian menundukkan hormat dan perlahan menutup pintu kamar Yoga. Di luar pintu, Bastian mengernyitkan dahi. Apa tadi katanya? Terima kasih? Salat dan terima kasih. Mungkin hari ini akan turun hujan, pikirnya. Bastian berjalan di koridor masih sambil keheranan.
Yoga berdiri dari sajadahnya dan mencari buku yang didapatnya dari Rizky semalam. Setelah melihat daftar isi, dia membuka bagian tengah dan mulai membaca do'a dan zikir setelah salat. Sinar terang dari langit perlahan memasuki kamarnya. Yoga berdiri, melipat sajadah dan bergegas mandi. Sesaat kemudian, dia sudah bersama ayahnya di meja makan.
"Makan, Yoga," kata Dana.
"Iya, Yah," kata Yoga seraya menarik kursi dan duduk di seberang ayahnya.
"Kamu mau berangkat bareng ayah?" tanya Dana.
"Aku bawa mobilku aja," jawab Yoga.
"Oh. Kamu ada acara?" tebak Dana.
"Belum tau. Ya jaga-jaga aja."
Kepala Yoga ditundukkan sesaat sebelum menjamah menu sarapannya di meja. Dana menatapnya heran tak berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...