.
.
Erika, kenapa?
.
.
***
Enam bulan berlalu sejak reuni.
"Assalamualaikum. Selamat datang, sayang," sambut Farhan ketika istrinya tiba di rumah.
Erika tersenyum. Seperti biasa, pelukan erat Farhan membuatnya merasa bagai melayang.
"Wa alaikum salam," sahut Erika menjawab salam.
Mereka masuk ke dalam rumah. Farhan memperhatikan plastik hitam yang dibawa Erika. "Apa itu, sayang?"
"Aku tadi mampir beli ikan gurame bakar. Ada lalapannya juga."
"Oh ya? Asik!" ujar Farhan nampak senang.
Erika tersenyum geli. Dia tahu Farhan suka sekali lalapan. "Aku siapin dulu ya," kata Erika.
"Aku bantuin," ucap Farhan ke dapur mengambil piring. Erika meletakkan bungkusan di meja makan dan menyusul Farhan ke dapur mengambil dua gelas air minum. Beberapa saat kemudian, mereka makan bersama.
Farhan mengamati wajah Erika. "Gimana di kantor, sayang?"
"Hm ... kayak biasa aja. Gak ada yang istimewa. Eh, ada, ding. Prita bentar lagi merit insyaallah," jawab Erika.
"Oh? Prita yang badannya kecil itu ya?" tanya Farhan.
"Iya. Yang waktu itu pernah anter mobilku ke bengkel pas mogok."
"Iya, aku masih inget, kok. Bulan ini nikahnya?"
Erika menggeleng. "Bulan depan tanggal lima."
"Oh. Nanti insyaallah kita datang," kata Farhan.
Erika mengangguk.
Setelah selesai makan, Erika mencuci piring kotor. Hanya terdengar suara percikan air di sink. Farhan memperhatikan istrinya dari belakang. Dia berdiri dari kursinya dan mendekati Erika. Suara langkah Farhan yang tak terdengar karena tertutup suara air, membuat Erika terkejut saat tiba-tiba Farhan merangkulnya dari belakang.
Erika segera mematikan keran air. Dia tersenyum. "Kenapa? Aku lagi cuci piring. Tanganku masih kotor. Nanti kamu kena ciprat air."
Farhan mendekatkan bibirnya ke telinga Erika. "Sayang, kita 'olahraga', yuk," ajak Farhan dengan nada suara menggoda.
Ajakan itu membuat wajah Erika seketika merah padam. 'Olahraga' adalah 'kode rahasia' Farhan untuk ... aktivitas suami istri di ranjang.
Suara Erika terdengar gugup. "Sekarang? Emm ... aku selesaikan dulu cucian, ya. Nanti aku nyusul ke kamar."
Farhan melakukan keusilan yang membuat istrinya merasakan sensasi di telinga dan lehernya.
"Geli ah, Farhan!" protes Erika dengan muka merona.
"Masa'? Geli, ya?" Farhan mencium pundak Erika dan merangkulnya lebih erat. "I Love u. Aku ke kamar mandi dulu, ya. Kamu jangan lama-lama nyucinya."
"I-iya," sahut Erika dengan rasa panas di wajahnya. Entah apa yang membuat suaminya mendadak menginginkan 'itu'. Laki-laki memang tak bisa ditebak, batin Erika.
Farhan melepas Erika dan berjalan ke arah kamar. Pintu kamar terdengar ditutup setelah Farhan masuk ke dalamnya.
Erika mengembuskan napas, berusaha mengatur detak jantungnya. Farhan, Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualitéJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...