.
.Barangsiapa memasuki sore hari dalam keadaan lelah karena bekerja dengan tangannya sendiri, maka ia di sore itu mendapatkan ampunan (dari Allah).
~ Hadits Riwayat Thabrani.
.
.***
Sebulan berlalu ...
Tak ada yang berubah dari kebiasaan lembur Yoga. Bagi semua orang, tiap hari yang berlalu mungkin terasa biasa. Tapi tidak bagi Yoga. Baginya, satu hari berlalu tanpa kejelasan akan solusi pemasukan anggaran demi tertutupnya alokasi gaji 6 bulan untuk seluruh karyawan, itu artinya berkurangnya waktu satu hari dari 'sisa napas' anggaran. Otaknya dijejali dengan angka, serta suara detak jam yang terdengar bagai bom waktu.
Satu-satunya yang membuatnya tetap waras, adalah iman. Percaya bahwa Allah akan memberinya jalan keluar. Meski jalan itu saat ini belum nampak.
Lalu, suatu hari ...
"Pak Yoga, Pak Wahyu mau ketemu Bapak. Katanya mau memberi kabar tentang proposal kerjasama."
Mata bosnya berbinar senang. Tak lama Wahyu memasuki ruangannya dengan ekspresi cerah di wajahnya.
"Kabar baik Pak. Kita sudah mendapat respon dari kelima proposal yang kita kirim."
"Benarkah? Apa kata mereka?" Tanyanya penuh harap.
"Mereka meminta kita untuk presentasi. Perusahaan pertama, PT Brasco mengusulkan waktu presentasi minggu depan hari Senin."
Yoga refleks mengusap wajah. "Alhamdulillah ... ." Walaupun presentasi belum berarti mereka positif mendapat dana investasi, tapi setidaknya mereka mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan para direksi perusahaan calon investor.
"Presentasi kedua, dua minggu lagi di CR Corp. Tapi Pak, di tiga presentasi terakhir, mereka mengusulkan jadwal berbarengan di hari yang sama. Hari Jum'at, tiga minggu lagi."
Alis Yoga berkerut. Tampak tidak nyaman mendengarnya. "Ah ... kenapa harus Jum'at? Jum'at waktunya sempit. Ada salat Jum'at. Jam berapa presentasinya?"
Wahyu mengeluarkan buku notes kecil dari saku jas biru donkernya, lalu membaca apa yang tertulis di sana, "Presentasi pertama jam 9 pagi, kedua jam 2 siang, ketiga jam 5 sore. Ketiganya sebenarnya kantornya masih di Jakarta Selatan Pak. Tapi sejujurnya, saya tidak menyarankan anda menghadiri semuanya. Kalau Bapak mau, Pak Yoga bisa pilih salah satunya. Sisanya biar kami tangani. Itu saran saya."
Yoga terdiam, mempertimbangkan. " ... Tidak. Saya akan berusaha hadir di ketiga presentasi itu. Katakan pada mereka, saya sepakat dengan waktu presentasi yang mereka ajukan."
Direktur pemasaran itu tampak tak percaya dengan yang didengarnya. Menghadiri satu presentasi dalam sehari saja sudah cukup melelahkan. Apalagi tiga sekaligus! " ... anda yakin Pak?"
"Insyaallah. Katakan pada mereka, saya akan usahakan hadir," jawabnya mantap.
"Baik Pak. Saya akan susun materi secepatnya."
"Terima kasih. Ini tak bisa kita wujudkan tanpa kerja keras Pak Wahyu dan tim. Saya tak bisa melakukannya sendirian," katanya dengan senyum tulus menghiasi wajah.
Pria itu membalas senyumnya. "Sama-sama Pak. Kita kan satu tim, Pak. Ini memang tugas kami. Oh ya Pak. Ada daftar data base perusahaan baru. Dilihat dari profilnya, tampaknya lumayan prospektif. Sementara ada sebelas. Bapak mau print out-nya sekarang?"
"Oh sudah ada lagi? Boleh. Tolong diprint ya. Saya mau pelajari dulu."
"Baik Pak."
Wahyu permisi keluar ruangan. Yoga merebahkan tulang punggungnya di sandaran kursi. Sudah lama sejak terakhir kali dia merasakan nyamannya sandaran kursi empuknya. Rupanya rasa nyaman datangnya dari hati, bukan dari mahalnya harga sebuah kursi yang desainnya ergonomis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...