.
.
Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.
~ Hadits Riwayat Tirmidzi.
.
.
***
Crasssh!! Crash!! Yoga membasuh wajahnya dengan air tiga kali. Dia teringat perkataan Syeikh Abdullah padanya. Lawan api dengan air.
Matanya menatap lurus ke sebuah cermin panjang persis di hadapannya. Di dalam toilet itu hanya ada dirinya.
Tes! tes! Butiran air menetes dari ujung dagu, mengalir ke permukaan washtafel putih. Cahaya kuning dari lampu dinding yang berpendar, menampakkan ekspresi wajahnya yang telah berkurang amarahnya.
Sebuah kilasan masa lalu muncul ke permukaan. Di saat perpisahannya dengan Syeikh, di hari terakhir Suluk.
Dengarkan baik-baik, Yoga. Tugas yang akan kamu lakukan, sama sekali tidak mudah. Kamu akan mengalami banyak rintangan. Orang-orang akan mencemoohmu. Mereka akan membicarakan hal buruk tentangmu. Tapi ...
Ingat baik-baik pesan saya. Apapun yang terjadi, tetap pegang teguh syariat yang lurus. Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Di zaman sekarang ini, saat kita berusaha menegakkan syariat dan sunnah Nabi, beragama akan terasa bagai menggenggam bara api.
Apapun yang terjadi, tetap genggam erat bara api itu. Insyaallah, Allah bersamamu.
Yoga menatap kedua telapak tangannya. Dia mengepalkan kedua telapak tangannya erat.
Syeikh benar. Rasanya ... panas. Panas, Syeikh ...
Air matanya jatuh ke pipi, mengalir bersama tetesan air. Dia tahu, sejak Syeikh mengatakannya, ini akan jadi berat. Tapi dia tidak menyangka akan seberat ini. Terasa berbeda saat mengalaminya langsung.
Tangannya mengusap wajah.
Aku rindu, Syeikh ...
Kerinduan pada seorang guru spiritual, terasa begitu nyata. Menyesakkan. Bagai kerinduan pada sahabat jiwa di alam yang berbeda. Seolah dia pernah bertemu dan dekat sebelumnya, jauh sebelum dirinya dilahirkan ke dunia. Sulit digambarkan.
Dia membuka keran air dan membasuh wajahnya sekali lagi. Lalu kembali menatap cermin.
Tidak. Aku tidak boleh cengeng. Aku harus tetap menahan amarahku. Aku akan berusaha mengabaikan kata-kata mereka. Anggap saja aku tidak mendengarnya.
Tiba-tiba dia merasa ingin memperbarui wudhunya, yang sepertinya sudah batal. Dia membuka beberapa bilik toilet modern yang bernuansa serba putih itu. Namun tak ditemukannya keran yang cukup tinggi yang nyaman digunakan untuk wudhu. Apa yang dia harapkan? Ini toilet kering khas gaya modern zaman sekarang.
Ah! Ya sudah. Aku wudhu di washtafel saja!
Tangannya membuka keran dan mulai membasuh kedua tangan, berkumur, istinsyak, membasuh wajah sambil membaca niat, membasuh kedua tangan hingga melebihi siku, membasuh rambut, kedua telinga. Lalu saat sedang berjuang membasuh kaki, mendadak pintu toilet terbuka. Greek!
Seorang pria dengan jas berwarna emas memasuki ruangan, dan seketika melotot saat melihat Yoga menaikkan kakinya ke atas washtafel.
"HWAAHH!!! PAK YOGA!! ANDA LAGI NGAPAIN??"
Yoga hanya menempelkan jari telunjuknya ke bibir, isyarat agar pria itu tidak berisik.
Pssstt!! Enggak ngerti banget sih! Kalau lagi wudhu, enggak boleh sambil ngomong, tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualeJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...