Bagian 53 (Hidup Baru - Yunan)

1K 63 0
                                    

.

.

Kenapa Yunan, dan kenapa sekarang?

Tidak mungkin hanya kebetulan.

.

.

***

Alis Yoga berkerut menatap layar komputer di hadapannya. Layar itu memperlihatkan sebuah foto yang baru di-upload 2 hari yang lalu di wall medsos Erika. Di foto itu ada Erika, Farhan dan seorang anak laki-laki yang belum pernah dilihatnya. Anak itu ada di tengah di antara Erika dan Farhan. Mereka berfoto dengan latar belakang sebuah pantai dengan pohon kelapa dan langit yang biru cerah.

Keponakan? Tapi, Erika anak tunggal. Mungkin keponakan dari Farhan?

Itu yang dipikirkan Yoga awalnya. Tapi setelah membaca komentar di bawahnya, dia akhirnya paham.

Ratih Ayu Septiana : Oooowwhh!! Ini Yunan yang kamu ceritain ya, cyin?

Erika Destriana Putri : Iyaa Tih :)

Esti Dwi Oktavia : Alloowww dedek Yunan! Kamu ganteng! Ka, ntar kl udh gede, gmn kl kita jodohin sama anakku? 20 taun lg lah :D

Erika Destriana Putri : jiaahh! :D :D ntr ajalah diaturnya. 20 taun masi lama, keles.

Vanny Rivaldi : Selamat ya Erika :) Semoga Yunan kelak jd anak yg berbakti sama kalian berdua. *ikutsenang.

Erika Destriana Putri : Amiin. Thanks, dear ;)

Mata Yoga melebar.

Anak angkat? Benarkah?

Dia memang menangkap kesan bahwa Erika sangat ingin punya anak, saat pertemuan terakhirnya di acara Reuni setahun yang lalu.

Tapi ... anak angkat? Dia benar-benar ingin punya anak rupanya.

Yoga memang beberapa kali pernah mendengar tentang 'anak pancingan', suatu cara yang biasa dilakukan para wanita yang belum juga punya anak, yaitu dengan mengambil seorang anak angkat, dan kemudian biasanya tak lama si wanita tersebut hamil. Tapi tidak dengan Erika. Dia yakin Erika bukan salah satu diantaranya. Perempuan dengan hati seperti Erika, pasti melakukannya karena empati dan kasih sayang.

Yoga kembali menatap foto kebersamaan mereka. Di foto itu mereka nampak bahagia dengan senyum merekah. Dia segera membuang muka.

Ah. Biar gimanapun, anak itu bukan anak kandung mereka. Dia hanya anak angkat.

Rasa yang 'gelap' dan getir itu berkecambuk dalam dadanya. Membuatnya merasa sesak. Yoga menutup jendela medsos itu dari layar. Dia melonggarkan ikatan dasinya dan berdiri dari kursi. Kakinya melangkah ke tepi dinding kaca dan melihat ke bawah. Sesuatu yang biasa dilakukannya kalau dia bosan atau penat.

Perasaan apa ini? Sungguh memuakkan!

Salahku. Salahku. Kenapa aku masih juga membuka medsosnya?

Sebenarnya dia tahu. Penyakit yang tengah menggerogoti hatinya itu bernama 'iri'. Rasa itu bercampur dengan perasaan bersalah. Karena tidak seharusnya dia kesal saat melihat Erika bahagia. Seharusnya dia ikut merasa bahagia. Tapi kenapa?

Suara ketukan pintu membuat Yoga terkesiap dari lamunannya.

Yoga menjawab setengah galak, "YA?"

Pintu dibuka, dan Mieke muncul dengan mimik waspada. "Pe-permisi, Pak. Saya bawa laporan studi kelayakan yang Bapak minta."

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang