Bagian 166 (Guncangan Keras di Danadyaksa Corp.)

916 154 44
                                    

.

.

Jika syi'ar kenabian (amar ma'ruf nahi mungkar) hilang, maka agama akan rusak, kesesatan tersebar, negeri-negeri akan binasa, dan umat pun akan hancur.

~ Imam Al Ghazali.

.

.

***

Mieke baru saja tiba di kantor pagi ini. Dia meletakkan tasnya di atas meja, lalu seperti biasa berdiri di depan pintu ruangan C.E.O.

Baru saja jarinya akan mengetuk pintu, mendadak pintu terbuka dari dalam. Set! Han muncul dengan mata merah dan berlingkaran hitam bagai panda, khas kurang tidur. Posisi kacamatanya miring.

"HIIIHHH!!" Mieke syok melihat pemandangan di depannya.

"Pagi Mieke," sapanya datar.

"Pa-pagi Han."

Pria itu berlalu ke arah toilet. Membawa sebuah tas laptop di bahunya dan menggenggam beberapa helai pakaian.

Wanita itu menatap kepergiannya dengan heran.

Apa ... apa yang?? Kenapa dia keluar dari ruangan Pak Yoga dengan penampilan belum mandi begitu??

Pintu ruangan Yoga masih terbuka. Mieke perlahan melongokkan kepala ke dalamnya. Yoga tampak kacau. Juga dengan penampilan kurang tidur. Rambutnya berantakan, dan matanya agak merah.

Yoga menyipitkan mata, berusaha memfokuskan matanya. "Oh ... selamat pagi. Kamu sudah datang Mieke? Tolong saya Mieke. Saya mau mandi dulu. Tolong buatkan kopi hitam dan pesankan roti bakar untuk sarapan saya dan Han. Yang punya Han, taruh saja di mejanya. Kami begadang menghitung anggaran semalaman."

"S-selamat pagi. O-oh ... begitu Pak? Baiklah. Akan saya buatkan."

"Lalu, tolong siapkan auditorium untuk siang ini pukul dua. Undang semua staf level manajerial ke atas, untuk berkumpul di sana. Ingat. Auditorium. Pukul dua."

"Baik Pak. Meeting-nya tentang apa ya Pak?"

Tangan Yoga yang tadinya sedang menyiapkan baju gantinya, mendadak berhenti bergerak. Dia tersenyum menatap sekertarisnya. "Bilang saja, meeting-nya tentang solusi anggaran perusahaan setahun ke depan."

***

Menjelang siang, kepala Yoga nyaris terantuk meja saking ngantuknya. Tapi kemudian ada suatu kejadian yang membuatnya terbangun.

Brak! Pintu ruangannya dibuka dengan kasar. Masuklah seorang wanita yang dikenalinya sebagai ...

"Bu Mellinda? Selamat siang Bu," sapanya tersenyum. Padahal jelas tampak dari wajah wanita berdandan menor itu, bahwa dia sedang tidak mood untuk beramah tamah.

Mieke berlari di belakangnya. "Ma-maafkan saya Pak. Bu Mellinda memaksa masuk padahal saya sudah bilang padanya ... "

"Tidak apa-apa Mieke. Kamu di sini saja," Yoga sengaja memintanya tetap di dalam ruangan, sebab tidak berani seruangan berdua saja dengan perempuan, terutama yang modelnya seperti Bu Mellinda. Setiap di depannya, dia harus berjuang untuk tidak melihat ke berbagai jenis aurat yang ditampakannya. Ditambah lagi, wanita ini cantik. Sungguh cobaan.

Brak! Mellinda memukul meja Yoga. Mengejutkan Yoga dan Mieke. Sekertarisnya itu tampak ketakutan. Ujung jari telunjuk Mellinda diacungkan ke wajah Yoga. "KAMU! Apa kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan?? Melempar dana yang sudah kami berikan ke perusahaanmu? Ini tidak pernah terjadi sebelumnya selama Ayahmu memimpin!! Tahukah kamu sudah berapa tahun kami berpartner dengan Ayahmu?? Keputusanmu itu sudah merusak hubungan baik perusahaan kami dengan Danadyaksa Corp.!!"

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang