.
.
Senantiasa ada sekelompok kaum dari umatku yg dimenangkan atas manusia sehingga datang keputusan Allah (hari Kiamat).
~ Hadits Riwayat Muslim.
..
***
Pukul 06.25, Kediaman Tuan Danadyaksa.
Televisi ruang tengah menyala, dan sengaja diperbesar volumenya hingga terdengar cukup nyaring bahkan dari ruang makan.
Seorang wanita pembawa berita ekonomi sedang membacakan penutupan sebuah bahasan berita yang sedang menggegerkan pasar saham.
"Danadyaksa Corp. kini sedang bertahan dan menjadi sorotan para pelaku perdagangan saham. Nilai saham Danadyaksa Corp. jatuh tipis pada pagi ini sebesar 0,9 poin. Lonjakan kenaikan atau penurunan nilai saham Danadyaksa Corp. besar kemungkinan akan dipengaruhi oleh kebijakan Yoga Pratama selaku C.E.O ke depannya.
Berita selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan hari ini turun sebesar 68,68 poin, atau minus 1,06% dari penutupan sebelumnya ... "
Pip! Dana mematikan televisi menggunakan remote dari posisinya di ruang makan. Matanya kini menatap tajam ke Yoga yang tengah duduk di hadapannya.
"Selamat. Kamu terkenal sekarang," komentar Dana setengah meledek.
Yoga terbatuk sedikit saat menelan sisa potongan roti yang baru digigitnya. U-uhuk! Tangannya meraih gelas transparan berisi air putih dan meneguk sedikit air. "Terima kasih Yah," jawabnya menjawab sinisme Dana.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" lanjut Dana dengan tatapan kesal.
"Aku akan mengadakan rapat dengan bagian pemasaran, lalu dengan bagian keuangan, berlanjut dengan bagian HRD. Nantinya semua level manajer ke atas, akan diwawancara langsung olehku."
Alis Dana mengernyit. "Kamu lembur lagi?"
Yoga mengangguk, sambil menelan makanannya. "Ya sepertinya begitu. Mungkin dalam beberapa bulan ke depan, hampir tiap hari aku akan lembur."
Ekspresi Ayahnya berubah simpati. Dia melanjutkan makannya, tapi kemudian meletakkan sisa roti di atas piring, seolah kehilangan nafsu makan.
"Jaga kesehatanmu. Jangan sampai telat makan." Nasihat itu diucapkannya setengah menggumam, tapi Yoga mendengarnya dengan jelas.
Segera setelah sarapannya selesai, Yoga menghabiskan sisa teh hangatnya, bangkit dari kursi dan menghampiri Dana.
"Ayah, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum," dia mencium punggung tangan Ayahnya.
"Wa alaikum salam." Belakangan menjawab salam dengan cara ini tak lagi terasa kaku di lidah Dana.
Tapi tiba-tiba tak seperti biasanya, Yoga merangkul tubuh Ayahnya. Aroma woody bercampur citrus, parfum yang biasa dipakainya, menguar wangi dari tubuh putranya.
Tatapan Yoga menghangat. "Ayah juga jaga kesehatan. Jangan lupa diminum obatnya. Maaf aku belum bisa menemani Ayah jalan-jalan sejak Ayah pensiun. Do'akan aku. Semoga kondisi perusahaan segera membaik. Kalau situasi sudah terkendali, kita bisa jalan-jalan ke mana saja yang Ayah mau."
Dana terpaku di kursinya. Rasa haru memenuhi relung hati. Dia tahu sejak dulu, bahwa Yoga mewarisi ketegasan dari dirinya, dan kelembutan dari Claire. Dia adalah perpaduan sempurna dari cinta mereka berdua, yang dulu nyata adanya. Rasa haru itu menjalar hingga tenggorokannya. Dia nyaris menangis, tapi kemudian berhasil menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...