.
.Takut pada makhluk, kita menjauh darinya.
Takut pada Allah, kita semakin mendekat pada-Nya.
.
.***
.
.Hari ke-36 Suluk ...
Menjelang Ashar adalah saat-saat terberat bagi Yoga. Karena ...
"Hoaaahhhmm ... !!" Dia menutup mulutnya dengan tangan. Berusaha meredam suara menguap akibat kantuk hebat yang menderanya di waktu kritis seperti ini.
Disebut kritis, karena biasanya jika dia berhasil mengatasi kantuknya sampai Ashar, sesudahnya kantuknya hilang. Jadi ...
Ini adalah cobaan ... , pikirnya.
Yoga berdiri dari posisi duduk bersila. Turun dari lantai kayu gazebo, menapaki batu setapak, menaiki lantai koridor kayu. Berjalan di sepanjang koridor sambil sesekali menguap lagi.
Tangan kanannya dimasukkan ke dalam kantung baju koko putih. Di dalam kantung, jarinya meraih tasbih dan memutarnya.
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad.
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala ali sayyidina Muhammad.
Shalawat itu terus dirapalkannya dalam hati, sepanjang langkahnya menuju dapur. Iya, dapur. Biasanya Yoga selalu bisa melewati waktu kritisnya, tapi hari ini dia sungguh tidak tahan. Dia berharap secangkir kopi akan membantunya menghilangkan kantuk.
Kebiasaan membaca shalawat dalam hati, dimulainya sejak peristiwa tawajjuh pertamanya. Dalam perjalanan spiritualnya kala itu, saat dia bagai di dalam alam kubur, kesadarannya teramat takut akan kemungkinan dirinya mengalami hisab yang berat akibat masa lalunya yang penuh dosa. Dalam kepanikan karena menyadari tak ada satu pun amalannya yang bisa dia yakini diterima oleh Allah, dia mengharapkan syafaat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Tapi kemudian dia tersadar selama ini shalawatnya sangat sedikit. Dia merasa malu dan tidak pantas mendapat syafaat Nabi. Maka, saat itu dia berjanji pada dirinya, jika dia ternyata masih hidup, dan bayangan alam kubur itu hanya mimpi, dia berniat akan memperbanyak shalawatnya.
Maka dia menepati janjinya. Bershalawat saat berjalan, saat mencuci baju, menyapu lantai, membereskan tempat tidur. Saat tidak sedang salat dan zikir, dia mengisinya dengan shalawat.
Berharap shalawatnya sampai pada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan dengan begitu, kelak jika dia mati, setidaknya dia sudah berusaha memantaskan diri untuk mengharapkan syafaat beliau.
Suasana begitu tenang. Biasanya Syeikh sibuk dengan amalan zikirnya di ruangan beliau. Ustad Umar selalu punya pekerjaan yang harus dilakukannya di ruangannya. Mahzar sibuk dengan hapalan Qur'annya. Dan terkadang Ustad Umar mengecek setoran hapalan Mahzar.
Langkah kakinya terhenti persis di depan ruang dapur yang semi terbuka. Dindingnya hanya setinggi pinggang, lalu dari pinggang ke atas ditutup dengan kerai kayu kecuali di bagian yang dekat kompor dibiarkan terbuka. Hanya dinaungi oleh atap datar yang menjorok semeter dari kompor.
Yoga memasuki dapur dan mencari-cari toples kaca berisi kopi bubuk dan wadah gula. Meletakkan cangkir hitam dan sebuah sendok kecil di atas meja dapur. Air segelas dimasukkannya ke dalam panci kecil dan diletakkan di atas kompor.
Namun saat akan menyalakan kompor, ternyata minyaknya habis.
Ck ... lagian sih. Hari gini masih pakai kompor minyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...