Bagian 91 (Suluk)

730 87 17
                                    

.

.

"Kenapa?? Kenapa cuma saya yang gak boleh ikut tawajjuh minggu ini??

.

.

***

Hari ke-5 suluk ...

Sekitar setengah jam sebelum waktu Ashar, peserta Suluk yang sedang berada di barak didatangi oleh dua orang santri yang membawakan sorban-sorban putih. Orang-orang tersenyum sumringah. Satu per satu peserta dibagikan sorban. Mereka sibuk mencoba sorban putih itu di kepala. Para peserta yang muda berebut mematutkan diri di depan cermin. Saling mentertawakan, bagi yang kali pertama mereka mengenakannya.

"Ky, ada apa ya? Kok dibagikan sorban?"

"Lho? Kamu gak tahu? Ada di jadwal suluk. Tiap Jum'at setelah Ashar ada Tawajjuh."

"Tawajjuh??"

Dilihat dari ekspresi Yoga, agaknya dia malas membaca jadwal suluk yang dibagikan di hari kedatangan mereka. "Iya. Khusus acara Tawajjuh, pakai sorban," jelas Rizky.

Rizky berdiri sambil menahan sorban di kepalanya seolah khawatir jatuh. "Yoga, gimana? Aku cocok gak pakai sorban?"

"Iya iya, cocok," jawab Yoga datar, membuat Rizky menyesal bertanya padanya. Sementara bibir Rizky manyun kesal, Yoga sudah sibuk mencari keberadaan salah satu santri. Saat santri itu melewatinya, dia segera mengejar dan bertanya padanya. "Maaf, permisi."

Anak muda itu tersenyum sopan. "Ya?"

"Kenapa saya gak dapat sorban seperti yang lainnya?"

"Oh ... Pak Yoga, ya? Ustaz Umar bilang, Pak Yoga bisa menanyakan hal itu pada beliau. Ustaz sekarang ada di ruangannya."

Mendengar pertanyaan Yoga barusan, barulah Rizky tersadar. "Iya, ya. Kok kamu gak dapet sorban?"

Alis Yoga berkerut. Cemas. Tanpa pikir panjang, kakinya setengah berlari ke ruangan Ustaz Umar.

.

.

"Perintah Syeikh??" pekik Yoga dengan mata terbelalak. Masih tak percaya dengan penjelasan Ustaz Umar barusan.

"Iya," jawab Umar tegas. Matanya menatap tajam pada anak didiknya itu.

"A-apa Syeikh bilang alasannya?"

"Syeikh cuma bilang, belum saatnya kamu mengikuti tawajjuh minggu ini. Beliau bilang, kamu belum siap."

Aku belum siap??

Jantung Yoga berdetak tak beraturan. Syeikh adalah orang yang memiliki kemampuan melihat lebih dari sekadar zahir. Apa kiranya yang dilihat Syeikh pada dirinya, hingga dia tak diizinkan mengikuti kegiatan tawajjuh sore ini??

.

.

Setelah salat Ashar jamaah, di dalam masjid para peserta suluk duduk bersila di hadapan Syeikh. Semua mengenakan sorban. Satu per satu maju ke depan dan duduk berhadap-hadapan dengan Syeikh.

Dari kejauhan, Yoga melihat mereka dengan iri. Tadi begitu zikir bersama selesai, Ustaz Umar segera 'mengungsikan' Yoga ke arah gazebo. Namun di tengah jalan menuju gazebo, Yoga menolehkan pandangan ke arah masjid dan mengintip kegiatan tawajjuh dari kejauhan.

"Yoga, ayo cepat!" titah Umar saat menyadari betapa lambatnya gerakan Yoga yang malas-malasan mengikutinya.

"Iya. Tunggu sebentar, Ustaz," jawab Yoga dengan mata menyipit. "Syeikh ngomong apa, ya? Kok yang duduk di depan Syeikh sampai nangis-nangis gitu?"

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang