Bersabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam, "Perbaharuilah iman kamu."
Sahabat bertanya, "Bagaimana kami memperbaharui iman kami ya Rasulullah?"
Jawab Nabi, "Dengan memperbanyak ucapan Laa ilaha illallah."
'Barangsiapa memperbanyak zikrullah, ia terlepas dari munafik.'
~ Al Hadits
***
.
.Hari ke-18 Suluk ...
Masyarakat sekitar mulai berdatangan untuk melaksanakan salat Jum'at. Yoga mengitarkan pandangan ke sekeliling. Masjid nyaris penuh. Para santri dan panitia Masjid sibuk menggelar karpet di halaman parkiran Masjid. Sementara khusus hari Jum'at, semua kendaraan parkir di sepanjang tepian jalan di luar gerbang Masjid.
Adzan pertama berkumandang. Salah seorang Ustad pembimbing peserta Suluk yang biasa dipanggil Ustad Adit, menaiki mimbar. Khutbah Jum'at di Masjid ini, biasa dilaksanakan dalam durasi yang singkat. Hanya sekitar lima menit, tidak boleh lebih. Karena memang demikian sunah Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam. Memendekkan khutbah dan memanjangkan sholat Jum'at. Sedangkan yang terjadi di zaman sekarang adalah sebaliknya. Khutbahnya panjang, salatnya pendek. Walhasil, jamaah yang profesinya pedagang, memilih untuk datang persis saat iqomat sebelum salat dimulai. Mereka malas untuk mendengarkan khutbah, dengan alasan durasinya yang panjang.
Ustad Adit membuka ceramah dengan ucapan syukur dan shalawat.
"Kaum muslimin rahimakumullah, pada kesempatan khutbah kali ini, kita akan membahas sedikit mengenai larangan memprovokasi. Memprovokasi, atau adu domba atau namimah, adalah seburuk-buruknya perbuatan.
Dalam hadits disebutkan bahwa orang yang memprovokasi, kelak di akhirat bibirnya digunting. Na'udzubillah ... "
Sebagian jamaah mengikuti dengan ucapan "Na'udzubillah," merasa ngilu membayangkannya.
"Juga disebutkan bahwa orang yang senang memprovokasi, biasanya jika dirunut silsilah keturunannya, mereka berasal dari keturunan yang melalui keharaman, atau bukan melalui cara yang halal.
Maka itu, kaum muslimin rahimakumullah, mari kita menjauhi perbuatan provokasi, atau namimah. Terutama dalam suasana pemilihan pemimpin daerah atau negara seperti sekarang ini. Janganlah mengotori hati kita dengan hal semacam ini.
Karena sekali pun kita mendapatkan imbalan materi karena perbuatan buruk tersebut, sungguh itu semua tidaklah sepadan dengan balasannya di akhirat.
Sungguh itu semua tidak sepadan jika hati kita menjadi kotor dipenuhi dengan iri dengki, hanya karena perbedaan pandangan politik.
Sekiranya kita akan mati dalam dua hari, apakah kita masih akan broadcast urusan politik? Masihkah kita ghibah atau membicarakan keburukan calon pemimpin yang tidak kita suka?"
Jamaah terdiam meresapi kalimat pertanyaan, yang sebenarnya tak perlu dijawab itu. Sudah barang tentu hal itu tak akan terjadi. Orang yang tahu dirinya akan segera mati, akan menyiapkan persiapan akhirat, karena sadar dunia akan ditinggalkannya.
"Mari kita sama-sama renungkan ini. Seburuk-buruknya hamba, adalah yang lupa pada kematian. Seburuk-buruknya hamba adalah yang menjual agama demi urusan dunia.
Semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang sibuk memperbaiki kekurangan kita dan sibuk membersihkan hati. Amin Allahuma amin ... "
Setelah shalawat dan do'a penutup, adzan kedua dikumandangkan, lalu iqomat, dan sholat pun dimulai.
Selepas sholat Jum'at dan do'a bersama, jamaah meninggalkan masjid dan kembali ke arah pasar. Mereka sebagian besar adalah pedagang di pasar. Sebagiannya lagi adalah penggarap ladang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI (SEDANG REVISI)
SpiritualJika kamu sedang mencari novel Islami/syar'i, mohon maaf kamu salah alamat, zheyenk :) ANXI mungkin bukan untukmu. Coba peruntunganmu di karya saya yang lain : Tirai, Cincin Mata Sembilan (link di bio) ANXI *Untuk Dewasa 21+* Peringkat tertinggi #1...