Bagian 165 (Guncangan Keras di Danadyaksa Corp.)

742 141 31
                                    

.

.

Dari Abu Sa'id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :

Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya,

jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya,

jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.

~ Hadits Riwayat Muslim.

.

.

***

Mereka berdua di ruangan itu. Yoga dan Han. Han duduk di tepi dinding kaca. Dia meletakkan laptopnya di atas meja bundar. Matanya fokus menatap layar. Wajahnya yang agak tirus disinari cahaya dari layar. Sebuah file excel berisi tabel-tabel terpampang di dalam layar 15 inchi itu.

Sementara Yoga sedang menelepon ke rumahnya. Dalam beberapa detik, seseorang mengangkat panggilannya di ujung telepon.

"Kediaman Tuan Danadyaksa. Selamat malam." Suara bass khas Bastian.

"Bastian, ini aku."

"Iya Tuan Muda. Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku sedang sibuk di kantor, jadi sepertinya aku akan menginap malam ini."

Mata kepala pelayan itu melotot. "Menginap?" Ini pertama kalinya terjadi. Tuan mudanya sibuk hingga menginap di kantor.

"Iya. Aku minta tolong. Tolong hubungi supir yang menungguku di tempat parkir kantor. Minta mereka untuk pulang ke rumah membawakan aku baju ganti. Tolong pilihkan baju gantiku, Bastian. Dan jangan lupa handuk. Satu lagi, dalam perjalanan kembali ke kantor, tolong minta supir untuk membeli setelan baju untuk laki-laki. Kemeja dan celana panjang. Pilihkan yang bagus. Ukurannya ... sebentar."

"Baik Tuan." Bastian sibuk mencatat. Dia memang selalu sedia pulpen dan kertas kosong di samping telepon rumah. Sebab Tuan Muda dan Tuan Besarnya sama-sama sering memiliki banyak request.

"Han, berapa ukuran bajumu?"

Pria yang sedang serius dengan pekerjaannya itu mendadak hilang fokus. "Hah? Ukuran ... baju? Untuk apa ya Pak?"

"Sudah, jawab saja," perintahnya dengan tegas.

"I-iya. Size S."

Yoga segera beralih dengan sambungan telepon. "Sizenya S. Kemeja, celana panjang, pokoknya pakaian buat ganti. Lalu beli juga handuk baru. Oke? Nanti kalau mereka sudah sampai di kantor, suruh mereka untuk telepon ke nomor HP ku."

"Baik Tuan."

"Lalu, tolong beritahu Ayahku. Aku baru bisa pulang besok malam. Tolong ingatkan dia untuk meminum obatnya. Dan tolong minta pada pelayan untuk mengurus kucingku Erika. Makanan dan minumnya. Pasirnya juga tolong dibersihkan."

Han tersenyum. Ini adalah karakter Yoga yang sudah disadarinya sejak awal. Terbiasa memerintah dan tegas. Tapi, kenapa nama kucingnya Erika? Itu agak ... tidak begitu lazim untuk nama kucing. Kenapa tidak Si Manis, Si Putih, Kitty atau semacamnya?

Yoga menghela napas setelah menutup telepon.

Di luar ruangan, seorang office boy masih belum pulang dari kantor. Matanya menyipit saat melihat lampu di ruangan C.E.O masih menyala.

Tok! tok! Mereka berdua menoleh ke arah pintu. Terheran-heran, siapa kiranya yang masih ada di kantor selarut ini?

Yoga menjawab ketukan itu, "Ya? Masuk."

ANXI (SEDANG REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang